#34 Bahasa Cinta

707 138 18
                                    

Tzuyu membulatkan mata saat Jungkook tiba-tiba mendekapnya. Gadis itu terdiam, dengan detak jantung yang kian kencang. Bukan, ini bukan detak jantung karena ia jatuh cinta. Ia terkejut sebab Jungkook melakukannya dengan tiba-tiba. "Kau ... Waras?"

Jungkook melepas dekapan itu dengan malas. Matanya jelas mengatakan jika ia begitu kesal dengan pertanyaan Tzuyu. "Apa salah jika aku memelukmu seperti tadi? Tzuyu, ini hari kedua kita berkencan dan kita malah terlihat seperti pasangan yang sudah menikah lama dan memiliki banyak anak. Kau ... Membosankan."

"Anggap seperti itu." Tzuyu melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Ia kembali meletakkan toples itu di pangkuan sembari menyaksikan acara favoritnya. Hal terindah setelah menjaga triplets memang seperti ini. Apalagi, setelah mereka bertiga tidur. Ia bisa menghabiskan waktunya dengan menyenangkan. Ia jadi bertanya-tanya bagaimana cara Jungkook menghilangkan rasa lelahnya. Lelaki itu mengurus triplets juga mengurus perusahaan yang ia bangun dari nol.

Masih dengan raut yang sama, Jungkook duduk di samping Tzuyu. Ia mencebik, meskipun yang ia dapat bukan sebuah bujukan, melainkan tolakan mentah-mentah dari gadis itu. Bahkan, Tzuyu sampai menggunakan telapak tangannya untuk menutup mulut Jungkook. Namun, ia segera mengusap telapak tangannya di jas Jungkook setelah melakukannya.

"Tidak perlu seperti itu, aku tidak pandai membujuk orang dewasa." Tzuyu nampak santai menikmati keripik singkong itu dengan mata yang tertuju pada TV. Namun, ia menoleh saat Jungkook juga berniat untuk bergabung, menikmati rasa gurih yang tercipta dari camilan itu.

Tzuyu memukul punggung tangan lelaki di sampingnya. "Aku tidak mengajakmu, tuan Jeon."

"Tzuyu, kita sudah berkencan. Apa kau tidak akan mengganti panggilan? Rasanya bukan seperti berkencan." Jungkook melipat kedua tangannya, memasang wajah cemberut dan berharap Tzuyu mau membujuknya. Ia sudah kesal sejak kue kering berbentuk daun semanggi itu dikirim.

"Kau yang mengatakan untuk tidak menganggapnya sebagai berkencan. Lagi pula, itu akan sangat canggung. Anggap aku seperti Tzuyu yang biasanya." Tzuyu tersenyum. Kali ini ia mengalihkan tatapannya dari TV. "Dan kau kesal karena apa?"

"Kau memang tidak pernah berkencan. Apa kau masih menganggapku musuh?"

"Ya, kau sangat menyebalkan." Tzuyu menarik dasi lelaki itu sembari memasang wajah kesal. "Kau membuang stok bir kalengan yang aku sembunyikan lagi."

"Tzuyu-ya, kau harus terbiasa mengurangi kebiasaan itu. Kita akan menikah." Jungkook melepas cengkraman Tzuyu dari dasinya. Tersenyum senang saat rona mulai menghias wajah cantik gadis itu.

"A-apa?"

Jungkook mengangguk dengan santai, seolah pernikahan adalah hal yang biasa. "Aku tidak mau membuang waktu. Kau sudah dekat dengan triplets."

Jungkook menunggu jawaban dari Tzuyu. Namun, dilihat dari keterkejutan Tzuyu, ia yakin gadis itu belum benar-benar siap. Apalagi, Tzuyu mengatakan jika ia memiliki ketakutan tersendiri soal pernikahan.

Lelaki itu tersenyum lalu menggenggam tangan Tzuyu. "Tzuyu, aku berjanji semua ketakutan yang ada pada dirimu, tidak akan terjadi. Kau masih takut? Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sungguh. Jika aku melakukannya, kau boleh membunuhku."

Tzuyu berdecih sembari melepas genggaman tangan lelaki itu. "Kau mengatakan itu karena tahu aku tidak akan pernah berani membunuhmu 'kan?"

"Tentu saja, karena kau mencintaiku." Jungkook menekan kedua pipi gadis itu dengan tangannya. "Apa sangat sulit mengatakannya? Saat makan malam romantis itu, kau hanya mengatakan 'juga' apa-apaan?"

"Lalu aku harus katakan apa?"

Jungkook menggeleng lalu mencubit pucuk hidung gadis itu. Ia merasa jika Tzuyu semakin menggemaskan seiring mendalamnya ia mengenal gadis itu. "Kau harus mengatakan 'aku juga mencintaimu' Berbeda dengan 'juga' itu sama sekali tidak romantis."

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang