29 - Alunan Gitar

57 14 1
                                    

Della berdiri di rooftop sekolah sambil meminum susu strawberry kesukaannya. Ia menikmati hembusan angin pagi yang segar menerpa wajahnya. Rambutnya yang selalu dikuncir kuda itu membuatnya terlihat lebih segar diterpa angin.

Saat hendak meninggalkan rooftop, Della mendengar suara alunan musik yang tak jauh darinya, ia kemudian mengurungkan niatnya untuk pergi. Suara petikan gitar yang indah membuatnya melebarkan telinganya untuk mendengarkannya. Suara itu berasal dari bawahnya, Della mengintip ke bawah ia melihat seseorang yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi. Suaranya yang indah membuatnya tidak ingin melepaskan pandangannya dari orang itu. Setelah diamati, Della baru menyadari bahwa orang itu adalah Riko. Riko yang sangat ia kenal sebagai tukang jahil ternyata memiliki sisi menarik tersendiri.

Kenapa jantungku berdetak tidak seperti biasanya? Kenapa secepat ini? Seperti mau rusak, ini baru pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi denganku?

Diam-diam Della mengamati Riko cukup lama sampai ia selesai bernyanyi. Tanpa ia disadari Della tersenyum melihat Riko yang seperti itu. Sampai-sampai ia tidak sengaja menjatuhkan kotak susu yang dipeganganya tepat ke arah kepala Riko. Della yang tidak sengaja menjatuhkannya langsung membelalakkan matanya. Della apa kau gila?! Apa yang telah aku lakukan?!

Della bingung harus bagaimana, ia berjalan mondar-mondir tidak jelas, akhirnya Della memutuskan berlari dan menjauhi tempat itu agar tidak ketahuan oleh Riko. Riko terkejut ada sesuatu yang menjatuhi kepalanya. Ia memegang kepalanya menyadari ada sesuatu yang basah dan lengket mengenai kepalanya. Riko melihat bungkusan susu strawberry di depannya.

"SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!" teriak Riko dengan kesal kerena sudah mengotori rambutnya. Riko mencium bau susu strawberry di rambutnya. "Ah menyebalkan sekali."

Riko mencuci rambutnya di wastafel dekat lapangan basket sambil menggerutu kesal.

"Beraninya dia menjatuhkan susu tepat di kepalaku? Lihat saja nanti, aku akan segera tahu siapa pelakunya." Riko mengepalkan tangannya. Della yang mengintip dari belakang merasa gelisah, ia menggigit jari-jari tangannya. Apa yang harus aku lakukan?

Della kembali berjalan mondar-mandir.
"Apakah aku harus ke sana?" Della menghentikan langkahnya. "Tidak, aku tidak mungkin ke sana." Della semakin dibuat bingung, namun ketika saat ia hendak menghampiri Riko, orang itu sudah tidak ada di sana. Della mengedarkan pandangannya. Ia celingukan mencari keberadaan Riko yang menghilang begitu saja.

"Di mana dia? Cepat sekali perginya." Della tidak menemukan keberadaan Riko di mana pun.

Namun ketika hendak pergi, Della dikejutkan dengan seseorang yang menepuk pundaknya, Della perlahan menoleh ke belakang. Riko kini di belakang Della dengan menunjukkan bungkusan susu strawberry di hadapan Della. Della yang melihat itu, menelan ludahnya. Mengaku atau tidak. Dalam hati Della terus berbicara seperti itu.

"Baiklah itu aku yang melakukannya, aku tidak sengaja menjatuhkannya, tanganku licin sehingga itu terjatuh tepat di kepalamu. Maafkan aku." Della berbicara sambil menundukkan kepalanya tidak berani menatap Riko.

Riko menatap Della lekat. Ia mengedip-ngedipkan matanya tidak mengerti. Ia terdiam sesaat. "Hah, padahal aku hanya ingin memberimu susu strawberry, karena aku sering melihatmu meminumnya. Lihat ini masih tersegel." Riko menunjukkan bungkusan susu yang masih tersegel, Della langsung mengangkat kepalanya. "Oh berarti yang menjatuhkan itu kamu ya, kau harus menuruti permintaanku." Riko tersenyum licik.

"APA?! Aku tidak sengaja melakukannya, apa yang akan kau lakukan kepadaku?!" Della menyesal telah mengakui kebodohannya sendiri.

"Kau tidak mau bertanggung jawab?"

"Aku bukan sengaja melakukannya ya, itu karena tadi tanganku licin dan aku tidak melihatmu ada di bawahku." Della sedikit berbohong dengan ucapannya, ia menjatuhkan susu itu bukan karena tangannya licin tapi karena ia sampai melamun melihat Riko yang sedang bernyanyi.

"Walaupun disengaja atau tidak disengaja, tapi kau sudah benar-benar mengotori rambutku ini." Riko memegang rambutnya yang tadi sempat terkena susu.

Della menghembuskan napasnya. "Baiklah apa permintaanmu?" tanya Della dengan lesu tanpa semangat.

"Nanti akan aku pikirkan, tetapi kau harus benar-benar mau melakukan permintaanku." Riko tersenyum misterius membuat perasaan Della menjadi tidak enak.

"Iya akan aku lakukan." Ia mengerucutkan bibirnya hanya pasrah dengan apa yang akan menjadi hukumannya. Riko tersenyum geli melihat tingkah Della.

📕📗📘

Lagi-lagi Keira berada di perpustakaan, tempat yang hampir setiap hari ia kunjungi untuk belajar. Kini Keira duduk bersebelahan dengan Daffin, Keira sedikit tidak fokus dengan belajarnya. Tak sedikit ia melirik Daffin yang sedang sangat fokus dengan buku yang di depannya. Daffin mengangkat rambutnya merasa pusing melihat soal-soal di depannya. Sadar saat terus ditatap Keira, Daffin menoleh ke arah Keira dengan tatapan bingung.

"Apa ada yang salah denganku?" Keira tergagap dan langsung memalingkan wajahnya.

"Ti-tidak." Ia lagi-lagi tertangkap basah memandangi Daffin. Daffin melirik ke arah Keira, ia masih memalingkan mukanya dari Daffin. Aku sangat malu, batin Keira sambil menutupi mukanya menyembunyikan diri.

Keira akhirnya menyibukkan diri dengan mengerjakan soal-soal di depannya, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arah Daffin. Ia sangat malu dengan kejadian tadi, Keira jadi teringat kejadian-kejadian saat ia tertangkap basah memandangi Daffin. Aku benar-benar bodoh. Keira menepuk dahinya sendiri. Aku ini ternyata pintar dalam pelajaran saja, ternyata aku ini sangat bodoh dalam hal percintaan.

Ia kemudian menoleh ke arah Daffin. Ia melihat Daffin yang tertidur di sebelahnya. Keira lagi-lagi terpesona dengan ketampanan Daffin. Lagi tertidur bahkan dia masih saja sangat tampan.

Keira mencolek pipi Daffin menggunakan pulpennya. "Ia benar-benar tertidur." Ia kembali mencolek pipi Daffin, namun tiba-tiba saja tangan Daffin mencekal lengan Keira, sehingga membuat Keira tersentak dan menjatuhkan pulpen yang sedang dipegangnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Daffin mengangkat kepalanya, ia menatap Keira dengan tatapan tajam membuat Keira dibuat ketakutan dengan tatapannya itu, ia terdiam di tempatnya sambil menelan ludahnya dengan susah payah. Keira merasakan detak jantungnya tidak berjalan normal, karena ia bingung apa yang harus ia katakan dan juga karena cekalan tangan Daffin yang memegang lengannya.

Keira melepaskan tangannya dari Daffin. "Ah itu...aku tadi ada soal yang tidak kumengerti jadi aku ingin bertanya denganmu," kata Keira mengarang alasan. Daffin sebenarnya tahu Keira mengarang alasan karena jelas sekali dilihat dari cara bicaranya yang terbata-bata. Namun Daffin memilih untuk diam dan tidak memperpanjang masalah.

Tatapan Daffin kembali melunak tidak seperti tadi. "Soal apa yang ingin kau tanyakan?" Daffin menoleh ke arah lembaran soal yang dipegang Keira.

"Ah tidak jadi sepertinya aku sudah mengerti sekarang." Keira mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemudian tiba-tiba ia berdiri dari tempat duduknya. "A-aku mau pergi ke toilet dulu." Keira bergegas meninggalkan perpustakaan dan meninggalkan Daffin sendiri.

Daffin hanya memandangi kepergian Keira sambil tersenyum. "Dasar Keira."

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now