10 - Surat Misterius

98 44 16
                                    

Della sudah pergi duluan ke kelasnya karena katanya ada hal yang harus dilakukan, Keira sedang membayar makanan yang tadi dibelinya. Ketika Keira masuk ke dalam kelasnya, ia melihat ada secarik kertas yang terselempit diantara buku-buku di mejanya. Keira lalu mengambilnya dan mulai membacanya.

~Temui aku di gudang belakang sekolah~

Keira mengerutkan keningnya. Siapa yang mengirim surat ini?
"Aku pergi sebentar." Keira memasukkan suratnya ke dalam saku lalu bergegas keluar kelas. Della hanya melihat kepergian Keira.

Keira sudah sampai di depan gudang yang tadi disebut di surat itu. Ia ragu-ragu mau masuk ke dalam atau tidak. Keira akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam. Terdengar suara deritan pintu yang terbuka. Keira menengok ke dalam, namun tidak ada siapa pun di sana. Keira sudah masuk ke dalam gudang. Tiba-tiba saja dari belakang pintu tersebut tertutup. Keira mulai panik, pintunya tidak bisa terbuka. Dengan sekuat tenaga Keira mencoba membuka pintu itu, namun apa daya pintunya sudah terkunci dari luar. Keira akan membuang tenaganya sia-sia.

"Tolong apa ada seseorang di sini! Tolong selamatkan aku!" Keira mulai ketakutan ia bahkan meninggalkan ponselnya di kelas, ia tidak bisa menghubungi siapa-siapa. Keira berteriak tetapi tidak ada yang mendengarnya. Keira mulai meneteskan air matanya. Tiba-tiba saja terdengar suara dari belakang.

"Bisa diam tidak sih, lebay banget deh. Mengganggu saja." Keira ragu-ragu untuk menoleh ke asal sumber suara. Ia takut jika yang berbicara itu hantu bukan manusia. Kemudian ada langkah yang mendekati Keira. Ia seperti mengenal suara itu.

"Ah kaget aku." Dengan cepat Keira menghapus air matanya ketika melihat seseorang di depannya. "Hah? Daffin?" Keira dibuat heran dengan kedatangan Daffin yang muncul entah dari mana asalnya. "Bagaimana–"

"Ternyata kau. Dari tadi kau teriak-teriak seperti orang kesetanan." Daffin tidak menyadari ternyata orang yang sejak tadi berteriak adalah Keira.  Keira masih bingung dengan keberadaan Daffin.

"Jadi kau yang menulis surat. Kenapa juga di sini segala? Kan bisa ditempat lain ketemuannya nggak di sini juga kali." Keira mulai kesal.

"Surat?" Daffin tidak mengerti dengan perkataan Keira.

Keira mengambil surat yang tadi diterimanya kemudian menunjukkannya di hadapan Daffin.
"Bukankah kau yang menulisnya?" Keira mulai mengerti dengan kebingungan Daffin yang hanya menggeleng-geleng. "Jadi bukan kau, terus siapa yang menulisnya?" Daffin mengedikkan bahu lalu beralih tiduran di sebuah sofa yang sudah usang. Ia meraih komik yang berada di sebelahnya.

"Kenapa ada sofa disini? Dan juga kenapa kau ada di sini?" Keira benar-benar dibuat bingung dari mana Daffin munculnya. Padahal waktu Keira masuk ke sini tidak ada seorang pun di sana.

"Aku udah di sini dari tadi kali, sebelum kau masuk ke sini." Dengan santainya Daffin bersandar di sofa sambil membaca komik.

"Aargh, bagaimana caranya keluar dari sini?" Keira mengacak-ngacak rambutnya kesal.

"Entah." Keira kebingungan bagaimana cara keluar dari ruangan ini. "Duduk sini dari tadi kau cuma berdiri mondar-mandir nggak jelas." Daffin menunjuk agar Keira duduk di sebelahnya.

"Kau santai sekali, kau tidak mau keluar dari sini apa. Aku harus mencari cara." Keira mulai menyelidiki dari sudut-sudut ruangan, namun tidak ada cara untuk keluar. Ruangan itu tertutup rapat, tidak ada jendela hanya ada ventilasi di atas. Keira mulai gelisah sambil terus melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Kita tunggu saja sampai orang itu membukakan pintu." Daffin masih berbicara dengan tenang seolah tidak terjadi apa pun.

"Bagaimana mungkin?! Aku bisa terlambat pelajaran olahraga. Bagaimana kalau kita tidak bisa keluar sampai pagi?!" teriak Keira yang sudah panik. Ia berjalan mondar-mandir tidak jelas.

Tak lama kemudian terdengar suara dering telepon milik seseorang sehingga menghentikan Keira berjalan mondar-mandir. Daffin mengeluarkan ponselnya dari saku lalu ia mengangkatnya.

"Ada apa?" Daffin menjawabnya dengan malas. "Oh baiklah." Ahh menyebalkan padahal kan...Daffin mengeluarkan sesuatu dari sakunya yaitu sebuah kunci. Dengan mudahnya Daffin membuka pintu itu yang tadi sempat terkunci dari luar. Keira membelalakkan matanya.

"Apa?! Kau punya kuncinya? KENAPA TIDAK BILANG DARI TADI?!" teriak Keira kesal bukan main. Ia sudah susah payah mencari cara agar bisa keluar dari ruangan itu malah Daffin dengan santainya punya kuncinya.

"Kau kan tidak bertanya padaku." Daffin tidak lagi menggubris perkataan Keira lalu berlalu pergi dari ruangan itu. Keira hanya mengikutinya dari belakang dengan kesal. Keira sangat kesal dengan Daffin. Jika saja dia tidak tampan aku ingin sekali memukul wajahnya.

📕📗📘

Keira sudah mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga. Ia berlari dengan cepat ke lapangan olahraga di mana teman-teman sekelasnya sudah berkumpul dan guru pembimbingnya juga sudah ada. Keira berjalan dan ikut baris di belakang. Pada saat guru itu memanggil namanya, Keira datang tepat waktu.

"Arquella Keira."

"Hadir." Keira mengangkat tangannya masih dengan napas yang tidak beraturan karena berlari tadi. Dasar si Daffin menyebalkan itu untung saja aku tepat waktu.

Keira meluruskan kakinya sambil meminum air di botolnya sampai habis. Ia menjadi begitu haus setelah lari sampai sini. Ditambah lagi pemanasan harus lari tiga kali putaran lapangan. "Akh, capek sekali." Keira mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahnya, keringatnya sudah bercucuran. Salva dan Della datang menghampiri Keira yang kelelahan.

"Dari mana saja kamu Keira?" tanya Salva yang tidak melihat Keira waktu semua orang sudah berkumpul di lapangan.

"Ada sedikit masalah tadi. Tapi tidak apa-apa yang penting aku tidak terlambat," jawab Keira sambil senyum-senyum sendiri. Dalam hati Keira sedikit senang, walaupun ia terkunci di ruangan itu ada Daffin disana yang membuat hati Keira berbunga-bunga.

Mereka hanya diperbolehkan istirahat sebentar kemudian melanjutkan kembali olahraga. Hari ini latihan volly, Keira satu tim dengan Della dan Salva. Pertandingan dimulai, tak berselang lama tim Keira menang skor daripada tim yang satunya.

"Yess." Keira berhigh-five dengan Della, Salva, dan yang lainnya. Walaupun ini hanya permainan, menang bisa membuat Keira bangga.

Pada detik-detik terakhir, skor mereka seri. Tiba-tiba pandangan Keira teralihkan oleh sesuatu. Seorang pria tampan bersinar di mata Keira berdiri tak jauh darinya. Keira menatapnya lekat, ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari pria itu. Hingga akhirnya Keira dibuyarkan lamunannya karena teriakan keras dari Della yang sudah memanggilnya berkali-kali. Bola volly melayang di atas kepala Keira. Dengan cepat Keira menghindar dari bola itu sehingga membuat bolanya memantul di tanah kosong. Keira menghela napas lega. Kemudian Keira mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. "Hah? APA YANG KULAKUKAN?!" Keira baru menyadari kebodohannya, bola itu tidak segera dipukulnya tadi ke arah lawan ia malah menghindarinya. Keira menjadi tidak konsentrasi karena ada Daffin. Daffin yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa menahan tawanya.

"Keira apa yang sedang kau pikirkan tadi? Seharusnya kita bisa menang lho." Della heran dengan tingkah Keira tadi.

"Ahh entahlah." Keira menjadi malu sendiri. Kalau aku terus bersikap seperti ini, semua orang nanti akan tahu. Argh, aku tidak bisa tidak melihatnya. Dia sangat mempesona.

Haii jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now