38 - Halusinasi

31 9 19
                                    

Yeayy hari ini aku up dua bab. Tinggalkan jejak ya dengan mengklik bintang di pojok kiri
~Selamat Membaca~

Karena pelajaran saat ini adalah jam kosong Keira dan Della memutuskan duduk di pinggir lapangan, dari pada berada di kelas yang terlalu berisik dan selalu membuat keributan. Mereka berdua memperhatikan anak kelas sebelah terutama Daffin dan Riko yang sedang bermain basket.

Pertama-tama mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu. Setelah itu baru melakukan permainan bola basket. Riko dan Daffin berada di dalam satu tim yang sama. Daffin berhasil merebut bola dari lawan dan mendribbling menuju keranjang lawan. Dengan gerakan lincah Daffin berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang. Setelah beberapa saat, Riko kembali merebut bola dari lawan dan dengan lihainya, ia berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang. Setelah beberapa menit kemudian skor tim mereka lebih banyak dari tim lawan.

"Kita menang." Dengan bangganya Riko mengatakan kalimat itu sambil merangkul Daffin. Mereka berdua duduk di pinggir lapangan sambil meneguk air mineral. Keringat bercucuran di pelipisnya.

"Daffin kau keren sekali." Riko meninju pelan lengan Daffin.

"Hmm." Daffin hanya membalasnya dengan sebuah gumaman.

Keira menoleh ke arah Della yang masih saja menatap Riko tanpa berkedip.

"Della coba ceritakan bagaimana kau jadian dengan Riko. Saat aku tidak ada apa saja yang kau lakukan dengan Riko." Della langsung menoleh ke arah Keira. Keira kembali penasaran dengan bagaimana Della menerima perasaan Riko.

"Mmm... kemarin bukannya kau seharusnya bertemu denganku kan di cafe?"

"Benarkah? Aku tidak membaca pesanmu. Kemarin ponselku lowbat." Keira mengecek ponselnya ia baru menyadari kalau Della semalam mengirimi pesan.

"Saat itu Riko juga ada di sana. Dia ternyata punya band dan ia bersama teman-temannya menyanyi di cafe itu. Dia ternyata bisa menyanyi sebagus itu, aku tidak menyangka." Della menghentikan kalimatnya.

"Terus bagaimana kelanjutannya?" tanya Keira sambil mendengarkan cerita Della dengan serius.

"Dia melihatku ada di cafe itu dan ia menanyakan kembali bagaimana perasaanku terhadapnya jadi ya begitulah." Della menjadi malu sendiri, ia menyembunyikan mukanya yang memerah.

"Kalian romantis sekali. Anak itu ternyata bisa menyanyi juga aku jadi penasaran." Keira tersenyum, sahabatnya bahagia ia juga ikut merasa bahagia.

Tiba-tiba saja seseorang mengagetkan mereka berdua.
"Hei apa yang sedang kalian obrolkan?" Keira dan Della menoleh ke belakang, ia mendapati Riko yang sudah berdiri di belakang mereka. Riko merangkul pundak Della, Della mencoba melepaskan rangkulannya karena merasa tidak nyaman dilihat oleh Keira dan Daffin. "Jadi, tadi kalian sedang membicarakan apa? Membicarakanku ya?" tanya Riko sambil sedikit menggoda Della.

"Ihh kepedean amat," jawab Della tidak berkata sebenarnya, sebenarnya ia memang sedang membicarakannya.

"Masa?" Riko kembali mencoba menggoda Della yang masih malu-malu.

"Riko apa kau bisa menyanyi?" Keira mencoba mengalihkan topik. Karena kemesraan Della dan Riko seakan-seakan keberadaan Keira dan Daffin merasa diabaikan. Riko menoleh ke arah Keira.

"Baru tahu ya?" Keira hanya menganggukkan kepalanya seakan tidak percaya dengan bakat Riko.

"Keira ayo kita pergi ke perpustakaan. Kita harus menjalankan hukuman." Setelah hanya diam saja, Daffin akhirnya bicara. Keira bangkit dari duduknya.

"Hah hukuman apa?" tanya Riko penasaran.

"Hukuman dikira aku akan membolos pelajaran olahraga."

"Tapi kenapa Keira juga?" Della juga ikutan bertanya.

"Aah itu..." Keira tidak bisa menjelaskan situasinya.

"Karena Keira sedang bersamaku tadi, dan kami tertangkap basah seperti akan membolos pelajaran padahal nyatanya tidak." Daffin mencoba menjelaskan yang sebenarnya.

"Hei kalian anak pintar. Bisa kena hukuman juga kalian ya," kata Riko dengan nada mengejek. Keira hanya mendesis sebal kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

Keira dan Daffin sampai di perpustakaan. Mereka mulai merapikan buku-buku itu ke rak yang tersedia berdasarkan jenisnya.

"Kenapa aku juga kena hukuman sih? Seharusnya hanya kau. Tapi kenapa aku juga? Kamu tidak seharusnya pergi ke sana ta–" Setelah berbicara panjang lebar, Keira menghentikan ocehannya.

"Maaf." Daffin memotong kalimat Keira. Kalimat itu membuat Keira sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi. Hatinya langsung luluh mendengar kata maaf.

"Aah sudahlah, kita beresin ini saja." Keira meletakkan salah satu buku dirak yang tinggi dengan asal. Karena buku itu belum sepenuhnya berada di tempatnya. Tanpa Keira sadari buku itu jatuh dan tepat mengenai kepalanya. "Akh." Keira memegangi kepalanya yang terasa sakit tertimpa buku.

"Keira kau baik-baik saja?" tanya Daffin sambil menahan tawanya sekaligus cemas.

"Tidak. Aku tidak baik-baik saja." Keira kemudian berjalan dan kembali merapikan buku. "Aah sakit sekali." Keira masih saja bergumam tidak jelas sambil masih merasakan sakit dikepalanya. Daffin ingin sekali tertawa melihat kejadian tadi, tetapi melihat Keira yang seperti itu ia menjadi tidak tega dan merasa kasihan.

"Kau pergi duluan saja, biar aku yang merapikan buku-buku ini." Keira menghentikan kegiatannya, ia lalu menoleh ke arah Daffin.

"Benarkah?" Daffin menganggukkan kepalanya.

"Lagian aku yang salah, seharusnya hanya aku yang kena hukuman." Keira berjalan menuju kursi untuk duduk.

"Kalau begitu, aku duduk di sini saja sambil membaca buku." Setelah mengambil komik romance, beberapa detik kemudian ia sudah terlarut dalam bacaannya dan sudah tidak peduli dengan keadaan sekitar. Daffin hanya tersenyum melihat Keira yang sedang serius membaca.

Daffin akhirnya selesai membereskan buku, Keira belum juga selesai membaca komik itu.

"Keira." Keira menatap komik itu dengan lamat-lamat. Ia jadi membayangkan suatu hal. Tiba-tiba saja tokoh dalam komik itu berubah, wajahnya yang semula seorang putri dari kerajaan menjadi wajah Keira yang menjadi putri, Keira sangat cantik dengan menggunakan gaun yang indah terlihat sangat cocok bila dikenakan oleh Keira. Rambutnya dibiarkan terurai sehingga menambah kesan yang elegan. Wajah sang pangeran berubah menjadi wajah Daffin. Ia terlihat sangat tampan dengan baju kerajaan yang dikenakannya dengan mahkota yang dipakai di atas kepalanya. Mereka saling bergandengan tangan dan mulai berdansa. Mereka juga menaiki kuda bersama sambil tertawa bahagia. Pangeran itu memanggil Keira. "Putri Keira."

"Keira. Keira." Daffin memanggil nama Keira berulang kali sambil melambaikan tangannya di depan wajah Keira.

"Iya Pangeran Daffin." Daffin mengedip-ngedipkan matanya dengan bingung. Keira langsung membelalakkan matanya, ia baru saja tersadar dari dunia maya. Apa yang baru saja aku katakan? Keira membekap mulutnya sendiri.

"Kau tadi bilang apa?" tanya Daffin yang membuat Keira semakin malu.

"Tidak kau salah dengar aku tidak bilang apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu." Keira langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas pergi dari hadapan Daffin dan meninggalkan Daffin begitu saja, ia sangat malu dengan apa yang baru saja ia katakan. Ya ampun aku sangat malu.

Daffin menatap Keira dengan kening berkerut. "Keira tadi bilang apa? Pangeran? Tapi aku tidak mendengar kata selanjutnya. Ah mungkin dia terbawa suasana saat membaca komik ini." Daffin hanya tersenyum melihat tingkah Keira yang menurutnya sangat lucu.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment yaw^^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang