#43 Sempurna

607 123 3
                                    

Minseok menepuk sisi sofa yang masih kosong di sampingnya. Ia sudah berusaha keras untuk menjelaskan segalanya pada Joie. Namun, hingga saat ini puterinya terus menghindar. Ia seolah tak mau mendengar apa pun soal kasus itu. Ia sudah telanjur kecewa dan itu sudah cukup.

"Joie, mungkin jika dulu Eomma tidak menolak Soojin, semua ini takkan terjadi."

Joie menghentikan langkah kemudian berbalik. Ia lantas duduk di samping ibunya, siap untuk mendengar penjelasan apa pun soal kasus itu.

"Dulu, saat kau baru lahir, Eomma sangat bahagia. Kau sangat cantik dan setiap saat Eomma selalu memandang wajahmu. Suatu hari, dengan tiba-tiba ayahmu pulang, membawa bayi lain dengan keadaan kacau. Dia mengatakan pada Eomma untuk merawatnya juga, tapi Eomma menolak. Bahkan, Eomma malah menceraikan ayahmu." Minseok mencoba kuat. Fakta jika sang suami berselingkuh bahkan sejak awal menikah, membuat rasa sakitnya masih terasa hingga sekarang.

"Mungkin, itu alasan Soojin sangat berbeda. Kau tahu? Tatapannya terlihat rapuh dan kesepian, tapi mulutnya terus mengatakan hal-hal mengerikan. Satu hal yang membuat Eomma menutup kasus itu, karena Soojin sedang hamil. Eomma tidak mau Soojin harus mendapat hukuman bersama bayinya. Eomma bersyukur karena dia tidak mengulang kesalahan yang sama."

Joie pernah berpikir ibunya begitu jahat dan egois. Memang, ia tak pernah kekurangan kasih sayang karena sang ayah sering mengunjunginya dan memberi banyak hadiah. Namun, fakta jika kedua orang tuanya berpisah, membuat Joie merasa semua itu salah ibunya. Ia menyesal karena pernah memojokkan sang ibu atas kesalahan yang tak pernah ia perbuat.

Joie mendekap sang ibu. "Maaf. Apa Eomma selalu menangis jika aku mengatakan Eomma sangat jahat?"

"Tentu saja tidak. Eomma mengerti, dulu kau masih remaja dan pikiranmu masih sependek itu. Eomma sangat bersyukur karena kau tidak pernah membenci Eomma karena itu. Ah ya, bagaimana kondisi Tzuyu?"

"Dia terlihat lemah, Eomma. Seseorang mengurusnya. Dia suami Soojin. Apa masih ada kemungkinan Soojin masih hidup? Aku takut jika pria itu menyakiti Tzuyu."

👶🏻👶🏻👶🏻

"Wah, aku merasa hidup kembali." Gadis itu terdengar sangat senang setelah lidahnya mengecap rasa pedas dan asam dari tteobboki itu. Ia tersenyum dengan pipi mengembung, penuh dengan potongan tteobboki. Meskipun rasa pedas dan asamnya tak terlalu kuat, ia bersyukur karena bisa merasakan makanan yang lain.

"Makan pelan-pelan, jangan sampai tersedak lagi." Jungkook menyeka saus yang mengotori sekitar bibir gadis itu. Ia tersenyum sebab baru kali ini Tzuyu bersemangat memakan sesuatu. Sebelumnya, makan adalah hal yang paling Tzuyu benci. Namun, kini gadis itu benar-benar lahap.

Siluet seseorang akan membuka pintu, membuat mereka berdua membulatkan mata. Buru-buru Tzuyu memberikan cup tteobboki itu dan beralih meraih mangkuk bubur yang telah kosong. Ia sungguh terharu sebab Jungkook mau menggantikannya memakan bubur itu.

Namun, keduanya sama-sama mencebik saat Minseok yang datang dengan tas kain di tangan. Tentu, Tzuyu kembali mengambil tteobboki itu dari Jungkook untuk kembali menyantapnya.

"Astaga, kau tidak boleh makan ini."

Mata Tzuyu mengikuti ke mana cup tteobboki itu dibawa. Ia terlihat kecewa saat Minseok menjauhkan makanan itu.

"Kau masih sakit, Tzuyu. Siapa yang membawakanmu makanan itu? Dia? Kau seharusnya menjaga Tzuyu dengan baik."

Jungkook melindungi dirinya saat Minseok mulai memukulinya. Ia tak bisa meragukan kekuatan para ibu. "Baiklah, maafkan aku. Dia tidak mau makan. Jadi, aku bawakan itu."

"Aku belum menghabiskannya, Bibi." Tzuyu mencebik. Ia yakin, Minseok akan memberikan bubur. Bisakah ia memutar waktu saja? Ia tak mau lagi berada di ruangan yang didominasi dengan cat putih gading itu. Ia juga sudah muak dengan pakaian khas pasien yang terus melekat di tubuhnya.

"Makan ini saja." Minseok mengeluarkan rantang dari tas itu. Namun, Tzuyu segera merespon dengan cebikan. Ia tak mau makanan itu. Ia ingin menghabiskan tteobboki yang katanya dibuatkan oleh Jungkook. Memang rasanya tak seenak tteobboki di kedai Minseok. Namun, ia merasa tteobboki itu sangat enak. Mungkin karena Jungkook yang membuatnya.

"Tzuyu, Bibi sudah berjanji pada ayahmu untuk menjagamu."

"Tapi aku ingin tteobboki saja."

"Tidak, makanan itu tidak baik. Kau harus makan sup rumput laut untuk memulihkan tubuhmu. Ayo, makan ini saja."

Tzuyu menatap Jungkook dengan penuh harap. Namun, lelaki itu justru menaikkan kedua bahunya, pertanda tak bisa membantu. Ia terlalu takut akan menerima pukulan lagi.

"Ayo, Bibi akan menyuapimu."

👶🏻👶🏻👶🏻

Tzuyu tersenyum saat Jungkook masih tertidur sembari menggenggam tangannya. Ia masih belum menjadi isteri lelaki itu. Namun, Jungkook sungguh-sungguh dalam menjaganya. Lelaki itu bahkan hanya pulang sebentar lalu kembali untuk menemani Tzuyu.

Satu hal yang menjadi kesamaan mereka berdua adalah sama-sama menjadi korban atas permainan takdir. Ia harap, setelah ini Jungkook bisa memperbaiki hubungannya dengan orang tuanya. Ia ingin melihat Jungkook kembali bersama keluarganya.

"Bayi kelinciku, kau mau memperbaiki semua kekacauan yang ada 'kan? Aku tidak akan mengatakan jika sebelumnya kau bertemu orang yang tidak tepat. Aku hanya ingin kau kembali akur dengan orang tuamu. Mungkin ... Aku juga akan mencoba untuk dekat dengan ibuku lagi."

Tzuyu bukan tak pernah berusaha. Namun, ibunya yang terus menghindar, membuat Tzuyu memilih untuk tak berusaha lebih keras lagi. Ia sering meminta sang ibu untuk menemuinya jika ingin meminjam uang, tetapi, sang ibu selalu mengatakan tak punya waktu.

Meski begitu, Tzuyu merasa saat ini ia tak lagi sakit hati seperti dulu. Perlakuan buruk ibunya tertutupi oleh perlakuan manis Jungkook. Lelaki itu bahkan siap melakukan apa pun untuk membuatnya bahagia. Tzuyu merasa, hidupnya perlahan terasa sempurna. Tentunya dengan Jungkook di sampingnya.

"Kau memang orang yang tepat untukku, bayi kelinci. Aku selalu berpikir apa yang terjadi jika kita berdua tidak pernah bertemu di sekolah triplets. Apa kau masih bisa menemukanku? Rasanya cukup mustahil. Kita berdua sama-sama orang yang selalu menyibukkan diri untuk melupakan masalah yang kita punya."

Masih teringat jelas bagaimana Tzuyu mengambil puluhan pekerjaan untuk mengumpulkan uang dan melupakan kematian sang ayah. Dicaci atau direndahkan sudah biasa baginya. Lalu sekarang, ia hanya punya satu pekerjaan dan itu cukup ringan. Bahkan, ia merasa jika itu bukanlah pekerjaan. Ia menganggapnya sebagai sebuah latihan.

Jungkook membuat niatnya untuk menikah, kembali. Ia sempat berpikir jika pernikahan merupakan hubungan yang terlalu rumit. Namun, lelaki itu bisa meyakinkannya bahkan sebelum mereka menikah. Ia yakin, Jungkook tidak akan pernah meninggalkannya dan akan selalu mencintainya.

Oppa, satu hal yang tak pernah kusesali adalah membiarkan perutku kelaparan demi triplets untuk kedua kalinya. Mereka membuatku bertemu denganmu. Astaga, kata 'Oppa' malah membuat hatiku berdetak kencang.

👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

23 Sep 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now