#40 Full of Tears

628 135 30
                                    

Joie menjatuhkan nampan itu, membulatkan mata setelah mendengar pernyataan sang Ibu. Air mata mulai menggenang, membuat pandangannya mulai kabur. Selama ini, ia selalu menyimpan dendam pada pelaku pembunuhan sang ayah. Namun, dengan mudah sang ibu mengatakan jika ia yang menutup kasus itu. "Aku tidak percaya pada Eomma."

Gadis itu berniat meletakkan nampan yang baru selesai iagunakan. Namun, ia harus mendengar sebuah kenyataan pahit yang tak pernah iabayangkan sebelumnya.

"Biar aku saja yang mengejarnya. Tolong jaga triplets dulu." Tzuyu tentu tak akan membiarkan wanita paruh baya itu berlari untuk mengejar Joie. Ia akan pastikan Joie mendengar seluruh ceritanya dari awal hingga akhir agar tak terjadi kesalah pahaman. Ia tahu, Minseok salah dengan membiarkan Soojin bebas. Namun, saat ini kasus itu selesai dengan pelaku yang sudah tiada.

Tzuyu masih berlari, mengejar Joie yang cukup jauh di depannya. Ia akui, kekuatan kaki gadis itu lebih kuat darinya. Namun, ia takkan menyerah. Ia akan menyusul Joie bagaimana pun caranya. Joie perlu tahu cerita yang sebenarnya. Termasuk soal Soojin yang merupakan saudaranya.

Tenggorokan Tzuyu sudah terasa terbakar. Ia sungguh tak sanggup untuk menyusul Joie yang kekuatan fisiknya jauh melebihi dirinya. Apalagi, gadis itu adalah seorang polisi yang tentu saja memiliki fisik yang begitu kuat.

Tzuyu, kau pasti bisa. Jangan biarkan Joie pergi begitu saja.

Tzuyu kembali melanjutkan larinya meski seluruh tenaganya benar-benar sudah terkuras. Namun, ia menjadi tidak fokus hingga tak memperhatikan lampu lalu lintas yang kini sudah berubah warna. Ia menghentikan langkah saat terdengar suara klakson mobil.

"Yak! Apa matamu buta? Kau sudah bosan hidup?"

Tzuyu membungkukan tubuh. Ia lantas memundurkan langkah, membiarkan mobil itu melaju. Namun, ia tak melihat jika di samping mobil itu, ada mobil lain yang melaju kencang. Hanya dalam hitungan detik, tubuhnya terasa begitu sakit, pandangannya mulai mengabur. Ia bisa melihat beberapa pasang kaki yang menghampiri. Namun, kegelapan sudah lebih dulu menyergapnya. Ia akan pasrah dengan apa pun yang terjadi.

👶🏻👶🏻👶🏻

Jungkook tersenyum sembari menatap buket bunga yang ada di kursi samping kemudi. Ia akan menyusul Tzuyu yang kini ada di kedai tteobboki milik Minseok. Ia bersyukur karena kedai itu terdeteksi oleh peta. Jadi, ia bisa ke sana menjemput mereka dengan mudah. Ia yakin, Tzuyu pasti akan sangat terkejut karena ia tiba-tiba menjemput. Padahal, ia sudah mengatakan sebelumnya jika ia sibuk.

Jungkook berdecak saat tiba-tiba jalanan mulai macet. Ia memiringkan kepala, berusaha mencari tahu penyebab kemacetan itu. Namun, tetap saja ia tak bisa melihat penyebab kecelakaannya.

"Aish, apa aku harus berjalan kaki? Baiklah, demi Tzuyu." Jungkook tersenyum. Ia segera turun dari mobil sembari menghubungi Heesung untuk membawa mobilnya. Ia bisa naik bus saat pulang nanti, seperti saat pertama kali ia menghabiskan waktu bersama gadis itu.

Jungkook berjalan santai, membayangkan beberapa reaksi yang mungkin akan ditunjukkan oleh Tzuyu. Ia terkekeh begitu bayangan mengenai reaksi Tzuyu yang seperti biasanya muncul. "Dia memang tidak pernah jatuh cinta. Aku akui itu. Tidak apa-apa, aku akan membuatnya menjadi sangat manis."

Jungkook menghentikan langkah saat orang-orang mengerumuni satu titik. Ia mengerutkan dahi sebab tak ada mobil ambulance di sana. "Inilah yang paling tidak kusukai. Apa menyebar berita lebih penting dibanding membantu seseorang?"

Jungkook melangkah, menyeberangi jalan untuk memeriksa soal korban kecelakaan itu. Jika bisa, ia akan membantu.

"Tzuyu, ayo buka matamu. Kenapa kau seperti ini?" Seorang gadis terus terisak. Tangisannya terdengar menyayat. Apalagi, Joie terus menggenggam tangan Tzuyu sembari meletakkan kepalanya di pangkuan.

Buket bunga itu terjatuh. Hari Jungkook rasanya hancur melihat bagaimana Tzuyu benar-benar memejamkan mata dengan sebagian rambutnya basah oleh darah. Ia segera mendekat, mengusap pipi gadis itu dengan tangan gemetar.

"Di mana ambulance-nya?"

"Sedang dalam perjalanan."

Jungkook meraih pergelangan Tzuyu, memastikan jika nadinya masih berdenyut. Ia bisa bernapas lega sebab nadi gadis itu masih berdenyut. Satu hal yang harus ialakukan sekarang adalah mencari cara untuk membawa Tzuyu ke rumah sakit secepatnya.

"Kita gunakan taksi saja. Rumah sakitnya tidak jauh dari sini 'kan? Dia akan kehabisan darah jika dibiarkan."

👶🏻👶🏻👶🏻

Jungkook begitu gusar. Hatinya tak bisa tenang, menunggu kabar dari Tzuyu. Air mata sejak tadi mengalir dari matanya. Ia sungguh takut jika ia kembali harus merasakan kehilangan. Ia belum lama menghabiskan waktunya bersama Tzuyu. Kini ia malah mengalami hal serupa dengan kejadian 3 tahun lalu, tepatnya saat kelahiran triplets.

Pikirannya sudah tak lagi positif. Ia sungguh takut jika Tzuyu pergi, sama seperti Soojin. Namun, ia percaya, Tzuyu tidak akan pergi begitu saja. Apalagi, Tzuyu sudah berjanji akan terus bersamanya.

Joie duduk di samping lelaki itu. Dengan wajah yang begitu sembab, Joie benar-benar merasa bersalah karena terus berlari. Andai ia berhenti saat Tzuyu memanggilnya, gadis itu mungkin masih baik-baik saja. "Maaf."

Jungkook menyeka air matanya kemudian tersenyum. "Ini bukan kesalahanmu. Dia mungkin sengaja melakukannya. Dia selalu mengatakan jika dia ingin mati."

Tzuyu, jika itu keinginanmu, maka aku harap Tuhan tidak akan pernah mengabulkannya. Aku ingin kau tetap di sini, Tzuyu.

Bayangan manis soal semalam mulai berputar di kepalanya. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Dari mulai makan malam bersama, menonton film hingga sama-sama tertidur, hingga memasak sarapan dengan bumbu keromantisan. Jungkook ingin momen manis itu terus terjadi bahkan sampai ia menutup mata untuk selamanya.

Jungkook merogoh saku saat ponselnya berdering. Tak butuh waktu berpikir, ia segera mengangkat telepon dari sang asisten. Ia yakin, triplets pasti terus bertanya ke mana bibi kesayangan mereka pergi.

"Heesung, tolong jaga triplets untuk sementara. Mungkin aku baru akan pulang besok. Katakan pada mereka ...." Jungkook sungguh tak sanggup mengatakan kondisi Tzuyu yang sebenarnya. Namun, ia yakin, triplets akan sangat marah jika sang ayah berbohong. "Katakan pada mereka, Tzuyu sedang di rumah sakit sekarang, tapi minta agar mereka tidak menangis. Tzuyu akan ikut sedih jika mereka melakukannya."

Jungkook meletakkan kembali ponselnya. Ia menatap cincin yang sebelumnya melingkar di jari manis Tzuyu. Masih ada darah yang menodai cincin emas itu, membuat Jungkook semakin tak bisa menahan tangisnya. Namun, sebisa mungkin ia tak boleh seperti ini. Ia yakin, Tzuyu akan sangat sedih melihatnya.

Tzuyu-ya, kau harus bertahan setidaknya untuk triplets. Jika kau pergi, mereka akan kehilangan ibu mereka untuk yang kedua kalinya.

Jungkook kali ini beranjak. Ia merasa jika duduk diam malah membuat pikiran negatifnya tak terkendali. Dengan hati penuh kecemasan, ia terus berharap Tzuyu hanya main-main saat ini. Gadis itu sangat suka menjahilinya dan meledeknya.

👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

Juwii😭😭😭😭😭

22 Sep 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now