#19 Orang yang Tepat

743 147 32
                                    

"Woah." Mata gadis kecil itu berbinar, melihat bagaimana kincir raksasa itu berputar perlahan. Ia kemudian mendongak, tersenyum pada Tzuyu yang kini menggendong Jisung. "Bibi, aku ingin naik itu."

"Terlalu tinggi," protes Jihyun. Membayangkan saja sudah membuatnya bergidik. Ia takut jika nanti kincirnya jatuh.

"Anak laki-laki seharusnya tidak penakut. Kau juga Oppa. Siapa yang akan melindungiku jika Oppa takut?"

"Lindungi diri sendiri. Aku tidak mau."

Tzuyu tak kuasa menahan rasa gemasnya. Bagaimana tidak? 2 balita itu bertikai meski tangan mereka masih berpegangan. Padahal, bisa saja mereka melepas pegangan saat bertengkar. Namun, Jihyun selalu berjanji dia tidak akan pernah melepas tangan adiknya. Itu sebabnya semua terlihat lucu bagi Tzuyu. Satu sisi Jihyun mengajak adiknya bertengkar, sisi lain Jihyun menepati janjinya dengan tetap menggenggam tangan sang adik.

"Baiklah, kita akan naik itu saat Ayah kalian sampai. Kita tunggu di sana, ya." Tzuyu menagajk mereka menuju sebuah kursi panjang yang terdapat di bawah pohon.

"Apa harus menunggu Ayah?" tanya Jina. Gadis kecil itu mencebik. Padahal, ia ingin segera bermain. Namun, ia harus menunggu sampai sang ayah datang. Hingga akhirnya satu ide terlintas di pikirannya. "Bibi, aku ingin naik satu kali. Nanti saat Ayah datang, kita bisa naik itu lagi."

Tzuyu tersenyum lalu mencubit pelan pipi tembam gadis itu. "Wah, kau memang cerdas, tapi bagaimana jika Ayah marah nanti? Bibi sudah berjanji untuk menunggunya datang."

Tzuyu membuka kotak makan yang ia bawa. Ia hanya berjaga-jaga agar triplets tidak jajan sembarangan. Lagi pula, ia membuat makanan-makanan yang biasanya ada di taman hiburan. Hanya permen kapan yang tidak ia buat. Namun, itu bisa sedikit mengurangi kemungkinan mereka membeli makanan di sana. "Sambil menunggu, bagaimana kita makan ini?"

"Kentang goreng?"

Tzuyu mengangguk. "Bibi membuatnya tadi. Mau coba?"

Tzuyu tersenyum saat mereka bertiga menyantap makanan yang ia buat. Ia memang bukan orang yang ahli dalam memasak. Namun, ia sering menonton video soal itu. Jadi, ia bisa berkreasi, menciptakan menu makanan yang menarik untuk triplets. Ia memang tak berniat menikah. Namun, ia menganggap semua ini sebagai sebuah latihan. Mungkin saja suatu hari pikirannya berubah.

"Bagaimana rasanya?"

Jisung mengacungkan ibu jarinya, pertanda menyukai makanan buatan Tzuyu. "Rasanya sangat enak."

"Lain kali Bibi akan buat burger atau pizza."

Jungkook tersenyum saat ia disuguhi interaksi manis ini. Ia sudah kesal karena menyangka Tzuyu sudah masuk lebih dulu. Ternyata tidak, mereka sedang makan sesuatu bersama. Tadinya ia akan memarahi Tzuyu karena meninggalkannya.

"Ayah!" Jina berteriak dengan kedua tangan menggenggam kentang goreng. "Bibi membuat ini. Cobalah."

Jungkook pikir rasanya akan biasa saja. Ternyata tidak. Sama seperti semur daging sebelumnya, tangan Tzuyu seperti memiliki sihir yang akan membuat makanan apa pun terasa enak. Baru dua kali ia mencicipi makanan yang Tzuyu buat. Namun, lidahnya merasa nyaman dengan cita rasa yang dikecapnya.

Tzuyu, kau yakin soal perkataanmu waktu itu? Oh astaga, kalimat itu seperti terus terdengar, batin Jungkook. Ia tak peduli meski Tzuyu bukan gadis yang Soojin maksud. Namun, ia akan menunggu sampai Tzuyu mau menyatakan perasaannya lebih dulu. Ia tak mau jadi pihak yang ditolak.

"Ayah, ayo. Aku ingin naik kincir besar itu."

"Jina berani?" tanya Jungkook. Ia berpura-pura menanyakannya karena tahu jika putri kecilnya memang pemberani. Kecuali pada satu hal. Serangga. Itu adalah pengecualian bagi putri kesayangannya.

Lithe✅Where stories live. Discover now