#58 Another Truth

544 101 24
                                    

"Jisu-ya, beberapa hari lalu kau sudah kembali normal." Heesung mengusap surai lembut Jisu. Ia menghela napas, merasa jika rencananya malah membuat kondisi sang adik semakin parah. Padahal, butuh 3 tahun untuk Jisu lepas dari jerat dunia halusinasinya.

Ya, Heesung. Pria sama yang juga menjadi tangan kanan Jungkook. Sebenarnya, ia punya seorang adik yang tak pernah Jungkook ketahui. Wajar, sejak awal ia bekerja dengan lelaki itu, Jisu memang sudah ada di pusat rehabilitasi karena kondisi psikis yang mengganggu.

Alasan terbesar Heesung mau bekerja dengan Jungkook, karena ia percaya jika rasanya akan begitu sakit jika lelaki itu dikhianati orang kepercayaannya, bukan? Ia melakukan itu, terus bersikap baik sembari menunggu Jisu benar-benar kembali normal. Ia tak bisa lupa bagaimana cara Jungkook membuat sang adik depresi hingga harus pergi ke pusat rehabilitasi.

Heesung tak menyangka jika kondisi Jisu akan kembali parah setelah kembali. Jika tahu akan seperti ini, ia akan melakukan pembalasan dendam itu lebih awal. Setidaknya, agar sang adik tenang.

"Oppa, kau tidak pergi? Kau harus belikan gaun untukku, bukan? Pengantin wanita yang kemarin tidak jadi menikah dengan Jungkook Oppa, jadi aku yang akan menggantikannya."

Heesung sebenarnya tak tega jika harus mengantar Jisu ke pusat rehabilitasi lagi. Ia sudah beberapa kali memberi pemahaman. Namun, rasa obsesi Jisu pada Jungkook terlalu kuat. Itu sebabnya, kalimat apa pun takkan pernah membuatnya berubah. Bahkan, Jisu akan kembali tak waras jika melihat Jungkook menikah.

"Jisu-ya, kau bukan Soojin. Tolong lupakan janji Jungkook karena dia tidak akan pernah menepatinya."

Jisu tersenyum getir. Namun, detik berikutnya ia tertawa. "Astaga, lelucon apa itu? Aku Soojin karena Jungkook Oppa hanya suka pada Soojin. Kemarin dia hanya latihan menikah dengan gadis perebut itu."

"Minumlah obatmu, kau harus cepat sembuh lagi untuk bisa melihat bagaimana penderitaan Jungkook nanti."

🐾🐾🐾

Jisu nampak bahagia, mendengar ia akan dijodohkan. Menurut foto yang ialihat, ia yakin jika lelaki itu adalah Kookie, anak laki-laki yang pernah memberikan sebuah gelang padanya. Ia tak punya impian selain menikahi pangeran tampannya itu. Ia bahkan tak masalah jika tak melanjutkan sekolahnya

"Aku pulang!" Raut bahagia yang sebelumnya, kini tergantikan dengan raut bingung. Pasalnya, sang ibu nampak menangis, ditenangkan oleh kakak perempuannya. Lalu, kakak laki-lakinya nampak kesal sembari berjalan bolak-balik.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

Heesung memberanikan diri untuk mendekat. Ia sebenarnya tak sanggup jika harus menjelaskan. Namun, ia tetap harus menjelaskannya. Setidaknya, demi kebaikan sang adik. Lebih baik Jisu sakit hati di awal, dibanding harus tersakiti saat tahu dari orang lain.

"Perjodohan itu dibatalkan. Lelaki itu mengatakan akan menikah dengan gadis yang iacintai."

"Mwo?!"

"Gadis itu sedang hamil, Jisu. Kita tidak bisa berbuat apa-apa."

Jisu menggeleng. "Andwae, ini semua kebohongan!"

🐾🐾🐾

"Surat?"

Tzuyu mengangguk sembari terus memindahkan saluran TV. Malam ini ia merasa tak ada acara TV yang seru. Drama yang selalu iatonton malah sudah selesai. Jadi, ia tak punya tontonan lain.

Suara Jungkook terjatuh, membuat Tzuyu segera menoleh. Lelaki itu terlihat ketakutan, dengan bulir keringat menghias dahi. Ia segera meremas kertas tersebut lalu melemparnya.

"Ada apa?"

Buru-buru Jungkook meraih bola kertas itu. "Ti-tidak ada."

Jungkook nampak gusar. Ia membuang bola kertas itu. Kemudian, menuang air ke gelas lalu menegaknya. Isi surat itu sungguh membuatnya takut. Ia bersyukur karena Tzuyu tak lebih dulu membacanya. Jika iya, mungkin Tzuyu akan segera pergi.

Akan lebih baik jika Tzuyu terus bersamaku. Aku percaya, kau adalah kekuatan terbesarku dan kau pasti akan membantuku 'kan?

Isi surat itu berisi peringatan. Ya, peringatan jika Tzuyu harus segera pergi sebab perannya sebagai pengganti sudah berakhir. Namun, ia yakin jika semua ini hanya manipulasi. Ia tak percaya jika seandainya Soojin memang masih hidup. Baginya, semua itu terlalu mustahil. Terlebih, Soojin tiada setelah Jihyun lahir. Itu sebabnya dilakukan operasi mendadak.

Lalu, ia juga percaya Soojin tak seperti itu. Meskipun ia tahu bagaimana kejamnya Soojin pada sang ayah, ia juga tahu jika Soojin punya sisi manis yang selalu ia lihat. Bukan tanpa alasan Jungkook bisa jatuh cinta pada Soojin. Gadis itu mirip dengan gadis kecil yang pernah bertemu dengannya dulu. Padahal, pada kenyataannya lelaki itu salah mengira.

"Tzuyu, kau baik-baik saja 'kan? Ma-maksudku, tidak ada yang terjadi 'kan?"

"Hanya surat itu. Apa isinya? Apa ancaman?"

Jungkook tersenyum lalu menggeleng. "Tidak ada. Ayo tidur. Ini sudah malam."

Tzuyu menghela napas. Ia merasa jika tidur bukanlah hal penting sekarang. Ia takut jika seseorang menyakiti mereka saat terlelap. Terlebih, banyak sekali teror yang mereka terima akhir-akhir ini.

"Tzuyu, aku tidak akan tidur sampai kau juga tidur. Siapa tahu, kau akan diam-diam minum-minum. Aku akan mengawasimu." Jungkook tersenyum kemudian duduk di samping sang isteri. Ia tak peduli meski pakaian formalnya belum berganti menjadi piyama seperti malam-malam sebelumnya.

"Aku tidak menyelundupkan minuman keras. Kau curiga padaku? Ini baru hari ketiga aku jadi isterimu. Kau mudah sekali curiga padaku."

Lelaki itu mendekap Tzuyu, tersenyum seolah kecurigaannya tadi tak pernah ada. Ia hanya tak mau isterinya sakit karena minuman-minuman itu. "Ah matta, bagaimana jika kita berlibur ke Jeju? Teror itu pasti membuatmu cukup stres, ayo kita lupakan hal itu untuk sejenak."

"Aku takut jika sesuatu yang buruk justru terjadi nanti. Untuk saat ini, diam adalah yang paling bagus." Tzuyu juga sebenarnya ingin menghabiskan banyak waktu bersama sang suami. Ia yakin, akan sangat menyenangkan jika mereka berlima bisa mengunjungi negara lain. Namun, teror itu malah membuat Tzuyu sangat takut. Ia tak mau jika triplets yang menjadi korban.

Tzuyu bisa melihat bagaimana raut kecewa sang suami. Ia berusaha menghiburnya dengan memberikan kecupan manis di pipi lelaki itu. "Lain kali, eoh? Setelah semuanya membaik, kita bisa pergi ke mana pun. Apa aku harus membantumu mencari tahu?"

"Tidak perlu, aku sudah meminta Heesung untuk menyelidiki." Jungkook meraih remot lalu mematikan TV. "Ayo tidur. Ini sudah malam. Kau harus banyak beristirahat, bukan? Memang, dokter bilang cideranya sudah membaik, tapi kau tetap harus menjaga kesehatan, bukan?"

"Waeyo?"

"Wajahmu akan berubah seperti kepiting rebus jika aku mengatakannya." Jungkook menyentuh pucuk hidung gadis itu sembari terkekeh. Ia bisa bayangkan wajah bersemu gadis itu.

"Berhenti meledekku, Oppa."

"Ayo tidur. Begadang benar-benar tidak bagus."

Oppa, setiap saat kalimatmu di pernikahan kita selalu terdengar. Aku harap, kau tidak berniat untuk mengingkarinya.



👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

Jadi, soojin & jisu itu beda orang yaaa

4 Okt 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now