70 - Permintaan Keira

29 6 18
                                    

Kucing-kucing itu melompat dari kardus dan langsung berlarian di halaman rumah Keira. Mereka berdua saling tersenyum menatap kucing-kucing itu.

"Fiinn!" panggil Keira pada kucing itu, namun entah mengapa Daffin menoleh ke arah Keira. "Daffin kau lagi-lagi merasa terpanggil. Hahaha." Keira tertawa melihat Daffin juga menoleh saat ia memanggil kucing itu.

"Haish, sungguh menyebalkan." Daffin memalingkan wajahnya dari Keira.

"Hei aku hanya bercanda. Jangan marah okay?" Keira menunjukkan wajah imutnya.

"Aku nggak pernah marah lho." Daffin mengacak-acak rambut Keira.

"Aku harap kita bisa tetap berhubungan seperti ini sampai kapan pun." Keira menatap ke depan sambil tersenyum membayangkannya. Daffin menoleh ke arah Keira.

"Oh apa kau berniat menikahiku?" tanya Daffin terus terang. Seketika Keira langsung menoleh mendengar perkataan Daffin.

"Hah? Apa?" Keira langsung tergagap.

"Bukankah kau bilang sampai kapan pun?" Keira langsung mengelak.

"Ah aku hanya salah bicara." Keira tertawa pelan namun Daffin menanggapinya dengan serius.

"Benarkah? Jadi kau tidak mau menikahiku dan kau akan menikahi orang lain?" tanya Daffin dengan serius. Aduh, kenapa jadi begini?

"Hei, kita bahkan belum lama berpacaran aku belum memikirkan hal seperti itu, kita masih remaja tahu." Daffin hanya bergumam tidak jelas mendengar penjelasan Keira. "Kenapa kita jadi membahas hal seperti ini sih?"

"Benar juga, kenapa pembicaraan kita sampai sejauh ini?" Akhirnya pembicaraan mereka terhenti, setelah itu mereka bingung dengan apa yang akan dibicarakan.

Tiba-tiba Daffin mencubit pipi Keira sehingga membuatnya tersentak. "Kau menggemaskan sekali."

"Ah udah sakit nih." Daffin akhirnya melepaskan cubitan di pipi Keira. Keira memegangi pipinya dengan kesal.

Daffin kembali melihat ke arah kucing itu. "Sepertinya kucingnya menyukaimu." Keira mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalau begitu aku pulang dulu ya." Daffin beranjak pergi dari tempat duduknya, namun Keira menahan lengan Daffin agar tidak pergi.

"Tunggu dulu. Ada sesuatu yang akan kuberikan padamu. Kamu jangan pergi dulu." Keira langsung berlari menuju kamarnya. Dan mengambil barang, Keira kembali keluar dengan napas terengah-engah.

"Kenapa berlari segala? Aku nggak pergi kok," kata Daffin sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hosh, hosh." Setelah mengatur kembali napasnya, Keira memberikan sebuah buku pada Daffin. Daffin mengerutkan keningnya sambil menerima buku itu. Daffin menoleh ke arah Keira.

"Buka dulu," jawab Keira sambil tersenyum.

Perlahan Daffin membuka buku itu, ia mengagakan mulutnya, di buku itu penuh dengan sketsanya.

"Wow, Keira kau hebat sekali." Keira tersipu malu mendengar pujian dari Daffin. "Ternyata dari dulu kau memang sudah menyukaiku." Daffin tertawa pelan.

"Apaan sih?" Keira menundukkan kepalanya sambil malu-malu.

Sreet
Tiba-tiba Daffin merobek salah satu gambar Keira. Keira tersentak melihat Daffin merobeknya begitu saja.

"Hei apa yang kau lakukan?" Daffin memberikan selembar kertas itu pada Keira. Keira menatap Daffin dengan bingung.

"Kau harus menyimpan gambar yang itu."

"Hah?"

"Kau tidak seharusnya memberikan semuanya padaku, kau harus menyimpan gambarmu sendiri."

Started in the Library [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang