#63 What's Wrong?

549 110 49
                                    

Jungkook masih serius menatap layar komputer. Ia memeriksa setiap dokumen sambil sesekali mencatat. Ia perlu memeriksa daftar furnitur yang dibutuhkan kemudian tim yang akan mengerjakannya. Bulan ini perusahaannya kebanjiran banyak permintaan. Sebagian besar merupakan pasangan muda yang ingin suasana apartemen mereka terasa nyaman. Sebagian yang lain, meminta tim perusahaannya untuk mengubah suasana rumah orang tua mereka.

Jungkook merasa jika keberuntungannya memang ada bersama Tzuyu. Perusahaannya mulai berkembang pesat setelah ia memberikan seluruh saham miliknya pada Tzuyu.

"Selesai." Lelaki berahang tegas itu menutup dokumen-dokumen yang ada. Kali ini ia tak mempercayakan segalanya pada Heesung. Ia ingin membiasakan diri untuk mengerjakan segalanya sendiri.

Suara ketukan pintu, tak membuat Jungkook terdistrak. Kali ini nampak mencari referensi terkini untuk model katalognya yang baru. Ia harus memperbarui katalog, mengikuti perkembangan desain interior yang ada.

"Apa tidak ada tugas untukku?"

Jungkook mengalihkan pandangan. Hatinya sudah berkecamuk menatap wajah tanpa dosa Heesung. Namun, ia tak mau gegabah. Ia harus tenang untuk membongkar segalanya. "Aku mengerjakannya semalam. Jadi, tidak ada yang perlu kaukerjakan. Akhir-akhir ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Jadi, aku memutuskan untuk mengerjakan beberapa hal. Jika kau mau, kau bisa membantu tim lapangan."

"Maaf, aku belum menemukan pelakunya."

"Tidak apa-apa, teman isteriku adalah seorang polisi. Aku akan mencoba meminta bantuannya," ujar Jungkook dengan santai. Padahal, pada kenyataannya, ia tak ingin merepotkan Joie. Itu sebabnya, meski gadis itu menawarkan bantuan, ia menolak.

"Ah ... Begitu? Apa aku perlu melacak nomor?"

Jungkook mengerutkan dahi Heesung mengatakan soal nomor. Padahal, ia tak pernah meminta lelaki itu untuk melacak nomor yang menerornya. Ia hanya meminta Heesung menemukan pelaku dari setiap teror yang ada, bukan soal nomor. "Nomor?"

"Mungkin penerornya juga meneror lewat pesan atau telepon."

Jungkook berusaha bersikap santai. Padahal, mendengar jawaban Heesung membuatnya sangat ingin menyerigai. Bukankah secara tak langsung, lelaki itu membongkar kebusukannya sendiri?

Sial, aku hampir kelepasan.

Jungkook beranjak kemudian mengancingkan kembali jas birunya. Ia menghampiri Heesung lalu menepuk bahunya. "Aku akan makan siang dulu. Tolong telepon aku jika ada klien."

Kita lihat, hal apa lagi yang akan kaulakukan? Ah ... Apa kembali menerorku dengan suara samaran?

Jungkook melenggang keluar. Tak seperti biasanya, hari ini ia tak membawa kotak bekal. Tzuyu sedang mogok membuatnya karena Jungkook tak pernah pulang saat makan siang. Padahal, triplets bilang ayah mereka selalu menyempatkan diri makan siang bersama.

Jika dipikir-pikir, Tzuyu malah semakin menggemaskan akhir-akhir ini. Bukan tanpa alasan, Jungkook merasa jika Tzuyu akan marah karena hal kecil saja. Contohnya seperti makan siang. Padahal, biasanya ia paling bersemangat untuk membuat kotak makan.

Jungkook memakai sabuk pengaman kemudian menghidupkan mesin mobilnya. Namun, ia lebih dulu meraih ponselnya saat notifikasi pesan terdengar dari ponselnya. Ia tersenyum saat membaca pesan bernada ancaman dari Tzuyu.

Mine❤️
Jika kau tidak pulang, sekalian tidak perlu pulang!

"Astaga, ada apa dengannya? Semalam dia sangat manis. Lalu pagi ini malah berubah menjadi sangat galak." Jungkook terkekeh lalu meletakkan ponselnya. Ia segera mengemudikan mobilnya menuju rumah dibanding tidak diizinkan pulang.

Lithe✅Where stories live. Discover now