#36 Bad Person

660 135 20
                                    

Tzuyu mempercepat langkah, melewati beberapa orang yang nampak sibuk dengan dunia masing-masing. Ia sudah berjanji pada Joie akan menemuinya setelah mengantar triplets ke sekolah. Ia tak mau jika gadis itu marah karena ia ingkar janji.

Joie menoleh saat Tzuyu tiba-tiba menuang air ke gelas. Pasalnya, ia belum mempersilahkan gadis itu untuk duduk. Namun, Tzuyu sudah lebih dulu minum.

"Ya Tuhan, aku belum mempersilahkan apa pun. Kau habis maraton?"

Tzuyu meletakkan tas selempangnya kemudian duduk di kursi berbahan rotan itu. Ia mengipasi diri sebab berjalan dari sekolah triplets ke rumah Joie cukup jauh. "Kenapa hari ini sungguh panas? Biarkan aku minum lagi."

Gadis jangkung itu kembali menuang air ke gelas, menegaknya hingga habis tak tersisa. Dengan napas masih tersengal, ia lantas meraih dokumen-dokumen itu. "Aku akan membantumu. Kali ini aku tidak akan mabuk."

"Lagi pula, siapa yang akan mabuk sepagi ini, Tzuyu?"

Tzuyu tersenyum kikuk. Ia hanya bermaksud basa-basi agar Joie bisa memaafkannya atas kesalahan tempo hari. Ia sungguh tak bisa mengendalikan masalahnya hingga alkohol menjadi satu-satunya solusi meski itu hanya akan membuatnya lupa sementara.

"Begini, aku temukan fakta baru." Joie membuka buku catatannya lalu menunjukkan sebuah foto. "Beberapa warga sekitar yang mengenal ayahku, mengatakan jika gadis itu adalah puterinya, tapi yang kutahu, Ayah hanya memiliki seorang puteri dan itu aku. Ini sungguh membingungkan."

"Sayatan menunjukkan keraguan, artinya dia melakukan ini untuk pertama kali?"

Joie mengangguk. Ia lantas menujukan foto lain. "Ini adalah fotonya. Foto gadis yang disebut-sebut sebagai puteri Ayahku."

Mata Tzuyu membulat sempurna. Jantungnya berdebar kencang, terkejut dengan foto yang ia lihat. Sekarang ia ingat, kenapa ia merasa tak asing dengan wajah Soojin.

"Tidak mungkin," gumam Tzuyu. Ia sungguh masih berharap jika semua ini hanya khayalannya. Namun, setelah menggosok matanya pun, foto itu tak berubah.

"Tidak mungkin apanya? Dia memang pembunuhnya."

Itu artinya aku sama dengannya? Aku hampir membunuh triplets.

🐾🐾🐾

Dengan perasaan kesal yang membumbung di hati, Tzuyu mempercepat langkah. Pernah melihat pelaku pembunuhan yang diloloskan begitu saja, tentu membuatnya merasa geram. Memang, saat kasus itu ada, ia sudah tak bersama Joie lagi. Namun, demi membalaskan dendam sang sahabat, ia akan lakukan apa pun. Apalagi, ia merasa begitu bersalah karena sudah kabur saja.

Tzuyu menghentikan langkah saat mendapati seorang gadis duduk di bangku taman. Memang, terlihat sangat manis. Namun, ia takkan tertipu dengan muslihat gadis licik itu. Ia sungguh akan membunuhnya dengan tangan sendiri. Meskipun ia akan dihukum, setidaknya ia bisa melakukan hal baik demi keadilan sahabatnya.

Aku akan melakukannya, untukmu, batin Tzuyu. Ia menatap pisau kecil di tangannya. Berniat menyakiti gadis berdosa itu. Ia sungguh tak peduli meski ia akan dikeluarkan setelahnya. Ia akan benar-benar membunuh pelaku itu. Menurutnya, di bawah umur bukanlah alasan yang bisa membuat Soojin dibebaskan begitu saja.

Soojin menoleh saat mendapati siluet seseorang lewat ekor matanya. Ia tersenyum saat mendapati Tzuyu berdiri di sana dengan napas tersengal. "Hai. Apa kau mengenalku?"

Tzuyu menyembunyikan pisau itu. Ia mulai gugup, terlebih saat mendapati tonjolan di balik gaun selutut berwana putih dari gadis itu. Ia meletakkan pisau lipat itu ke tas bagian sampingnya, tersenyum lalu duduk di samping Soojin. Dendam yang menggebu sirna saat melihat gadis itu tengah mengandung.

Lithe✅Where stories live. Discover now