#6 Like a Divorce Couple

921 164 27
                                    

Acara berbelanja itu berlangsung menyenangkan tak seperti biasanya. Bahkan, triplets diberi kesempatan oleh Tzuyu untuk memilih hal yang mereka sukai meski hanya satu. Namun, itu tetap membuat mereka bahagia. Pasalnya, jika berbelanja hanya dengan sang ayah, mereka tak bisa membeli sembarang produk. Bahkan untuk mainan pun, terkadang Jungkook melarang mereka.

Saat ini mereka sudah sampai ke tujuan akhir. Sebuah stan yang menawarkan diskon dari produk susu yang biasa Jungkook beli. Awalnya, mereka bertengkar karena Jungkook kukuh membeli tanpa diskon, sementara bagi Tzuyu yang merupakan seorang wanita, diskon adalah hal paling menggiurkan. Lagi pula, menurut Tzuyu diskon bisa menghemat pengeluaran pria itu. Apalagi, Jungkook bukan hanya membeli satu.

"Sudah kukatakan, membeli yang ini membuat pengeluaranmu sedikit berkurang."

Jungkook merotasi bola matanya malas. Meski baru bertemu hari ini, ia merasa Tzuyu seperti menganggapnya sebagai teman yang memang sudah berhubungan sejak lama. Gadis itu tak ragu untuk protes atau menasihati Jungkook soal belanja.

"Oh ... Kau kesal? Seharusnya kau berterima kasih padaku," ujar Tzuyu saat melihat Jungkook memasang wajah kesal sambil menyimpan kardus susu itu. "Kau punya tiga anak, seharusnya kau sangat tahu caranya berhemat."

"Bisakah kau berhenti bicara? Sejak tadi kau banyak sekali bicara seolah mengenalku sejak lama."

Pertengkaran itu kembali dimulai, membuat triplets yang kini duduk di troli, tertawa. Sejak tadi, pertengkaran sepasang orang dewasa itu memang membuat mereka tergelitik. Apalagi, sang ayah terlihat lucu dengan wajah kesalnya.

Layaknya pasangan yang baru berpisah dan terpaksa kembali bersama, nampaknya cocok disematkan untuk mereka. Bahkan, beberapa orang mulai memperhatikan mereka karena bertengkar.

"Aku tahu, perpisahan pasti berat, tapi tolong berpura-puralah masih bersama di depan anak-anak. Mereka masih membutuhkan kalian," ucap seorang wanita paruh baya yang tentu membuat sepasang orang dewasa itu tertegun. Mereka bahkan saling tunjuk kemudian menunjuk diri sendiri untuk memastikan jika wanita itu benar-benar bicara pada mereka.

"Maaf, tapi aku bukan isterinya. Benar-benar bukan," elak Tzuyu.

"Aku tahu, tapi kau tetap ibu mereka," ujarnya, membuat Tzuyu menggaruk tengkuk. Ia melirik triplets, mereka nampaknya senang melihat Tzuyu mulai bingung. "Nak, aku tahu, pasti semuanya sangat sulit, bukan? Apalagi mengurus tiga bayi dan satu bayi besar."

Jungkook membulatkan mata. "Mwo?!"

Wanita paruh baya itu tersenyum kemudian menepuk-nepuk bahu Jungkook kemudian tersenyum sebelum berlalu. Tentu, ini membuat Tzuyu dan Jungkook saling pandang, memalingkan wajah dengan perasaan penuh kekesalan.

Meskipun aku mengaguminya, aku tidak mau menikah dengannya. Pria menyebalkan! batin Tzuyu. Andai Jungkook tak mengajaknya bertengkar, mereka takkan dianggap sebagai pasangan yang baru saja bercerai. Namun, lelaki itu nampaknya tak terima jika dikalahkan oleh gadis seperti Tzuyu.

Menyebalkan sekali dia. Hanya karena susu saja dia mengajakku berdebat dan parahnya membuat orang berpikir kami menikah. Astaga, aku tidak akan pernah mau, batin Jungkook.

"Cih." Tzuyu dan Jungkook kompak kembali memalingkan wajah, membuat triplets lagi-lagi tertawa.

👶🏻👶🏻👶🏻

Satu hal yang biasanya menjadi masalah bagi Jungkook adalah saat triplets tidur. Apalagi, saat ini mereka menggunakan bus alih-alih mobil karena Heesung masih belum selesai. Biasanya, ia tak perlu khawatir karena menggunakan mobil pribadi. Namun, kali ini ia akan benar-benar kesulitan. Tak ada pilihan selain membangunkan salah satu.

Jungkook menepuk pelan pipi Jina yang tidur bersandar pada tubuhnya. Tentu, balita dengan gaun merah muda dan rambut ikat dua itu berusaha membuka matanya. "Jina, Ayah akan kesulitan. Ayo bangun, sebentar lagi kita sampai."

"Tapi aku masih mengantuk, Ayah."

"Kau bisa melanjutkan tidurmu nanti. Bantu Ayah, ya?" Jungkook harus menggendong Jisung dan menenteng satu plastik besar berisi belanjaan. Ia cukup bersyukur karena Tzuyu mau membantu. Jika tidak, ia pasti akan kerepotan. Apalagi, Jisung selalu rewel jika tidurnya terganggu.

Jungkook turun dari kursi yang ia duduki. Kemudian, ia membantu Jina untuk turun juga. Papa muda ini nampaknya sangat kerepotan dengan Jisung yang tertidur juga belanjaan yang harus ia bawa. Untung saja Jina mau mengerti dan bangun. Jika tidak, ia pasti bingung bagaimana caranya turun dari bus itu.

"Pak, tunggu sebentar," ujar Jungkook kemudian meletakkan kantung plastik itu di trotoar. Ia lantas menggenggam tangan Jina dengan tangan kirinya agar gadis kecil itu bisa turun tanpa terjatuh. Sungguh, hari ini adalah hari yang cukup melelahkan baginya. Terlebih, Heesung tak bisa membantunya karena harus mengurus kebutuhan klien.

"Terima kasih," ujar Jungkook saat Tzuyu sudah turun. Tentu, ini membuat sang sopir tersenyum sebelum kembali menutup pintu kemudian melaju.

"Kau yakin bisa pulang seperti ini?"

Dering ponsel membuat Jungkook segera merogoh sakunya. Ia bernapas lega karena Heesung menghubunginya. Ia harap, pekerjaan sang asisten sudah selesai. Sehingga, ia bisa meminta bantuannya.

"Heesung, apa semuanya sudah selesai? Bisa kau jemput aku di halte? Aku kesulitan karena Jisung dan Jihyun tidur."

"Baik, Pak, saya akan segera ke sana."

Jungkook tersenyum kemudian meletakkan kembali ponselnya di saku saat sambungan itu terputus. "Seseorang akan datang. Lebih baik kita duduk dulu di halte."

"Baiklah." Tzuyu berniat mengambil kantung belanjanya. Namun, lelaki itu segera menghentikan.

"Aku saja yang membawanya. Jihyun pasti cukup berat," ujar Jungkook.

Jika boleh jujur, Tzuyu akan katakan jika Jungkook terlihat begitu keren. Dengan lengan yang kekar, tentu membuat Jungkook mudah menggendong Jisung hanya dengan sebelah lengannya. Tzuyu bisa bayangkan akan sekeren apa Jungkook saat mengenakan kaos lengan pendek sambil menggendong Jisung, Jihyun, atau Jina. Tampak keren, bukan?

Namun, satu hal yang tak ia suka dari Jungkook adalah ucapannya. Lelaki itu sungguh menyebalkan saat melontarkan kalimat bernada tuduhan atau bicara dengan nada dingin. Padahal, kesan pertama yang muncul saat Tzuyu melihat Jungkook adalah pria itu manis. Apalagi, jarang sekali ia bisa melihat seorang pria muda yang ia tahu kesibukannya, masih menyempatkan diri menjemput anak-anaknya.

Dia memang suami idaman, tapi jika tanpa bibirnya. Ucapannya sungguh membuatku ingin menghajarnya, batin Tzuyu.

"Bibi, aku sangat mengantuk."

"Kita tunggu mobilnya datang, ya? Kau boleh lanjutkan tidurmu." Tzuyu merapikan poni Jina yang mulai berantakan karena basah. Gadis kecil itu sangat kegerahan dengan jaket yang ia gunakan. Ia heran kenapa Jungkook memakaikan jaket saat musim panas seperti saat ini. "Jina, kau mau melepas jaketmu?"

Jina mengangguk kemudian menguap. Tentu, Tzuyu segera tersenyum karena gadis kecil itu terlihat begitu menggemaskan.

"Baiklah, aku akan membantumu melepas jaket. Lain kali katakan pada Ayah, jaket tidak cocok untuk musim panas." Tzuyu yakin, pagi hari adalah waktu tersibuk Jungkook. Ia harus menyiapkan sarapan, membantu triplets mandi dan memilih baju, lalu mengantar mereka dan bekerja. Ia heran kenapa Jungkook memilih tetap sendiri. Padahal, lelaki tampan juga cukup mapan seperti Jungkook, akan mudah mendapat pasangan.

Astaga, kenapa aku memujinya lagi?

👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

Ciee belanja bareng wkwk

4 Sep 2021

Lithe✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang