14 | Tidak Berarti

11.1K 805 77
                                    

"Lo itu nggak penting buat gue dan selamanya akan selalu begitu."

-Guntur Madhava

Mata Lava memicing—menatap ke arah tangannya yang dibiarkan berada di atas meja kantin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mata Lava memicing—menatap ke arah tangannya yang dibiarkan berada di atas meja kantin. Perlahan, ia mengangkat tangannya sendiri untuk melihat benda yang sengaja ia tutupi. Setelah merapalkan berbagai macam doa demi keselamatan dompetnya—teriakan heboh pun terdengar dari mulutnya hingga membuat beberapa orang terkejut. Namun, ia tidak peduli karena yang paling penting dompetnya akan baik-baik saja.

Pandangannya beralih pada Zergan yang terlihat menghela napasnya berulangkali. Pasrah, karena untuk yang ketiga kalinya ia menebak dengan salah. Ya, keduanya dengan sengaja melakukan permainan untuk menebak gambar apa yang muncul pada koin : uang atau garuda dan ternyata semua tebakan Zergan salah sehingga mau tidak mau, sesuai dengan kesepakatan awal bahwa Zergan harus mentraktir Lava makanan sebanyak yang ia mau setelah pulang sekolah nanti.

Kemudian, tangan Lava bergerak menatap dompet kecilnya. Mengelus benda tersebut dengan begitu lembut seraya berkata, "alhamdulillah kamu nggak akan kelaparan karena duitnya akan tetap aman, Nak."

"Kasihan dompetnya Zergan."

"Curang 'kan lo, Va?"

"Enggak, kamunya aja yang payah dalam menebak."

"Rugi banget gue. Beliin lo makanan mah sama kayak beliin satu RT."

"Ah, masa?"

Guntur mengambil posisi duduk di sebelah Lava ketika keduanya masih asik memperdebatkan kekalahan Zergan dalam permainan koin tersebut kemudian Guntur menoleh ke arah gadis itu. "Nanti pulang sekolah bareng gue."

"Tapi aku udah ada janji sama Zergan."

"Batalin. Orangnya ada di hadapan lo, 'kan?"

"Nggak bisa."

"Kenapa? Lo lebih milih dia daripada gue?"

"Bukan gitu, tapi masalahnya ini urusan perut." Lava terkekeh pelan.

"Mau ditraktir?"

Kemudian ia mengangguk mantap, menyetujui perkataan Guntur.

"Mau ditraktir apaan, sih? Harga diri lo semurah makanan itu emang? Sampe milih jalan sama cowok lain demi makanan."

"Mulut lo dijaga, dong, Tur."

"Nggak usah ikut campur."

"Apa, sih?! Nggak usah berantem. Iya, aku ikut kamu."

"Nanti gue tunggu di parkiran."

Lantas, Guntur bangkit dari posisinya. Meninggalkan Lava yang saat ini sedang mengerucutkan bibirnya. Ia menatap Zergan yang masih berdiam diri di hadapannya.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now