#53 I'll Protect You

578 120 15
                                    

Rasa bahagia yang seharusnya Tzuyu rasakan, kini seolah bertabrakan dengan kenyataan pahit yang iadengar. Ia selalu berpikir jika sang ibu begitu tak bertanggung jawab padanya. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Justru, sang ibu berusaha melindungi dirinya dengan tak membawa Tzuyu bersamanya.

Bukan tanpa alasan Yuri meninggalkan puterinya seorang diri. Ia tak mau jika sesuatu yang buruk terjadi pada Tzuyu. Suami barunya sering mabuk dan menyiksanya. Ia tak mau jika Tzuyu juga mengalaminya. Untuknya, lebih baik Tzuyu membencinya dibanding harus menderita.

"Tzuyu, kau masih sama seperti saat Eomma tak sengaja terkena pisau. Kau juga menangis seperti ini sambil mengatakan maaf." Yuri sebenarnya selalu berniat untuk memberitahu kondisinya pada Tzuyu. Namun, ia takut hal itu malah membuat puterinya datang. Makanya, ia lebih memilih diam dan pada akhirnya, setelah mengumpulkan banyak keberanian, ia memilih pergi. Apalagi, ia menerima pesan jika Tzuyu akan menikah.

Tzuyu masih sesenggukan sembari mendekap sang ibu. Selama ini ia selalu marah dan ketus saat ibunya menelepon. "Apa Eomma tidak mengatakan apa pun karena aku marah?"

"Eomma tidak mau kau tiba-tiba datang dan terluka. Lebih baik kau marah pada Eomma dibanding itu terjadi. Suami Eomma sangat kasar. Dia mungkin akan memukulmu." Yuri mengusap surai halus Tzuyu. Sudah sangat lama ia tak melakukannya. Mungkin ... Terakhir kali saat Tzuyu masih duduk di sekolah dasar. Ia bangga karena Tzuyu bisa hidup dengan baik.

"Tapi ... Seharusnya aku datang lebih cepat, bukan?"

"Ani, dengan kau tidak datang adalah hal yang paling tepat. Tzuyu-ya, dia sudah dilaporkan sekarang, jangan khawatir." Yuri merasa sudah sangat tak tahan dengan pernikahannya. Berkali-kali ia meminta cerai, tetap saja hasilnya nihil. Ia dapat penolakan dan membuatnya tetap berada dalam hubungan memuakkan itu.

Sebelum pergi, ia sempat mendapat perlakuan kasar. Namun, ia tetap bersyukur karena bisa bertemu dengan puterinya lagi. Apalagi, alasan utamanya pergi adalah pernikahan Tzuyu.

Yuri belum sempat bertemu dengan Jungkook. Sebab, lelaki itu sudah pergi sebelum ia terbangun. Ia harap, Jungkook adalah pria yang tepat. Ia sungguh tak mau hal yang ia alami, kembali dialami oleh puterinya. Ia sungguh tak mau jika itu terjadi.

"Eomma, apa dia akan dipenjara? Dia tidak akan menyakiti Eomma lagi 'kan?"

Yuri memang tak yakin soal itu. Mengingat bagaimana lelaki itu, ia yakin suaminya akan tetap mencarinya. Namun, setelah ia melapor dan memberi kesaksian, ia harap lelaki itu mendapat hukuman yang berat.

"Jika itu terjadi, tolong jangan lakukan apa pun, hm? Eomma akan lebih terluka jika kau yang terluka. Eomma bisa pergi dengan tenang karena sudah melihatmu bahagia, Tzuyu."

Jungkook tersenyum lalu membungkukan tubuh. "Maaf, aku sedikit mengganggu, Tzuyu belum makan sejak semalam. Aku takut dia sakit dan dia juga belum minum obat."

"Kau sakit?" tanya Yuri. Ia menangkup wajah Tzuyu sembari mencari jawaban.

"Tidak, aku tidak sakit, tapi aku harus minum obat."

"Waeyo?"

"Tulang rusuknya cedera karena kecelakaan. Dia harus minum obat untuk membantu pemulihannya. Kadang dia juga masih merasa sakit, tapi semalam dia tidak mau minum obat." Jungkook menyodorkan plastik putih itu pada Tzuyu. "Ayo makan."

Tzuyu menolak. Ibunya saja belum makan. Bagaimana ia bisa makan duluan? Ditambah, rasa laparnya juga belum datang.

"Tidak ada penolakan. Aku akan menyuapimu."

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang