#62 Midnight Snack

503 103 19
                                    

Jungkook masih fokus pada laptopnya. Ia sebenarnya memasang kamera tersembunyi sejak dulu dengan tujuan bisa mengawasi triplets meski dari jauh. Ia baru ingat kenapa tidak dari awal ia memeriksa kamera itu. Apalagi, terornya dimulai saat kehadiran Jisu. Ia yakin, ada kaitan erat antara Jisu dan teror yang ada.

Jungkoom menoleh, tersenyum sembari mengusap pucuk kepala Tzuyu. Ia bersyukur karena malam ini Tzuyu bisa tidur dengan nyenyak. Biasanya, sang isteri akan terbangun setiap jam, menuangkan air lalu minum sebelum kembali tidur. Ia yakin, Tzuyu pasti ketakutan karena teror itu terus mengarah padanya.

Jungkook kembali menatap laptop, memakai sebelah earphone untuk menangkap suaranya. Ia harap, ada hal yang mungkin bisa membantunya menemukan sang pelaku. Namun, ia tak mendengar suara apa pun. "Aneh, aku yakin kameranya bisa menangkap suara juga."

Jungkook mulai memutar satu persatu video. Tidak sepenuhnya. Ia hanya memastikan kapan teror pertama terjadi. Jika memang ada yang mematikan kamera itu, ia yakin wajah atau siluetnya pasti terlihat. Mustahil jika tidak.

"Sepertinya yang ini." Jungkook hampir menekan tombol play. Namun, rasa penasarannya harus tergantung karena Tzuyu tiba-tiba bangun dan berlari menuju kamar mandi. Tentu, dengan terpaksa, Jungkook harus meletakkan laptopnya untuk mengekori Tzuyu.

"Aigo." Jungkook menangkap tubuh Tzuyu saat gadis itu terhuyung. Wajahnya begitu pucat meski tak memuntahkan apa pun. "Kau baik-baik saja? Atau ... Bagaimana jika aku panggil dokter?"

Tzuyu menggeleng. Lagi pula, kondisinya tak terlalu serius. Ia pikir, tubuhnya lemas karena harus tiba-tiba terbangun. "Mungkin karena aku terlalu banyak makan. Jadi perutku rasanya tidak enak."

"Duduklah, aku akan ambilkan air hangat." Jungkook lebih dulu membopong Tzuyu ke ranjang. Ia lantas pergi ke dapur, membuat air hangat seperti yang sebelumnya iakatakan. Jika dipikir-pikir, sebelum tidur Tzuyu memang terlalu banyak makan. Entahlah, ia juga tak tahu kenapa Tzuyu bisa menghabiskan hampir semua makanannya.

"Sepertinya jika dengan teh, kondisi Tzuyu akan lebih membaik. Aku akan buatkan teh hangat untuknya." Jungkook membuka lemari yang ada di atas kompor, mencari keberadaan teh celup. Biasanya ada di sana. Namun, kali ini ia tak menemukannya. "Aneh. Di mana Tzuyu menyimpannya?"

Jungkook membuka setiap pintu lemari juga laci. Namun, ia tak kunjung menemukan teh celup yang ia cari. Ia lantas terkekeh, begitu menyadari jika kotak teh itu berada di antara toples bumbu. "Astaga, aku sangat bodoh."

Merasa jika sang suami terlalu lama, ia memutuskan untuk menyusul. Awalnya, ia berniat memeluk Jungkook dari belakang. Namun, malah sifat jahil yang kini muncul. Ia menepuk bahu lelaki itu hingga Jungkook sangat terkejut.

"Ah, Tzuyu ...." Jungkook menghentakkan kakinya kesal. Ia sedang serius melamun dan Tzuyu malah menepuk bahunya. Untung saja tangannya tidak refleks memegang teko panas.

"Maaf. Lagi pula, kenapa Oppa harus melamun?"

"Aku sedang memikirkan kira-kira siapa pelakunya. Apa kau mau menebak?" Jungkook menuang air panas itu ke gelas lalu menyajikannya di meja makan.

"Tidak. Tapi, sebaiknya jangan mempercayai siapa pun untuk saat ini. Biasanya, orang terdekat yang paling berpotensi menyakiti." Tzuyu meraih sendok, mulai mengaduk teh itu agar cepat dingin. Ia kemudian menatap Jungkook karena lelaki itu masih diam.

"Kau tidak percaya padaku?"

Tzuyu mengangkat kedua bahunya. "Semua orang berpotensi menyakiti, tapi tenang saja. Kau ada dalam daftar putih. Jadi, aku percaya padamu. Lagi pula, aku mencintaimu."

Jungkook tersenyum kemudian mencubit pelan pipi gadis dengan piyama pastel itu. "Aku rasa mulutmu semakin manis."

"Aku belajar banyak dari Oppa." Tzuyu membuka toples kukis yang ada di hadapannya. Namun, ia segera mencebik saat Jungkook memukul punggung tangannya lalu kembali menutup toples itu.

Lithe✅Where stories live. Discover now