54 - 20 Percent

26 7 12
                                    

DEG!! DEG!! DEG!!
Keira menelan ludahnya dengan susah payah.

"Apa yang kau katakan?" Keira merasa ia ingin Daffin mengulangi perkataannya itu.

"Aku hanya ingin tahu kenapa kau bisa menjadi gadis yang ceria setiap saat, sepertinya hidupmu tidak ada beban." Keira mengedip-ngedipkan matanya.

"Hah? Apa maksudmu?" Keira masih saja tidak mengerti dengan pertanyaan Daffin.

"Ah lupakan saja." Daffin langsung berjalan mendahului Keira.

Keira masih berdiri di tempatnya. Apa maksud yang dia katakan? Ia memikirkan kalimat tadi. Daffin menghentikan langkahnya menyadari Keira masih tertinggal di belakangnya. Ia membalikkan badannya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Keira langsung tersadar dari lamunannya lalu berjalan menyusul Daffin.

Sesampainya di tempat parkir. Keira tidak masuk ke mobilnya ia masih saja berdiri di samping Daffin.

"Apa kau tidak mau pulang?"

"Mmm bisakah kau menemaniku sebentar untuk jalan-jalan," tawar Keira dengan sedikit ragu-ragu.

Pembicaraan Keira dan Calista beberapa saat yang lalu.

"Kalau begitu kita uji coba saja." Calista berbicara dengan mantap.

"Apanya?"

"Setelah ini coba kau ajak Daffin jalan-jalan. Jika dia mau menerima ajakanmu ada peluang dua puluh persen dia menyukaimu." Keira menatap Calista dengan serius.

"Apakah benar?"

"Itu hanya dugaanku saja sih. Lebih baik dicoba dulu. Jika dia mau melakukan apa saja yang kau minta sampai dia mau mengantarmu pulang, itu artinya dia menyukaimu lima puluh persen. Dan bila dia menyatakan cinta barulah dia seratus persen menyukaimu." Keira terlihat berpikir.

"Nanti akan aku pertimbangakan saranmu."

Keira menatap Daffin dengan pandangan berharap. Aku benar-benar melakukan apa yang dikatakan Calista, tapi lebih baik aku coba dulu. Jantung Keira berdegup kencang, ia terlihat was-was menanti jawaban dari Daffin.

"Baiklah." Begitu kalimat itu keluar dari mulut Daffin, mata Keira langsung berbinar-binar.

"Dua puluh persen." Tanpa segaja kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Keira. Ia langsung menutup mulutnya. Daffin memiringkan kepalanya dengan bingung.

"Kita jalan kaki saja. Aku hanya ingin ke taman situ."

Mereka berdua berjalan beriringan, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Keira merasa suasananya seakan menjadi canggung.

"Anginnya sejuk nih." Keira menikmati angin yang menerpa wajahnya. Rambutnya berkibar mengikuti tiupan angin. Daffin mengamati Keira. Tiba-tiba saja Daffin menyentuh puncak kepala Keira sontak membuat Keira terkejut dan langsung menoleh ke arah Daffin.

"Hmm?"

"Ada sesuatu di rambutmu." Keira memegang rambutnya.

"Mana?" Namun Keira tidak merasakan ada yang aneh dengan rambutnya.

"Di sini." Daffin menyentuh rambut Keira kemudian mengacak-ngacaknya hingga membuatnya berantakan.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Keira sedikit kesal, namun Daffin hanya berjalan mendahului Keira dengan santai tanpa rasa berdosa. Keira merapikan kembali rambutnya, ia merasakan kehangatan ketika Daffin menyentuh rambutnya, ia diam-diam tersenyum. Daffin membalikkan badannya menyadari Keira yang masih tertinggal di belakang.

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now