#1 Bibi Guru

1.4K 181 17
                                    

Mendorong troli berbaris nampaknya bukan hal aneh bagi seorang Jungkook. Status boleh seorang direktur utama. Namun, ia tetap takkan pernah melupakan statusnya sebagai seorang ayah.

"Ayah, aku kepanasan," ujar si anak tengah yang kini rambutnya sudah diikat dua layaknya pohon kelapa. "Aku ingin bertukar."

"Tidak mau!" Kedua kakaknya tentu menolak. Mereka sudah memilih tempat ternyaman yang tentu tidak akan bisa diganggu gugat.

"Ayah ...."

Jungkook terkekeh dengan pertengkaran kecil itu. Menjadi satu-satunya perempuan, tentu membuat Hara merasa tak punya teman. Namun, ia adalah yang paling dekat dengan sang Ayah.

"Tahan sebentar, kita akan sampai."

Jihyun, Jisung, dan Jina. Tiga bayi menggemaskan itu adalah harta berharga bagi seorang Jeon Jungkook. Ia rela kelelahan mengurus segalanya agar bisa melihat tumbuh-kembang triplets kesayangannya.

Memang bukan hal mudah. Apalagi, selama 3 tahun terakhir, pria itu berusaha keras menerima kenyataan jika isteri yang ia cintai, sudah pergi untuk selamanya. Namun, bayi-bayi itu seolah memberikan kekuatan terbesar untuknya. Alhasil, mau tak mau Jungkook harus benar-benar melanjutkan hidupnya.

"Nah, sekarang kalian tidak boleh nakal, ya? Ayah akan menjemput kalian setelah makan siang. Jangan repotkan bu guru." Jungkook menurunkan satu persatu buah hatinya, memberikan tas-tas kecil sesuai dengan tokoh kartun kesukaan mereka. Ia sudah pastikan semua kebutuhan mereka ada dalam tas.

"Jisung, jangan nakal."

"Iya, Ayah."

Jungkook merendahkan tubuh kemudian tersenyum sambil merentangkan kedua tangan. "Kalian tidak akan memeluk Ayah? Atau mencium pipi Ayah?"

Ketiga balita itu segera tersenyum, berhambur kemudian memberikan kecupan manis pada pria berpakaian serba formal itu.

"Jangan nakal, ya?" Jungkook mengusap satu persatu pucuk kepala triplets sambil tersenyum. Selanjutnya, ia beranjak, melambaikan tangan sebagai tanda sebuah perpisahan. Kelompok bermain memang satu-satunya pilihan tepat untuk Jungkook. Ia tak mungkin membawa triplets kesayangannya ke kantor, atau nanti ruang kerjanya akan terlihat seperti kapal pecah.

Jungkook tersenyum saat sebuah mobil hitam menepi. Selanjutnya, ia masuk sembari meraih laptop yang tersimpan di kursi penumpang, sementara sang sopir memasukkan 3 troli yang Jungkook bawa. Pria itu memang bisa saja mengantar 3 putra putrinya dengan mobil. Namun, ia lebih suka berjalan kaki. Lagi pula, tempat kelompok bermain itu agak dekat dengan rumahnya.

"Apa saja kegiatanku hari ini?" tanya Jungkook sambil fokus pada laptopnya. Ia tersenyum saat fotonya bersama Soojin tampil sebagai wallpaper. Terbesit rasa ingin memutar kembali waktu, menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan gadis yang sangat ia cintai itu. Andai ia tahu sisa waktunya bersama Soojin tak banyak, ia pasti akan mengabulkan semua keinginan Soojin meski saat itu, ia tak sesukses sekarang.

"Akan ada meeting dengan klien jam 11, lalu setelah makan siang Anda harus ke tempat proyek, dan makan malam bersama triplets."

"Kita ke krematorium terlebih dahulu. Aku akan minta klien untuk menunggu sebentar," ujar Jungkook diakhiri senyum. Ia akan menemui Soojin meski hal itu malah membuat rasa rindunya semakin menggebu.

3 tahun memang bukan waktu yang sebentar. Namun, Jungkook takkan mengganti posisi Soojin dalam hatinya pada siapa pun. Ia tahu, ia tak boleh egois. Apalagi, triplets pasti membutuhkan sosok ibu, tapi ia tak akan bisa berpura-pura mencintai seseorang selain Soojin. Ia hanya mencintai Soojin.

Lithe✅Where stories live. Discover now