#14 Kenangan Memalukan

751 146 38
                                    

Tzuyu memangku dagunya dengan kepalan tangan. Bibirnya mengerucut sembari menghela napas. "Tidak mungkin 'kan? Aku pasti salah orang."

Ingatannya mulai melayang ke hari di mana ia kembali ke kota itu, berniat untuk mengunjungi sang ayah sekaligus mengurus soal penjualan rumahnya. Rumah penuh kenangan yang membuat Tzuyu bahkan tak sanggup untuk sekadar menatap pagarnya. Ia tahu, seharusnya rumah itu tak dijual. Terlebih, sang ayah selalu berpesan agar Tzuyu menepati rumah itu setelah menikah. Namun, kenangan-kenangan yang ia buat bersama ayahnya di sana, membuat Tzuyu tak sanggup berlama-lama di sana.

Tzuyu akhirnya mengunjungi makam sang ayah, meminta maaf karena tak bisa mempertahankan rumah penuh kenangan itu. Namun, saat ia berdiri di depan laci sang ayah, ia menemukan seorang pria berpakaian kusut, sedang duduk bersandar pada laci abu itu. Wajahnya nampak berantakan dengan kumis juga jambang yang menghias wajahnya.

"Ah, kenapa aku tidak menyadarinya?" Tzuyu menutup wajahnya, pipinya memanas saat mengingat kejadian memalukan itu. Bagaimana tidak? Ia berpikir Jungkook adalah orang gila yang harus ia usir dari sana. Bahkan, Tzuyu juga membekali sebatang cokelat untuk dimakan lelaki itu. "Untung saja dia lupa wajahku. Astaga, kejadian itu sungguh memalukan."

Tzuyu menyentuh pipinya yang terasa hangat. Ia baru sadar jika 2 kejadian paling memalukan dalam hidupnya justru terjadi di krematorium. Ia tak bisa bayangkan bagaimana sang ayah tertawa atas tingkah konyolnya.

Tangan lentik itu mengacak surai lembut berwarna cokelat itu. Ia sungguh tak mengerti kenapa harus berkaitan dengan lelaki itu dalam dua kejadian memalukan yang berbeda. "Kenapa harus dia lagi?"

👶🏻👶🏻👶🏻

Tzuyu menaikan alisnya seiring bertambahnya kata yang ia baca dalam dokumen itu. Ia lantas meletakkannya di atas meja dengan kesal, menimbulkan suara keras yang membuat orang-orang di sekitar mulai menatapnya. Tentu, wajah Tzuyu seperti terbakar dengan jari-jari mendingin. Bibirnya membentuk senyum canggung kemudian ia membungkukan tubuh. Kafe itu sangat tenang dan Tzuyu malah membuat suara.

"Kenapa kau sangat terkejut? Bukankah kontrak sangat penting?" Lelaki itu menaikan sebelah alis, menunggu jawaban dari gadis yang secara tak langsung sudah melakukan protes atas poin-poin yang ada.

"Ini sangat tidak masuk akal, tuan Jeon."

Lelaki itu mengangkat kedua bahunya, tak mau tahu dengan kalimat protes dari Tzuyu.

"Ish, bisakah kau tidak menyebalkan? Aku tidak boleh sarapan bersama? Lalu aku harus makan sendiri? Dan ... Ah, peraturan yang ini. Jangan bertemu denganmu? Menurutmu aku harus menutup wajahku setiap keluar kamar? Heol, ini bukan peraturan. Ini penyiksaan."

"Aku hanya ingin meminimalisir adanya cinta lokasi. Aku sebenarnya tidak mudah membuka hati untuk seseorang, tapi kau? Kau bahkan menciumku dengan berdalih sedang melamun, nona Tzuyu." Lelaki itu merotasi matanya, lengkap dengan sebuah decihan. "Jangan pernah berharap akan ada perasaan diantara kita."

"Tidak dengan cara seperti ini juga. Lagi pula, aku tidak akan mencintaimu. Sama sekali," ujar Tzuyu. Tangannya meraih pena yang tergeletak di samping gelas, mengeluarkan opsi-opsi tak masuk akal yang lelaki itu masukkan, kemudian membubuhkan tanda tangan. "Selesai."

Jungkook yang semula duduk santai dengan bersandar, menegakkan kembali tubuhnya. Matanya membulat, tak percaya dengan apa yang Tzuyu lakukan. "Kau tidak boleh menghapusnya."

"Apa itu artinya kau yang takut jatuh cinta padaku? Aku tidak akan pernah menikah." Tzuyu meraih tas selempangnya kemudian beranjak. "Aku sibuk. Banyak hal yang harus kulakukan termasuk mencari penggantiku di kelompok bermain."

Lithe✅Where stories live. Discover now