50 - Bayangan Tiga Tahun Lalu

30 6 16
                                    

Fyra sedang berbicara empat mata dengan seseorang di tempat yang sunyi. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa lagi yang kau inginkan sekarang?" Fyra terdengar tidak ingin terlibat lagi dengan seseorang yang kini berdiri di depannya.

"Aku hanya ingin kau membantuku membuat masalah untuk Keira." Fyra hanya terdiam.

"Sudah kubilang aku tidak ingin terlibat lagi denganmu." Fyra bersikukuh agar tidak terjerumus lebih dalam lagi. Kemudian orang itu membisikkan sesuatu di telinga Fyra.

"Apa kau tidak ingin menjadi peringkat yang pertama? Keira selalu mengalahkanmu. Dan kau hanya di posisi yang kedua apa kau tidak muak dia mengambil posisi yang seharusnya menjadi milikmu." Fyra mengepalkan tangannya dengan bergetar, omongannya itu sedikit mempengaruhi hatinya. Tetapi ia teringat bayangan Keira yang tersenyum tulus itu, ia jadi tidak bisa mengkhianatinya.

"Kau? Sebenarnya apa tujuanmu?" tanya Fyra dengan tatapan tajam.

"Aku hanya ingin membalaskan dendamku saja. Dan dia selalu merebut apa yang seharusnya menjadi milikku." Orang itu terlihat berbicara dengan santai. Fyra sedikit tercengang mendengarnya. Ia sekarang harus memilih pilihan yang benar.

Fyra kemudian pergi begitu saja, sambil menabrak bahu orang itu dengan sedikit keras. Aku tidak boleh terjerumus lebih dalam. Dan juga tidak mau mengkhianati Keira yang sangat baik. Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka?

📕📗📘

Keira mengetuk-ngetukkan bolpoinnya di atas meja. Ia merasa pelajaran hari ini terasa sangat membosankan. Semua anak terlihat tidak memperhatikan pelajaran. Keira melamunkan hal yang terjadi kemarin. Aku masih kepikiran. Apakah Daffin sudah membaca pesanku tentang bentuk hati itu? Benar-benar menyebalkan. Aku sampai tidak bisa konsentrasi dalam pelajaran.

"Aaah, benar-benar." Keira tiba-tiba berteriak keras sehingga membuat semuanya menoleh ke arah Keira. Keira langsung menutup mulutnya. Ia tidak sadar apa yang telah dilakukannya. Apa yang baru saja aku lakukan? Keira apa kau sudah gila. Ia merutuki dirinya sendiri karena telah melakukan hal bodoh di dalam kelas.

"Ada apa Keira?" tanya Pak Guru.

Keira mencoba tersenyum. "Tidak ada apa apa pak." Keira berbicara dengan halus, ia tidak ingin kena masalah. "Ah tadi itu ada serangga yang menempel di tangan saya." Keira mengarang alasan. Pak guru hanya mengangguk-angguk tidak memperpanjang masalah. Keira akhirnya bisa mengembuskan napas lega

Setelah pelajaran selesai, Keira dan Della pergi ke kantin. Keira terlihat lesu tidak seperti biasanya.

"Keira ada apa denganmu tadi? Kenapa kau tiba-tiba teriak?" tanya Della.

"Entahlah, pikiranku lagi kacau."

"Memangnya apa yang sedang kau pikirkan?" Salva datang dengan tiba-tiba dan duduk di sebelah Della.

"Aah sudahlah aku tidak mau membicarakannya lagi." Keira lagi-lagi teringat kembali kejadian kemarin. Aku jadi malu kalau bertemu dengan Daffin.

"Hai Della," teriak Riko yang tidak jauh dari mereka sambil melambaikan tangannya, ia berjalan mendekat. Keira langsung melebarkan matanya ketika melihat mereka berdua yang berjalan ke arahnya. Duh baru saja diomongin.

Keira kemudian menundukkan kepalanya tidak menatap Daffin. Daffin duduk di sebelah Keira. Ia mengamati Keira yang terlihat aneh.

"Keira, ada apa denganmu?"

"Tidak kenapa-napa." Keira berbicara masih dengan menundukkan kepalanya.

"Dia dari tadi aneh. Bahkan saat pelajaran ia tiba-tiba teriak tidak jelas." Della menjelaskan situasinya, Keira hanya terdiam.

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now