Epilog

849 109 21
                                    

Suasana rumah itu begitu tenang. Sang kepala keluarga tengah mencuci piring dengan celemek dan sarung tangan melekat. Sementara, sang isteri tengah memotong kuku bayi mungil yang ada di pangkuannya.

"Eomma!" Jisung segera menutup mulutnya. Ia lupa jika sekarang ada adik bayi di rumahnya. Padahal, sudah hampir satu bulan, keluarga mereka kedatangan anggota baru. Seorang bayi perempuan yang wajahnya begitu mirip dengan Jungkook. Ya, sesuai keinginan Jina, bayi itu perempuan dan mereka memberi nama Jiyeon.

"Ada apa, hm?"

Jisung memberikan buku mewarnainya. "Halamannya hilang, Eomma."

"Hilang? Sepertinya jatuh. Nanti Eomma cari."

Bayi mungil itu nampak tak terganggu sama sekali dengan pembicaraan sang ibu dan kakaknya. Ia masih tidur dengan tenang di pangkuan ibunya. Meskipun, sesekali ia menggeliat saat kukunya dipotong.

"Tangan adik bayi sangat kecil." Jisung membandingkan tangannya dengan sang adik lalu terkekeh. Ia malah ingat pada boneka miliki sang kakak, Jina.

"Seperti boneka? Jiyeon akan tumbuh besar sebentar lagi." Tzuyu yakin waktu akan terasa begitu cepat. Bahkan, ia masih tak menyangka baby J sudah lahir. Padahal, ia merasa baru kemarin kesal karena Jungkook yang tak kunjung menyadari kehamilannya. Lalu, sekarang bayi itu sudah ada di pangkuannya.

"Sebentar ya." Tzuyu memindahkan Jiyeon ke sisi sofa yang kosong secara perlahan. Ia juga menghalangi sisinya dengan guling agar tak jatuh. "Cha, sekarang giliran Jisung. Kukumu juga sudah panjang."

Jisung segera menyembunyikan tangannya sembari menggeleng. Ia sungguh tidak mau kukunya dipotong. Menurutnya, memotong kuku adalah hal yang menyeramkan. Ia lantas berlari menuju ruang bermain, meminta yang lain dulu untuk potong kuku. Bahkan, Tzuyu tertawa melihat tingkah Jisung.

"Cha."

Tzuyu tersenyum saat sang suami memberikan secangkir teh hangat untuknya. Ia kemudian menyeruputnya lalu meletakkan cangkir tersebut di atas meja. "Gomawo."

"Apa kepalamu masih sakit? Duduk di karpet, aku akan memijat kepalamu."

Tzuyu tersenyum lalu menuruti perintah sang suami. Menurutnya, Jungkook seperti punya kepribadian yang berbeda dari awal. Namun, untuknya yang saat ini benar-benar terbaik. Lelaki itu begitu manis dengan melakukan banyak hal untuk membantunya. Bahkan, Jungkook rela terbangun untuk menemani Tzuyu yang harus memberi ASI pada Jiyeon.

Jungkook begitu menikmati perannya. Sebelumnya, ia mengurus segala sendiri. Namun, kini ia bekerja sama, membuat perannya cukup ringan. Meskipun terkadang ia disibukkan dengan tugas-tugasnya di kantor. Itu tak menutup kemungkinan lelaki itu masih bisa membantu sang isteri dalam hal mengurus bayi mereka. Apalagi, Jungkook lebih berpengalaman dalam mengurus bayi.

"Kau seharusnya tidur saat siang hari. Kau kurang tidur, itulah kenapa kepalamu terasa sakit."

Tzuyu juga ingin melakukan hal itu. Namun, saat baru memejamkan mata, ia malah mendengar suara tangis Jiyeon. Padahal, bayi mungil itu sedang tidur pulas di sampingnya.

"Lebih baik sekarang kau tidur. Aku akan mengurus semuanya."

"Aku merasa tidak bisa."

"Gunakan ini." Jungkook memakaikan headphone di telinga sang isteri, membuat Tzuyu segera tertawa dengan ide suaminya. "Kau tidak akan mendengar suara tangis Jiyeon. Kau harus istirahat yang cukup. Aku tidak mau jika kau sakit."

Aku sempat berpikir jika pernikahan akan serumit yang aku lihat. Namun, suamiku membuat pikiran itu benar-benar hilang. Aku malah merasa pernikahanku benar-benar luar biasa. Dia memang terbaik dalam urusan membuatku bahagia.

Lithe✅Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin