20 | Dia Berubah

11.8K 797 73
                                    

"Aku pikir semuanya akan baik-baik aja walaupun tanpa adanya dia. Tapi, ternyata aku salah karena nyatanya, melihatnya bersikap tidak peduli cukup mampu membuatku terluka."

-Lavanya Aurora

up lagi, nih. pasti kalian seneng kalo tiap hari begini. makanya jangan sepi kalo mau cepet up nya. spam komen cefaaat!

selamat membaca ❤

Lava dan juga Xavi duduk bersebelahan, tepatnya di ruang BK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lava dan juga Xavi duduk bersebelahan, tepatnya di ruang BK. Situasi saat ini tidak terlalu menegangkan karena keduanya tidak melakukan kesalahan apa pun. Tetapi, terasa begitu hening karena sang guru masih belum membuka percakapan.

Bu Intan terlihat beberapa kali memandang sebuah kertas yang menunjukkan perolehan nilai dari hasil seleksi kemarin kemudian memandang Lava dan Xavi secara bergantian sebelum akhirnya helaan napas terdengar dari mulutnya.

"Ada apa, Bu?" tanya Lava setelah mulai merasa bosan dengan situasi seperti ini.

"Begini, setelah melakukan pemeriksaan dari hasil uji coba kemarin. Nilai Xavi adalah yang paling tinggi di antara murid lainnya sehingga kalau dilihat dari perolehan nilainya maka Xavi dinyatakan lolos seleksi dan bisa menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan kali ini."

Xavi tersenyum bahagia kemudian ia menatap Lava yang juga ikut tersenyum bahagia karena memang, sudah lama sahabatnya itu ingin bisa mengikuti perlombaan di bidang akademik. Namun, ia jarang sekali bisa menerima kesempatan tersebut sebab ia tidak sepintar Lava tetapi, beruntungnya kali ini Lava memilih untuk tidak terjun ke dalam perlombaan sehingga ia memiliki kesempatan yang lebih besar setelah mengasah kemampuannya selama beberapa minggu terakhir.

"Tapi, maaf, bukannya ibu tidak percaya dengan kemampuan Xavi karena dilihat dari nilainya saja sudah cukup tinggi."

"Ibu meminta kamu untuk datang ke sini sekarang karena ibu mau kamu yang mewakili lomba ini, Va."

"Loh, kok saya, Bu? Kan saya nggak ikut seleksinya kemarin."

Senyuman yang semula tercipta di wajah Xavi perlahan mulai memudar, berganti dengan kedua tangan yang sudah mengepal dengan erat.

"Kalo emang ibu mau Lava yang menjadi perwakilan, kenapa harus repot-repot mengadakan seleksi? Kenapa nggak langsung aja ibu minta Lava buat ikut lombanya? Saya udah belajar mati-matian dari awal denger kalo akan diadakan seleksi untuk lomba fisika demi bisa lolos dan ikut lombanya dan setelah saya berhasil, ibu memutuskan buat menggantinya sama Lava."

"Bukan cuma saya aja, tapi semua yang mengikuti seleksi. Mereka udah rela belajar mati-matian, Bu. Coba ibu pikir kalo mereka tahu perwakilannya Lava dan dia nggak mengikuti seleksi kemarin sore. Apa ibu nggak memikirkan mereka gimana?"

"Saya tahu kalo Lava emang murid yang pintar. Tapi, murid di sekolah ini bukan cuma Lava aja, Bu. Nggak bisa semua perlombaan Lava yang mewakili. Ibu juga nggak bisa bertindak kayak gini. Semua murid di sini sama, kita masuk sekolah ini juga nggak cuma modal uang yang banyak aja, tapi karena nilai kita. Jadi, kita semua juga punya potensi untuk meraih juara dan membanggakan sekolah, bukan cuma Lava aja."

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang