#28 Kau Tidak Cemburu Padaku?

759 145 21
                                    

Jungkook perlahan membuka mata saat merasakan tubuhnya hangat. Ia lantas terduduk, membuat gadis yang menyelimuti tubuhnya begitu terkejut. Bagaimana tidak? Jungkook malah menggenggam tangannya. Padahal, Tzuyu yakin lelaki itu sedang tertidur pulas tadi.

"Apa kau sering melakukannya? Astaga, kau juga sepertinya belum mandi."

Jungkook menurunkan pandangan, tersenyum tanpa dosa saat pakaian formal itu masih melekat di tubuh. Ia menunggu Tzuyu pulang. Namun, ia justru ketiduran karena merasa kelelahan. "Kau baik-baik saja?"

Tzuyu segera menepis kedua tangan Jungkook dari bahunya. "Apa hakmu mengkhawatirkanku? Kau lebih mengkhawatirkan."

Sama seperti sang ayah, Jungkook benar-benar seperti refleksinya. Bagi Tzuyu, dua pria itu sama-sama ceroboh meski terbiasa melakukan segalanya sendiri. Ia ingat bagaimana ayahnya tidur dengan sepatu masih digunakan. Semakin lama, Tzuyu malah semakin merindukan sosok ayahnya. Apalagi, saat melihat Jungkook.

Jungkook tersenyum kemudian menyentuh pipi Tzuyu dengan tangan kanannya. "Kau tidak mabuk 'kan? Kenapa tidak meneleponku?"

"Mungkin ... Sedikit. Lagi pula, menurutku kau tidak perlu pikirkan soal itu." Tzuyu melepas ikatan rambutnya, membuat surai cokelat nan indah itu mulai terurai. Ia mengambil kembali selimut itu. "Aku agak mengantuk. Ah ya, kau jangan lupa mandi."

"Apa itu harus diingatkan?"

Tzuyu segera mengangguk. "Kau adalah bayi besar. Tentu saja harus diingatkan. Selamat malam."

Tubuhku rasanya remuk. Aku belum beristirahat dan semalam aku tidak tidur dengan nyenyak. Ayolah, Tzuyu, kau baru dua puluh satu tahun. Apa fisikmu sudah sangat lemah?

Tadinya, Tzuyu ingin beristirahat saat triplets tidur siang. Namun, ia tak tega membiarkan Jihyun sendirian. Memang, anak kecil itu sempat menolak untuk bermain dengannya, tapi lama-kelamaan Jihyun akhirnya mau bermain dengannya. Meskipun harus diimingi sebuah voucher keinginan, setidaknya ia bisa bermain dengan anak itu.

Tzuyu duduk di tepi ranjang. Tangannya kemudian menarik laci, mencari hal yang mungkin bisa meredakan rasa pegal dan sakit di tubuhnya. Ia tersenyum saat mendapati sebuah krim pijat di sana.

"Mungkin jika Ayah ada, dia akan bilang 'Tzuyu, kau masih muda, kau akan kalah dari Ayah?'" Tzuyu terkekeh sembari mengusap krim pijat itu. Mengenang momen indah memang selalu menjadi pelipur paling ampuh bagi Tzuyu. Seberapa pun besarnya rasa sakit yang ia rasa, momen itu akan segera menghapusnya.

"Ayah, aku punya alasan untuk tetap hidup sekarang. Aku akan temui Ayah dengan bahagia. Mereka sangat menggemaskan dan aku berjanji, saat kita bertemu nanti, aku akan tersenyum lebar. Jangan khawatirkan aku, hm? Aku tidak sendirian sekarang. Ada tiga malaikat kecil dan satu superhero, mungkin." Tzuyu terkekeh setelah mengakhiri laporannya pada sang ayah. Ia selalu percaya jika ayahnya selalu memantau meskipun tak terlihat.

👶🏻👶🏻👶🏻

Lelaki tampan itu menutup wajahnya saat cahaya matahari begitu menusuk matanya. Ia masih mengantuk. Namun, seseorang justru membuka tirai kamarnya. "Tolong biarkan aku tidur lebih lama."

Jisung terkekeh sembari memeluk boneka kelincinya. "Ayah, ini bukan kamar Ayah."

"Sungguh?" Jungkook segera terduduk, mengernyit saat kepalanya mulai terasa sakit. Wajar, ia memaksa tubuhnya untuk segera bangun. Alhasil, kepalanya terasa sakit.

"Ayah tidur di sini? Kenapa?" tanya Jina dengan wajah polosnya. Ini memang bukan yang pertama kalinya terjadi. Namun, tetap saja rasanya aneh karena ayahnya punya kamar sendiri. "Apa ada serangga?"

Lithe✅Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora