#64 Best Part

562 111 20
                                    

Jungkook menghela napas saat pintu itu ditutup dengan kencang. Sungguh, ia hanya berniat bercanda tadi, dengan mengatakan jika Tzuyu sangat menggemaskan dengan pipi chubby. Namun, gadis itu segera marah dengan mengatakan, Jungkook tidak menyukainya lagi dan sekarang ia begitu jelek.

Jungkook menggaruk tengkuknya sebelum mengetuk pintu. "Tzuyu, kau ingin makan pasta 'kan? Aku punya rekomendasi restoran terbaik."

"Tidak mau! Kau jahat!"

Jungkook mengedipkan mata, terkejut saat mendengar bantal dilempar dengan keras ke pintu. Ia sebenarnya tak mengerti dengan perubahan suasana hati Tzuyu yang begitu cepat akhir-akhir ini. Isterinya bisa sangat antusias untuk satu hal. Namun, detik berikutnya ia akan mengatakan tidak mau.

"Ayah bertengkar dengan Eomma?" Dengan tatapan polos, Jisung menatap sang ayah. Anak laki-laku dengan piyama biru itu nampak heran sebab sang ayah terlihat begitu bingung.

Benar! Triplets. Pasti Tzuyu akan membuka pintu. 

Jungkook bangga karena otaknya mau bekerja dengan cepat. Ia cukup yakin, Tzuyu akan membuka pintu dengan cepat jika triplets yang meminta. Apalagi, rasa sayang Tzuyu pada triplets bisa mengalahkan apa pun. Termasuk rasa sayang padanya. Ia tak menyangka, itu bisa iamanfaatkan sekarang.

"Jisung, kau mau membujuk Eomma?"

Jisung menatap pintu lalu menggeleng. "Ayah yang membuat Eomma marah. Ayah yang harus membujuk Eomma."

Jungkook mengusap wajahnya saat Jisung berlari menuju ruang bermain. Jika seperti ini, ia harus memutar otak untuk membuat Tzuyu mau membuka pintu. Ia masih tak percaya jika pujiannya malah disalah artikan oleh isterinya. Ia berniat baik dengan memuji Tzuyu. Namun, isterinya terlalu sensitif dan akhirnya marah. Lain kali ia tidak akan memuji lagi dibanding harus membujuk seperti ini.

Sebuah ide terlintas di kepalanya. Lelaki dengan rahang tegas itu segera mencari kertas juga pena untuk melancarkan aksinya. Ia yakin, Tzuyu pasti akan memaafkannya dan mereka bisa makan malam di luar seperti yang sebelumnya direncanakan.

Aku yakin Tzuyu tidak akan marah lagi.

Jungkook tersenyum kemudian memasukkan lembar kertas yang sudah iatulisi, ke bawah pintu. Mustahil jika Tzuyu tidak melihatnya. Lagi pula, ia juga yakin Tzuyu sebenarnya mau makan pasta yang iajanjikan. Namun, karena egonya yang kini sedang tinggi, ia mengatakan tidak mau. Padahal, saat makan siang Tzuyu hanya makan pasta itu sedikit dengan alasan tidak sesuai ekspektasinya.

Sementara itu, Tzuyu masih terisak di atas ranjang. Ia juga sebenarnya tidak mengerti kenapa kalimat manis Jungkook terasa menyakitkan. Ia malah merasa ada dua arti dari kalimat yang suaminya katakan. Pertama, ia memang terlihat menggemaskan dengan pipi tembam, lalu kedua, Jungkook mengatakannya agar ia menurunkan berat badan.

"Aku seperti ini juga karena bayinya. Kenapa dia sangat menyebalkan?" Tzuyu kembali menangis sembari melempar bantal ke arah pintu. Ia kemudian berbaring, memutuskan untuk tak membukakan pintu. Ia akan menghukum suaminya karena bicara sembarangan.

Memang, Tzuyu belum sempat melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Namun, ia sudah menggunakan alat tes kehamilan saat Joie mengunjunginya. Saat tahu sahabatnya memang tengah hamil, Joie terkekeh dan mengatakan jika makanan yang diinginkan bayi itu sangat tidak elit. Bagaimana tidak? Tzuyu malah menginginkan ramyeon dan tteobboki alih-alih makanan lain. Bahkan, Joie tak menyangka sahabatnya makan dengan lahap seolah belum makan selama beberapa hari.

Tzuyu sedikit berharap Jungkook akan peka dengan bertanya kenapa suasana hatinya berubah-ubah. Namun, lelaki yang awalnya ia anggap sangat ideal itu, saat ini justru sebaliknya. Alih-alih peka, suaminya terus diam seolah perubahan suasana hatinya adalah hal normal.

Suara ketukan, membuat Tzuyu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Rasa kesalnya kian bertambah saat Jungkook kembali mengatakan kalimat bujukan. Lebih baik ia tidur dalam keadaan lapar jika seperti ini.

"Kita tidak pergi keluar selama satu bulan ini. Kau sungguh tidak mau? Aku dengar ... Ada barisan street food di jam-jam seperti ini. Memang tidak jauh dari sini, tapi sepertinya akan sangat menyenangkan jika jalan-jalan di sana."

"Aku tidak peduli! Pergi saja dengan gadis muda yang tidak memiliki pipi chubby!"

Tunggu, artinya secara tak sadar aku mengatakan jika aku sudah tua?

👶🏻👶🏻👶🏻

Beberapa stan makanan berjajar rapi di sisi kanan dan kiri gang pertokoan itu. Begitu sampai, mereka disambut oleh aroma khas dari makanan yang sedang dimasak. Begitu banyak jenis makanan hingga membuat Tzuyu ingin mencoba semuanya. Dengan menggandeng lengan Jungkook, ia menarik lelaki itu untuk mampir di stan paling awal.

"Satu porsi." Tzuyu menunjukkan angka satu dengan telunjuknya sembari tersenyum. Ia nampak tak sabar menerima satu porsi tteobboki yang iapesan.

Jungkook yang notabene sebagai pengantar, kini hanya menahan senyum. Butuh waktu lama membujuk sang isteri hingga akhirnya setuju. Soal triplets? Ibu dan ayahnya memutuskan menginap di rumahnya malam ini. Mereka juga sampai membawa bodyguard untuk berjaga di luar. Bagi keluarga Jungkook, bodyguard seolah hal yang tak bisa dipisahkan dari hidup mereka. Bahkan, saat ini 3 bodyguard juga menemaninya dan Tzuyu jalan-jalan.

Jungkook memberikan 2 lembar pecahan ₩10.000 pada penjaga stan itu setelah Tzuyu mendapat apa yang iainginkan. Ia tersenyum saat Tzuyu tersenyum setelah menyantap tteobboki itu.

"Ini enak." Tzuyu menyodorkan satu tteok yang sudah iatusuk, membuat Jungkook membuka telapak tangan beberapa sentimeter di bawah dagunya agar sausnya tak menetes. Tzuyu benar, rasanya sangat enak. Namun, jika dibandingkan tteobboki dari kedai Minseok.

"Kau tidak pernah melewatkan tteobboki. Padahal ada banyak makanan di sini."

Tzuyu tersenyum sembari mengingat banyak kenangan yang tersimpan di balik makanan dengan rasa pedas itu. "Kau ingin tahu kenapa aku sangat menyukai tteobboki?"

Jungkook mengangguk. Ia memang tahu Tzuyu sangat menyukai makanan itu. Namun, ia tak tahu cerita apa yang ada di balik rasa suka Tzuyu.

"Karena ... Dulu Bibi Minseok membayar sekolahku dengan berjualan tteobboki, tapi aku segera pergi karena merasa menyusahkan. Aku pernah melihat Bibi Minseok kesulitan dalam keuangan. Jadi, aku putuskan untuk kabur. Padahal, saat itu aku masih SMP. Setiap hari, aku pasti datang ke pasar atau kedai, memohon agar bisa bekerja meski upahnya tak seberapa. Aku bersyukur karena banyak sekali orang baik."

"Aku juga sama sepertimu saat memutus hubungan dengan kedua orang tuaku. Aku sempat meminjam uang pada rentenir demi memulai perusahaanku. Saat itu, aku sangat bingung sebab begitu banyak pengeluaran yang harus dibayar. Dari biaya sewa, biaya pemeriksaan Soojin, lalu biaya sehari-hari. Aku bersyukur karena perlahan bisa melunasinya. Kau tahu apa yang akan terjadi jika aku belum melunasinya?"

"Kau akan dikejar sampai hari ini, tapi setidaknya kau dapat pelajaran berharga. Keluarga adalah hal terpenting di atas apa pun."

Dan kau yang menyadarkanku soal itu, Tzuyu.

Saat ini hubungannya dengan orang tua mulai membaik. Memang, awalnya Jungkook merasa canggung. Namun, kecanggungan itu kini mulai sirna. Apalagi, dengan sang ayah. Ia tak lagi sungkan mengatakan apa yang iabutuhkan. Namun, perihal teror, ia tak mau melibatkan kedua orang tuanya. Lagi pula, ini masalahnya dan ia harus menyelesaikannya sendiri.

"Oppa tahu apa bagian terbaik dalam hidupku?"

"Apa?"

"Bertemu denganmu dan triplets."

👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻👶🏻

8 Okt 2021

Lithe✅Where stories live. Discover now