#29 Jealous

770 143 10
                                    

Tzuyu bersandar pada pintu, mendesah kesal saat rasa sakit di hatinya semakin menjadi. Astaga, ini akan jadi maslaah besar jika Jungkook tahu. Ia takkan membiarkan lelaki itu tahu. Sama sekali tidak. Ia akan diledek habis-habisan jika itu benar-benar terjadi.

Tzuyu duduk di tepi ranjang, membanting tubuh kemudian menatap langit-langit. Pikirannya dipenuhi banyak sekali pertanyaan. Hingga terbesit ingin mengawasi kencan yang Jungkook lakukan. Ia hanya ingin tahu, wanita mana yang menarik hati lelaki berhati batu seperti Jungkook.

"Aku rasa ini bukan perasaan. Aku hanya ... Hanya ... Aish, aku rasa lebih baik aku ke kedai ibunya Joie. Lagi pula, hari ini dia libur. Aku tidak perlu mengawasi triplets." Tzuyu meraih tas selempang yang ia isi dengan ponsel juga kabel pengisi daya. Ia akan menjernihkan pikiran dengan menghirup aroma dari tteobboki.

Jungkook mengerutkan dahi saat mendapati Tzuyu membawa tas selempang. Ia yakin, gadis itu pasti akan pergi ke suatu tempat. "Kau mau pergi ke mana?"

"Aku rasa, menikmati tteobboki dan soju tengah hari akan cukup menyenangkan. Aku pergi." Tzuyu berjalan menuju pintu, memilih sepatu flat berwarna putih yang senada dengan warna dasar dari dress bunga yang hari ini ia pakai.

"Bibi, aku ikut!" Jina berlari, diikuti oleh Jisung di belakangnya. "Aku juga ingin tteobboki."

"Dan soju," sahut Jisung. Tentu, balita itu tak mengerti apa itu soju. Yang ada dalam bayangannya, kata itu merujuk pada makanan yang enak.

"Soju untuk orang dewasa. Jisung hanya bisa meminumnya saat sudah besar nanti. Kalian minum susu saja, ya," ujar Tzuyu. Ia sama sekali tak melarang mereka untuk ikut. Lagi pula, mereka sudah 3 tahun. Takkan terlalu merepotkan. Apalagi, jika diberi makanan. Mereka akan duduk diam. "Kalian mau ikut?"

"Iya, Bibi. Aku ingin ikut. Boleh, ya? Aku janji tidak akan nakal."

"Aku juga, aku juga."

Setidaknya hariku tidak akan terlalu menyedihkan jika ada mereka.

Tzuyu tersenyum, mencubit pipi tembam Jina juga Jisung. "Baiklah, kalian boleh ikut. Lalu Jihyun?"

"Aku yang akan menjaganya. Dia pasti tidak mau ikut. Kau harus pulang sebelum aku pergi berkencan."

Aish, apa dia tidak bisa membaca raut wajah seseorang? Menyebalkan sekali, lelaki payah dan tidak peka!

👶🏻👶🏻👶🏻

"Annyeong haseyo, aku Jina." Gadis kecil itu membungkukan tubuh lalu melambaikan tangannya untuk menyapa.

"Dan aku Jisung."

"Mereka anak-anak yang kuasuh. Sebenarnya ada satu lagi, tapi dia sedang sakit," ujar Tzuyu. Ia lantas membantu mereka berdua duduk di kursi yang tak jauh dari meja kasir.

"Aigo, Bibi harap dia bisa kemari suatu hari nanti." Minseok tersenyum lalu duduk di meja yang sama. Memang banyak pelanggan di jam-jam seperti ini. Namun, ada 2 karyawannya yang bisa mengatasi itu. Jadi, Minseok bisa menyapa balita menggemaskan itu.

"Kau tidak perlu membantu, Tzuyu. Bibi sudah punya banyak pelanggan. Kau duduk saja di sini, Bibi akan bawakan pesananmu seperti biasa."

"Tanpa soju."

"Ah, baiklah." Minseok beranjak menuju dapur. Ia meminta salah satu karyawannya membuat pesanan untuk Tzuyu dan 2 balita itu. Ia terus menatap interaksi manis mereka bertiga di meja satu. Ia merasa jika ia baru saja bertemu seseorang setelah sekian lama. Wajah salah satu balita itu benar-benar mirip dengan seseorang yang seharusnya ada di pelukannya saat ini. Namun, suatu kondisi memaksanya untuk merelakan putri kecilnya pergi.

"Sudah? Tolong antarkan ke meja satu."

Apa kau sudah pergi untuk selamanya? Kau bahkan tidak menemui Eomma sekali pun. Jadi, mereka adalah anakmu?

Minseok tak yakin seratus persen soal itu. Namun, melihat bagaimana wajah Jisung begitu mirip dengan putrinya, membuatnya mulai berpikir apakah triplets adalah cucunya atau bukan. Selama ini, yang ia tahu sang putri sudah menikah dan sedang menunggu kelahiran anak mereka. Namun, ia tak tahu lagi kabar selanjutnya karena mereka pindah ke Seoul. Biasanya, Minseok akan mendapat kabar dari tetangganya. Tetapi, ia tak bisa lagi menghubunginya. Alhasil, ia tak lagi mengetahui kabar dari putrinya yang lain.

👶🏻👶🏻👶🏻

Jina tersenyum saat Minseok memberikan sekantung odaeng juga tteobboki padanya. "Wah, ahjumma sangat baik."

Minseok tersenyum saat gadis kecil itu memberikan kecupan manis di pipi. Rasa hangat itu terus menjalar di hatinya. Iya atau bukan, ia akan tetap menyayangi Jina juga Jisung. Apalagi, mereka juga kesayangannya Tzuyu. "Bawakan untuk Jihyun juga."

"Wah, terima kasih."

"Ahjumma terbaik." Jisung mengacungkan ibu jarinya kemudian terkekeh. Tentu, ini membuat Tzuyu mencubit pelan pipi anak laki-laki itu. Jisung memang tidak pernah gagal untuk membuat seseorang gemas.

"Tzuyu, ini untukmu." Minseok memberikan amplop, membuat Tzuyu segera menolak. Ia tak mau dapat bayaran meski membantu. Lagi pula, ia melakukannya untuk melupakan fakta jika hatinya terpaut pada seseorang. Mungkin karena gadis itu sudah lama bekerja dan baru kali ini ia begitu menikmati hidup. Bekerja dengan Jungkook, membuat Tzuyu begitu santai dengan pekerjaannya.

"Ey, itu untuk Bibi saja. Aku sudah punya banyak uang."

"Astaga, kau sangat sombong. Anggap ini untuk uang sakumu. Seperti sebelumnya, Bibi selalu memberikam uang saku padamu."

"Baiklah, aku akan menerimanya, terima kasih, Bibi. Ayo, kita harus ke supermarket."

Jina dan Jisung berteriak senang saat Tzuyu mengajak mereka ke tempat luar biasa itu. Mereka akan membeli banyak hal dan tentunya begitu menyenangkan karena berbelanja bersama Bibi kesayangan mereka.

"Ayo, kita naik bus dulu. Ah, maksud Bibi, taksi." Tzuyu menghela napas. Ia ingat soal wejangan-wejangan Jungkook. Termasuk tentang transportasi yang boleh mereka naiki. Bahkan, Jungkook sampai menawari Tzuyu untuk meminta Hessung menemani. Namun, ia memilih untuk menggunakan taksi. Rasanya pasti tidak akan nyaman jika Heesung ikut.

Tzuyu kesal saat mengingat tingkah manis Jungkook. Lelaki itu seolah takut sesuatu terjadi padanya. Namun, ia baru ingat jika 2 malaikat kecil lelaki itu ikut dengannya. Tentu, Jungkook akan sangat cerewet soal apa pun.

Astaga, rasa cemburu malah membuatku aneh. Ayo, Tzuyu, lupakan. Lagi pula, Jungkook-ssi akan berkencan.

Jina terkekeh melihat wajah Tzuyu. Berkali-kali gadis itu menghela napas, membuat Jina kembali terkekeh. "Bibi, apa Bibi lelah? Kita pulang saja, ya?"

"Iya, ke supermarketnya besok saja dengan Ayah. Paman, aku ingin pulang saja."

Tzuyu tertawa saat Jisung bicara seolah sopir taksi itu adalah Heesung. "Tidak, kita akan berbelanja. Stok makanan di rumah sudah habis. Kalian boleh membeli makanan apa pun yang kalian mau."

"Aku ingin permen dan cokelat untuk Jihyun Hyung."

"Aku juga ingin cokelat Bibi."

"Tapi kalian harus berjanji untuk menggosok gigi setelahnya. Kalian tidak mau gigi kalian rusak 'kan?"

Bahkan setelah seharian menyibukkan diri. Aku malah semakin ingat. Astaga, dia sungguh lelaki yang menyebalkan.


👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

15 Sep 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now