#44 Happiness

648 126 34
                                    

Gadis itu terus tersenyum sembari menatap Jungkook merapikan pakaiannya. Ia merasa letupan-letupan kebahagiaan memenuhi hatinya. Bagaimana tidak? Setelah selama seminggu ia harus terus berbaring di sana, hari ini ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Ia merasa bebannya seperti terangkat.

Jungkook menutup tas itu kemudian menoleh. Ia tersenyum, mendapati sang kekasih duduk sembari memandang potretnya bersama triplets. Tzuyu sudah seperti seorang ibu yang merindukan buah hatinya. Bahkan, selama di rumah sakit, Tzuyu selalu meminta Jungkook untuk menghubungi Heesung. Padahal, sang asisten begitu sibuk menggantikannya.

"Apa kau memerlukan kursi roda?"

Tzuyu segera beranjak lalu menggeleng. Yang ia lakukan, justru menggandeng lengan lelaki itu. Ia sudah mempelajari banyak hal. Termasuk menghilangkan rasa canggung dan kakunya pada Jungkook. Meskipun sesekali ia akan merasa geli jika mengingatnya. Namun, tak ada salahnya ia belajar bersikap romantis.

"Lebih baik kau gunakan kursi roda."

"Aku bisa berjalan."

"Kau bisa kelelahan dan saat kau kelelahan, dadamu akan terasa sakit lagi. Jangan protes." Jungkook menarik kursi roda itu, menunjuknya dengan mata agar Tzuyu segera duduk di sana. Alhasil, gadis itu tak punya pilihan selain menurut. Jungkook tak akan pergi sampai ia benar-benar menggunakan kursi roda itu.

"Sudah puas?"

"Tentu, nona." Jungkook tersenyum kemudian mendorong kursi roda itu. Ia benar-benar akan menjaga Tzuyu. Bukan hanya sampai gadis itu pulih. Namun, sampai maut menjemputnya, ia akan terus menjaga Tzuyu.

Tatapan Tzuyu mengarah pada pasangan muda yang nampaknya baru mendapat kabar gembira. Mereka terlihat saling menyayangi dengan bergandengan tangan. Bahkan, hal yang menurutnya terlihat menggemaskan adalah sang wanita yang nampaknya masih belum mau menyelesaikan tangis bahagianya.

Jungkook tersenyum saat sadar apa yang Tzuyu perhatikan. "Tzuyu, kau ingin kita mengalami momen itu? Aku pernah mengalaminya sekali, tapi mungkin akan berbeda saat bersamamu."

Tzuyu tersenyum malu. Pipinya terasa memanas hingga telinganya juga ikut memerah. Sungguh, rasanya seperti ia baru tertangkap melihat sesuatu yang memalukan. Padahal, ia hanya menatap pasangan muda yang baru memeriksakan kandungan. Apa itu salah?

"Tapi sepertinya tidak dalam waktu dekat. Triplets sudah membuat lelah. Nanti saja."

Tzuyu memiringkan kepalanya untuk menatap lelaki itu. "Memangnya aku mau menikah denganmu? Bukannya dalam kontrak tertulis harus menghindari cinta lokasi?"

Jungkook mengerucutkan bibir. Gadis itu seolah menggunakan kontrak lama mereka sebagai bahan olok-olokan. Ia juga tak tahu akhirnya akan seperti ini. Apalagi, sebelumnya ia begitu mencintai Soojin. "Kau tidak bisa melupakan kontrak itu?"

"Tentu tidak, bayi kelinci. Hari itu kau seolah mengikrarkan jika kau tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Lalu sekarang, siapa yang lebih mencintai? Kau 'kan? Kau berubah menjadi budak cinta." Tzuyu terus meledek. Baginya, sangat menyenangkan jika meledek lelaki itu. Apalagi saat Jungkook mulai mengelak dengan wajah yang sama polosnya dengan Jisung. Mata lelaki itu selalu membesar jika kesal.

"Lupakan soal itu."

"Bagaimana aku bisa lupa?" Tzuyu terkekeh. Jika mengingat saat-saat itu memang tak ada habisnya. Ia masih ingat bagaimana Jungkook menegaskan ia bukan isterinya. Namun, sekarang lelaki itu malah ingin menjadikannya sebagai isteri.

"Tzuyu, aku kesal."

"Jangan harap aku akan membujukmu." Tzuyu menjulurkan lidah, meledek. Namun, bukannya merasa kesal, Jungkook justru tersenyum. Lebih baik ia melihat Tzuyu yang seperti ini dibanding Tzuyu yang terlihat tak bersemangat dan wajah yang pucat.

Lithe✅Where stories live. Discover now