Extra Part 2

939 108 7
                                    

Siapa yang tak suka liburan? Semua orang pasti menyukainya, bukan? Termasuk Tzuyu. Ibu empat anak itu merasa cukup bebas saat sang suami mengajaknya berlibur ke pulau Jeju. Ia tak mempermasalahkan destinasi yang suaminya pilih. Lagi pula, mereka tak bisa pergi jauh-jauh dengan alasan anak mereka masih kecil.

Tzuyu terkekeh saat Jungkook mulai bersenandung ala titanic sembari melingkarkan tangan di perutnya. "Kau sudah bangun? Tumben. Biasanya, kau akan bangun siang."

"Ey, aku datang kemari untuk berlibur, bukan tidur. Bagaimana? Kau menyukai hotelnya?" Jungkook sengaja memilih hotel yang langsung menghadap ke laut. Ia cukup yakin Tzuyu pasti sangat menyukainya dan dugaannya benar. Tzuyu sudah berdiri di balkon sembari menikmati embusan angin laut.

"Aku tiba-tiba memikirkan triplets dan Jiyeon. Saat aku menelepon Eomma, mereka masih tidur."

Sebagai pasangan yang sudah memiliki anak, tentu liburan berdua adalah hal yang cukup berat. Pasalnya, mereka tetap memikirkan anak mereka meski berniat mengistirahatkan tubuh serta pikiran.

"Ini masih terlalu pagi, Tzuyu. Mereka bangun jam 9 jika libur," ujar Jungkook. Ia tahu semua kebiasaan triplets juga Jiyeon. Makanya, ia nampak tenang, berbeda dari Tzuyu yang sejak kemarin terus mengatakan merindukan anak mereka.

"Aku merasa jika kau lebih tahu."

"Aku berpengalaman. Nikmati saja waktu kita ini. Kau akan sangat merindukannya nanti. Kita bisa jalan-jalan, makan, dan melakukan banyak hal tanpa memikirkan triplets juga Jiyeon."

Jungkook tahu seberapa stres Tzuyu mengurus anak mereka. Apalagi, Jisung malah bertambah tidak bisa diam. Lalu Jiyeon? Puteri bungsu mereka juga kini mulai belajar berjalan. Itu sebabnya, Tzuyu mengaku pusing mengurus mereka secara bersamaan.

"Tzuyu, tapi aku tidak perlu hadiah saat pulang dari sini. Tolong jangan membawanya."

Tzuyu tertawa mendengarnya. Ia tahu arah pembicaraan Jungkook ke mana. Lagi pula, ia sudah cukup lelah mengurus triplets dan Jiyeon. Ia masih belum mau menambah anak atau mungkin tidak akan. Rumah mereka sudah cukup ramai. Jadi menurutnya, tidak perlu ada penambahan anggota lagi.

"Baiklah, aku tidak akan membawanya."

"Jadi ... Apa yang ingin kau lakukan di sini? Aku siap mengantarmu, nyonya." Jungkook berlagak seperti seorang prajurit istana, membuat Tzuyu segera merespon dengan memegang ke dua sisi gaun tidurnya untuk sedikit membungkuk. Tentu saja, setelahnya tawa mulai pecah di antara mereka berdua.

"Aku merasa geli melihatnya. Apalagi, kau memang tidak pernah anggun. Kau ingat? Kau pernah mencengkram kerahku di depan triplets. Saat itu aku berpikir kau adalah gadis paling tangguh."

"Bicara soal first impression, di mataku kau adalah ayah juga suami idaman. Aku melihat saat kau makan semua cupcakes buatan triplets dengan adil," ujar Tzuyu sambil mengingat. Ia merasa jika kenangan itu cukup manis. Ia jadi ingat pada ayahnya. Apalagi, pada awalnya ia merasa Jungkook memiliki sikap yang sama seperi sang ayah.

"Aku melihatmu saat membuat nasi kepal. Maaf, saat itu aku malah membayangkan Soojin."

"Menurutku itu normal, tapi untuk sekarang jangan harap."

Jungkook segera mendekap Tzuyu sebelum sang isteri mulai bicara cepat. "Tentu tidak. Aku sudah mengatakan, sekarang aku mencintaimu. Bagaimana bisa aku membayangkan Soojin? Aku mengingatnya karena dia yang membawa triplets ke dunia ini. Sekarang aku berterima kasih karena kau membawa Jiyeon ke dunia ini."

"Aku ingat, hari itu kau terus menangis dan memintaku untuk tidak pergi."

Tzuyu tahu, trauma itu mungkin tidak bisa hilang dari Jungkook. Ia masih ingat jelas bagaimana kalutnya Jungkook saat tahu isterinya akan melahirkan. Bahkan, yang paling banyak menangis justru suaminya. Sampai-sampai, ia tak bisa tidur karena Jungkook tidak membiarkannya menutup mata.

Lithe✅Where stories live. Discover now