40 - Daffin Sang Tuan Muda

33 8 9
                                    

Mereka berdua kembali berjalan sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Cuaca sudah semakin panas karena matahari sudah berada tepat di kepala mereka. Keira merasa gerah, ia mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajahnya.

"Daffin kita keluar saja ya dari tempat ini, panas sekali rasanya." Mereka akhirnya keluar dari taman bermain dan memutuskan untuk pergi ke kafe yang berada di seberang jalan.

Namun pada saat Keira akan menyebrang, sebuah mobil hendak melaju ke arah Keira padahal lampu lalu lintas masih berwarna hijau untuk yang akan menyebrang. Dengan cepat Daffin menarik tangan Keira dan akhirnya bisa menghindari tabrakan. Keira jatuh terduduk ia hanya bisa terdiam, ia sangat syok dan saat ini perasaannya tidak karuan antara takut sekaligus panik. Nafasnya tidak beraturan.

"Keira kau tidak apa-apa?" tanya Daffin yang sangat cemas melihat Keira yang hampir saja tertabrak mobil. "Orang itu sembarangan saja mau menerobos lampu merah." Daffin ingin sekali memarahi sopir mobil yang tadi melaju hendak menabrak Keira, namun mobil itu sudah melaju cepat dan menghilang dari pandangan. Ia kembali melihat Keira yang masih terduduk lemas. Keira tidak bisa berdiri, kakinya seakan sangat lemas untuk mengangkatnya berdiri. Daffin membelalakkan matanya ketika melihat darah yang mengalir dari kaki Keira.

"Keira kakimu berdarah." Keira melirik ke arah kakinya, ada darah yang mengalir di kakinya dan terdapat goresan yang membuatnya berdarah. Keira menahan sakit. Dengan cepat Daffin berjongkok di depan Keira dan menggendong Keira dari belakang. Keira lagi-lagi hanya bisa diam.

Daffin menggendong Keira sampai mobil. Daffin kembali melajukan mobilnya. Keira masih saja terdiam, mengingat kejadian yang tadi ia sangat takut apabila Daffin tidak menyelamatkannya, Keira sangat takut ia nyaris kehilangan nyawanya.

"Daffin, terima kasih," ucap Keira dengan menundukkan kepalanya.

"Hmm. Aku tadi sangat mengkhawatirkanmu." Keira langsung mengangkat kepalanya jantungnya kembali berdegub sangat kencang. Dia bilang apa tadi? Dia bilang dia mengakhawatirkanku, aku sangat senang mendengarnya. "Sebentar lagi kita akan sampai, aku akan mengobati lukamu."

Mobil Daffin kini sudah berada di depan gerbang rumah megah bak istana. Petugas itu langsung membukakan pintu gerbang begitu melihat mobil Daffin yang sudah berada di depan pintu. Keira membuka mulutnya seakan tidak percaya. Seperti yang sudah Keira duga, rumah yang di depannya adalah rumah Daffin. Daffin keluar dari mobil, ia membukakan pintu untuk Keira dan memapahnya berjalan. Pelayan langsung menyambut kedatangan Daffin.

"Ada yang bisa saya bantu, tuan muda?"

"Tolong ambilkan saya kotak P3K." Daffin menyuruh pelayan itu dengan lembut. Pelayan itu menganggukkan kepalanya.

"Baik, tuan muda." Pelayan itu berjalan meninggalkan Daffin dan segera mengambilkan kotak P3K, Daffin menerimanya dan membawa Keira ke lantai atas. Ia memapah Keira menuju suatu ruangan.

"Daffin aku bisa berjalan sendiri." Keira merasa malu dilihat oleh pelayan itu yang masih saja tersenyum ke arahnya.

Setelah sampai di ruangan itu, Keira sangat takjub, di sana terdapat banyak sekali buku-buku yang sudah seperti perpustakaan, namun bedanya ini lebih kecil dari perpustakaan di sekolah. Daffin menyuruh Keira untuk duduk di kursi. Daffin berjongkok dan mulai mengobati luka yang ada di kaki Keira.

"Aww." Keira menahan sakit ketika Daffin mengoleskan obat itu pada lukanya.

"Sudah selesai. Keira kau harus lebih berhati-hati." Keira hanya menganggukkan kepalanya menuruti apa yang dikatakan oleh Daffin. Ia melihat kakinya yang diperban.

Keira bangkit dari duduknya, ia melihat-lihat isi ruangan itu yang lumayan luas. Karena banyak sekali buku-buku Keira sangat menyukai ruangan itu, karena Keira suka dengan hal-hal yang berbau bacaan.

"Kau benar-benar anak orang kaya ya." Keira kemudian melihat sebuah bingkai foto yang tergeletak di atas meja. Di foto itu terdapat Daffin dan seorang gadis yang sepertinya lebih tua darinya.

"Siapa gadis di foto ini?" Daffin lalu menoleh ke arah Keira.

"Oh itu... kakakku." Keira menganggukkan kepalanya.

"Kakakmu cantik ya." Keira tersenyum melihat foto itu, Daffin terlihat sangat ceria dan terlihat tampan di foto itu.

"Hmm." Daffin mengiyakan perkataan Keira. Kakakku memang cantik.

Pandangan Keira tertuju dengan sebuah buku yang tergeletak di meja. Keira kemudian memegang buku itu. Ia baru melihat sampulnya. Dengan cepat Daffin langsung merebut buku itu dari genggaman Keira. Keira langsung bingung dengan Daffin yang merebut buku itu begitu saja. Keira melirik Daffin dengan pandangan ceriga. "Jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan di dalam buku itu."

"Tidak. Tidak ada apapun. Kau pilih buku yang lain saja, buku ini kurang menarik." Daffin sengaja mengarang alasan.

"Padahal aku tertarik dengan judulnya 'About Feelings' kau malah merebutnya. Ah sudahlah." Keira beralih melihat sebuah deretan buku-buku komik.

"Wow, kau mengoleksi semua serinya."

"Iya," jawab Daffin dengan singkat.

Keduanya kemudian saling terdiam, tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Rasanya keduanya menjadi canggung di ruangan yang sepi. Keira kemudian kembali bersuara. "Daffin aku pulang sekarang saja," kata Keira berjalan ke arah pintu.

"Oh baiklah, kalau begitu aku akan mengantarmu." Daffin mengikuti Keira di belakangnya.

📕📗📘

Setelah sampai di rumah Keira, Daffin langsung pulang ke rumahnya. Rhenia melihat Keira yang diantar pulang oleh Daffin. Keira membuka pintu rumahnya, Rhenia muncul di balik pintu.

"Aah kau mengagetkanku." Keira sedikit mundur kebelakang karena terkejut dengan kehadiran Rhenia.

"Kenapa dengan kakimu itu?" tanya Rhenia yang cemas sekaligus penasaran.

"Aku terjatuh," jawab Keira tanpa pikir panjang.

"Tidak, pasti tidak hanya terjatuh. Kenapa bisa jadi seperti itu?" Rhenia sangat cemas melihat keadaan Keira.

"Kak, aku mau masuk rumah dulu. Baru pulang udah diinterogasi." Keira langsung masuk ke rumahnya begitu Rhenia sudah tidak menghalangi pintu masuk.

Keira merebahkan dirinya di sofa sambil menghembuskan napas panjang. Rhenia ikut duduk di samping Keira.

"Bukannya kau bilangnya pergi sama Della kenapa tadi aku melihat kau dengan Daffin?" Keira sontak menoleh ke arah Rhenia.

"Aku memang janjian sama Della tapi dia tidak datang dan kebetulan Daffin ada di sana. Akhirnya aku pergi dengan Daffin." Rhenia tidak percaya dengan jawaban Keira yang katanya hanya kebetulan.

"Aku tidak percaya."

"Kalau tidak percaya ya sudah." Keira kemudian mengalihkan pandangannya dari Rhenia dengan kesal.

"Jadi aku ingin tanya. Bagaimana kakimu bisa terluka begini?" tanya Keira setelah ketiga kalinya karena belum terjawab oleh Keira.

Keira menghembuskan napas pelan. "Jadi sebenarnya aku tadi hampir tertabrak mobil." Rhenia tersentak mendengar perkataan Keira. Keira melanjutkan kembali pembicaraannya. "Tapi untungnya Daffin menyelamatkanku dan yang terluka hanya kakiku saja karena terkena jalanan yang beraspal." Rhenia merasa khawatir dengan kejadian yang baru saja diceritakan Keira. "Kak tapi jangan bilang sama mama ya. Dia pasti akan sangat khawatir." Rhenia hanya menganggukkan kepalanya.

Haii!! Jangan lupa untuk vote dan comment ya^^

See you~

Started in the Library [END]Where stories live. Discover now