13 - Rooftop

91 39 14
                                    

Keira langsung menuju perpustakaan begitu mobilnya berhenti di parkiran sekolah. Waktu olimpiadenya sudah dekat ia dan Daffin harus belajar semaksimal mungkin, dan ia juga tidak munngkin melewatkan belajar bersama Daffin yang sangat berharga ini. Keira melewati kelasnya dan tetap berjalan ke depan tanpa menoleh ke arah kelas yang hanya ditempati beberapa siswa saja termasuk Della. Della yang melihat Keira melewati kelasnya dan bahkan tidak menghampirinya akhirnya mengikuti Keira ke perpustakaan.

"Keira," panggil Della dari belakang. Keira lalu menoleh.

"Ehh Della. Kau mau ke mana?"

"Aku mengikutimu. Tadi aku melihatmu melewati kelas. Aku sangat kesepian. Nanti aku akan balik ke kelas sebelum pukul tujuh."

"Oh baiklah."

Keira dan Della memasuki perpustakaan. Di sana sudah ada Daffin dan seseorang di sebelahnya.

"Riko? Kau juga ada di sini?" tanya Keira ketika melihat Daffin yang tidak sendirian.

"Yeah. Daffin selalu saja meninggalkanku. Jadi aku mengikutinya ke sini."

"Wah tepat sekali. Ada Della juga di sini."

"Hah, kau lagi. Kau lagi." Riko bersikap tak acuh sejak melihat kehadiran Della.

Della yang menyadari ada kehadiran Riko disini menjadi malas berada di perpustakaan dan berniat kembali ke kelasnya.

"Mendingan aku balik lagi ke kelas." Della sudah membalikkan tubuhnya untuk keluar dari perpustakaan. Namun Keira menahan lengan Della.

"Katanya di kelas kesepian. Sini dulu lah, balik entar jam tujuh kurang lima menit." Keira tersenyum misterius.

Keira menyeret lengan Della dan memaksanya duduk di sebelah Keira. Della hanya memutar bola matanya kesal harus duduk berhadapan dengan Riko. Riko juga sama saja kesal dengan kehadiran Della. Keduanya saling mengalihkan pandangan mereka masing-masing. Dan Keira sudah mulai belajar dengan soal-soal di depannya sambil tersenyum melihat tingkah keduanya.

"Ngapain kau di sini?" tanya Della kembali dengan sikap juteknya sejak bertemu dengan Riko.

"Kau juga, ngapain di sini segala. Pergi saja sana," usir Riko yang malas berhadapan dengan Della.

"Hah? Kau mau ngusir aku. Lebih baik kau saja yang pergi. Aku mau di sini dengan Keira."

"Kau kan tadi sudah mau pergi, kenapa tidak pergi saja?"

Keira yang disebelah Della mulai terganggu dengan perdebatan mereka.
"Mmm...Della." Belum selesai meneruskan kata-katanya, Della yang emosinya sudah meluap-luap berdiri sambil menggebrak meja membuat ketiganya terkejut. Della langsung meninggalkan mereka begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Dia marah." Keira hanya memperhatikan kepergian Della dan tidak dapat mencegahnya pergi.

"Huh. Dia akhirnya pergi." Riko tidak memedulikan Della yang pergi begitu saja. Dan kembali sibuk dengan aktivitasnya.

"Kalian tuh sebaiknya akur. Kenapa setiap kali kalian bertemu udah nggak akur aja?"

"Rasanya setiap bertemu dengannya aku merasa kesal."

Daffin yang sedari tadi hanya diam akhirnya membuka suara.
"Kau sebaiknya juga pergi saja dari sini. Mengganggu saja." Daffin berbicara tidak memperhatikan ekspresi Riko yang kesal dan tetap menulis.

"Daffin, kau juga mengusirku?!" Riko bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan perpustakaan yang hanya tersisa Keira dan Daffin.

"Dia juga marah. Ah sudahlah." Keira kembali melanjutkan belajarnya. Keduanya sibuk menulis, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Sesekali Keira melirik ke arah Daffin yang masih saja membolak-balikkan buku dengan sangat fokus. Hingga dua jam sudah berlalu.

"Akh aku capek sekali." Keira meletakkan pulpennya dan duduk bersandar di kursinya sambil bersedekap. Keira merasa tangannya yang sakit karena terlalu lama menulis. Keira memegangi jarinya yang memerah.

"Sepertinya kau harus istirahat dulu." Daffin terpikirkan satu tempat yang ada di benaknya. "Kalau begitu aku akan mengajakmu ke suatu tempat." Daffin sudah berdiri dari tempat duduknya dan mengabaikan sejenak soal-soal yang membuatnya pusing. "Ayo ikut aku."

Keira memperhatikannya, kemudian ikut berdiri dan berjalan menyejajari Daffin.

"Mau ke mana? Jangan-jangan ke gudang yang itu, lebih baik jangan deh." Keira sudah menolak terlebih dahulu apabila Daffin mengajaknya pergi ke gudang yang redup dan pengap itu. Bahkan ada sarang laba-laba dan serangga-serangga kecil yang bersembunyi di gudang itu, tempat yang sudah tidak terpakai hanya dipenuhi barang-barang yang sudah usang dan sudah tidak terpakai lagi. Daffin tidak menggubris perkataan Keira dan tetap berjalan.

Hingga Daffin berhenti ketika sudah berada di depan gudang yang Keira sudah menolaknya mentah-mentah.

"Kenapa ke sini? Aku malah bisa tambah stress di ruangan yang pengap begini." Keira mulai protes akan Daffin yang malah justru membawanya ke gudang itu yang sangat tidak disukai Keira sejak kejadian ia terkunci di dalam gudang.

"Diam dulu deh." Daffin sudah berjalan memasuki gudang itu meninggalkan Keira di belakangnya. Keira langsung berlari menyusul Daffin.

Daffin menggeser benda-benda yang menghalangi jalannya, hingga ada sebuah tangga untuk naik ke atas. Keira tidak mengira ada tangga untuk naik ke atas sana, ia hanya tahu gudang tertutup dan berisi benda-benda tidak terpakai. Daffin menaiki tangga yang ada di dalam gudang hingga kini ia sudah berada di rooftop. Keira mengangakan mulutnya. Keira tidak mengetahui bahwa di sekolahnya ada tempat yang bagus untuk menghilangkan stress ditambah udaranya yang segar di pagi hari dan cahaya matahari yang belum terik.

"Ternyata ada rooftopnya juga di sini. Aku tidak pernah kesini sebelumnya." Keira memejamkan matanya, merasakan udara segar yang menerpa wajahnya sambil tersenyum. "Kau pasti pernah ke sini sebelumnya."

"Ya sering, kalau aku sedang stress aku sering datang ke sini. Sendirian sambil menenangkan pikiranku."

"Wah seketika beban pikiranku mulai hilang." Keira tersenyum ke arah Daffin. "Apakah banyak murid yang juga pergi kesini?"

"Paling cuma sedikit yang tahu tempat ini. Soalnya tangga menuju ke sini di dalam gudang, sehingga banyak yang tidak tahu. Bahkan kau tadi menolak untuk pergi ke sini."

"Hehe. Aku kan tidak tahu ada tempat seperti ini."

Keira berputar-putar merasa kegirangan. Daffin hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Keira yang kekanakan itu. Daffin melihat ke bawah, ia mendelikkan matanya ketika melihat seseorang di bawah sana. Daffin langsung menarik tangan Keira dan sembunyi dari balik barang-barang yang ada di sana.

"Ada apa sih?"

"Sst...diam dulu. Ada pak guru yang lewat, nanti melihat kita." Daffin berbisik tangannya memegang lengan Keira sedangkan tangan yang satunya membekap mulut Keira agar tidak ketahuan pak guru yang lewat tadi. Keira hanya bisa diam menyadari jaraknya yang sudah begitu dekat dengan Daffin dan debaran jantungnya yang tidak bisa ia atur berdegup begitu cepat.

"Sepertinya sudah pergi." Daffin melepaskan tangannya dari mulut Keira. Daffin menoleh ke arah Keira menyadari jaraknya yang sangat dekat. Daffin langsung menjauhkan dirinya dari Keira dan berdiri untuk kembali ke perpustakaan. Keira masih berdiri di tempatnya, sepertinya Daffin tidak mengetahui kegugupannya saat jaraknya begitu dekat tadi.

"Daffin tunggu aku." Keira berlari kecil menyusul Daffin yang sudah berjalan mendahuluinya.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang