23 - Kegelisahan

80 29 17
                                    

Rhenia berjalan mondar-mandir tidak jelas di depan pintu, ini sudah lebih dari satu jam dari Keira biasanya pulang. Ia terus saja memandangi ponselnya jika Keira menelponnya, namun Rhenia belum menemukan pesan satu pun.

"Apa Keira belum pulang?" tanya mama Keira yang melihat kegelisahan Rhenia sejak tadi. Rhenia menggelengkan kepalanya.

"Belum Ma."

"Aduh di mana anak itu kenapa jam segini belum pulang juga." Mama Keira duduk di sebuah sofa sambil memegang kepalanya.

"Sebentar Ma, aku coba menelepon temannya Keira."

Rhenia akhirnya memutuskan untuk menelpon Della yang hanya ada di kontaknya saat ini. Telepon pun tersambung, Della mengangkat teleponnya.

"Kak Rhenia, kenapa menelponku?"

"Ohh Della, apa Keira saat ini sedang bersamamu?" tanya Rhenia dengan nada yang sedikit cemas.

"Tidak, apa Keira belum pulang ke rumah?!" Della ikutan cemas mendengar sahabatnya yang tidak tahu ada di mana. "Apa mungkin dia sedang bersama Daffin?" Della hanya menebak apa yang sedang terjadi.

"Aku tidak tahu, coba kau hubungi dia." Rhenia memutuskan sambungan teleponnya.

📕📗📘

Della mencari-cari kontak Daffin di ponselnya, ia terus menscroll ke atas dan ke bawah namun ia tidak juga menemukannya.

"Aduh aku lupa, aku kan tidak punya kontaknya, bagaimana ini?" Della kembali menggeser layar ponselnya. Ia berhenti ketika sebuah nama tertera di ponselnya. Della memelototkan matanya. "Apa?! Kenapa ada Riko juga di kontakku?" Della memikirkan kembali, kapan aku memasukkan kontaknya? Aku tidak ingat.

Della teringat sesuatu. "Dia pasti punya kontaknya Daffin, argh tapi aku tidak mungkin menelponnya." Della membenamkan wajahnya di atas bantal. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. "Namun mau bagaimana lagi, aku harus menemukan Keira secepatnya." Dengan ragu-ragu Della menelpon Riko. Telepon sudah tersambung. Ini demi Keira.

"Hallo, Ini siapa?" Riko mengangkat teleponnya, namun ia tidak mengenali siapa yang telah menelponnya. Della masih diam di tempatnya, ia ragu-ragu untuk bicara. "Hallo?" Riko memastikan apakah teleponnya masih benar-benar tersambung.

"Ehem, boleh aku minta nomor Daffin." Della menyamarkan suaranya. Della sungguh sangat malu, bukankah ia masih marah dengan Riko, namun apa yang terjadi sekarang ia malah yang terlebih dahulu menelponnya.

"Hah? Ini siapa aku tidak mengenalmu. Aku tidak akan memberikannya begitu saja kepada orang yang tak kukenal." Della yang sungguh kesal akhirnya meneriakkan Riko lewat ponselnya.

"Sudah cepat berikan saja, ini darurat." Riko akhirnya menyadari suaranya. Ia akhirnya tahu bahwa Della yang telah meneleponnya.

"Oh hai Della, bagaimana kau bisa dapat nomorku, jangan-jangan kau sudah mulai menyukaiku ya," goda Riko lewat telepon.

"TIDAK, cepat berikan nomor Daffin sekarang juga, ini penting." Della memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Sebenarnya Riko ingin bertanya kenapa Della meminta nomor telepon Daffin, namun ia urungkan ketika Della sudah sangat mendesaknya.

Tak lama kemudian, Riko mengirimi pesan berupa nomor Daffin, dengan cepat Della menelpon Daffin.

"Ini Della. Daffin apa Keira sedang bersamamu?" teriak Della dengan terburu-buru. Daffin mengerutkan keningnya.

"Tidak, emangnya ada apa dengannya?"

"Jadi dia tidak sedang bersamamu. Keira belum pulang sampai sekarang, terus dia sekarang ada di mana?" Della mulai cemas bahwa ternyata Keira tidak sedang bersama Daffin.

"Apa?!" Daffin memutuskan sambungan teleponnya lalu dengan cepat ia meraih kunci mobilnya dan menuruni tangga dengan cepat. Daffin keluar rumah dengan terburu-buru sampai tidak sadar ia membanting pintu rumahnya.

Della juga memesan taksi untuk segera pergi ke rumah Keira. Sesampainya di rumah Keira, semuanya diliputi oleh perasaan cemas. Daffin juga merasa cemas terlihat sekali dari wajahnya.

"Aku akan mencarinya." Daffin berkata mantap lalu beralih masuk ke mobilnya.

"Aku ikut, sebagai kakaknya aku harus ikut." Rhenia berdiri menyusul Daffin.

"Aku juga." Della langsung masuk ke mobil Daffin.

📕📗📘

Keira menyandarkan kepalanya pada setir mobil. Ia sepertinya sudah putus asa, ponselnya kehabisan baterai sehingga ia tidak bisa menghubungi siapa pun.

"Aku takut, siapa saja tolong aku." Keira mulai meneteskan air matanya.

Daffin menyetir tidak tahu entah ke mana akan mencari Keira, ia kemudian teringat akan sebuah mobil yang mirip dengan mobil Keira. Daffin langsung menuju ke tempat itu. Ia kembali ke makam tempat ia melihat mobil Keira, tetapi sepertinya Keira tidak ada di sana. Daffin kembali memutar balikkan mobilnya menjauhi tempat itu.

Daffin melewati sebuah pertigaan, namun tiba-tiba ia menghentikan mobilnya.

"Ada apa Daffin?" tanya Della yang menyadari Daffin menghentikan mobilnya.

"Ah sepertinya kita harus pergi ke sana." Daffin menunjuk sebelah kiri dari pertigaan itu. Della bergidik ngeri.

"Apa kita harus pergi ke sana? Sepertinya tidak mungkin." Della tidak yakin akan pergi ke sana.

"Iya, sepertinya Keira pergi ke sana." Daffin berbicara dengan mantap.

"Bagaimana kau tahu?"

"Instingku berkata dia ada di sana." Daffin langsung melajukan mobilnya ke arah kiri.

Di dalam mobil Keira terus saja memejamkan matanya rapat-rapat, ia takut melihat ke depan dengan jalanan yang gelap hanya di terangi oleh sorotan cahaya dari lampu mobilnya. Keira jadi membayangkan yang aneh-aneh. Dalam hati ia terus berdoa agar ada seseorang yang menemukannya di sini.

Daffin terus berjalan ke depan, mobilnya melaju perlahan sambil mengamati keadaan sekitarnya. Daffin menyipitkan matanya ketika ia melihat sebuah mobil putih di depannya yang tampak mirip seperti mobil Keira. Daffin yakin bahwa itu mobil Keira lalu ia berhenti tepat di belakang mobil Keira. Semuanya keluar dari mobil dengan perasaan sedikit lega. Daffin mengintip dari balik kaca mobil bagian sampingnya, ia melihat Keira yang bersandar pada setir mobinya dengan lemas.

"Keira, Keira!!" Daffin menggedor jendela kaca mobil Keira yang terkunci dari dalam, Daffin khawatir terjadi sesuatu pada Keira. Keira menoleh ke arah sampingnya, ia melihat bayangan Daffin sudah berada di dekatnya. Keira langsung membuka pintu mobilnya dan menangis kencang sambil memeluk Daffin dengan erat. Daffin mematung di tempatnya menyadari perlakuan Keira. Della dan Rhenia hanya saling lirik kemudian tersenyum lega.

"Aku takut, aku sangat takut sendirian di sini." Keira masih tidak bisa menghentingan tangisnya. Daffin mengelus puncak kepala Keira. "Hei jangan menangis, kami sudah berada di sini. Ayo kita pulang."

"Bagaimana bisa kau sampai di sini?" tanya Rhenia dengan bingung.

"Aku tidak tahu." Keira menundukkan kepalanya, ia tidak ingin mengulang kejadian itu lagi.

Rhenia menghela napas pelan, lalu membuka pintu mobil Keira. "Biar aku saja yang menyetir mobilnya." Rhenia sudah berada di kursi kemudi.

"Aku akan ikut dengan kak Rhenia, kau bisa pergi dengan Daffin." Della mengedipkan sebelah matanya. Keira hanya bengong tidak mengerti dengan maksud Della tadi, kemudian ia menurut saja karena saat ini Keira ingin secepatnya pulang ke rumah. Keira akhirnya masuk ke dalam mobil Daffin.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now