50 | Pulih

8.3K 554 227
                                    

"Jangan pernah menjatuhkan hatimu pada orang yang salah jika kamu tidak ingin tersiksa."

-Lavanya Aurora

Lava merapikan seragamnya sembari menatap pantulan wajahnya di cermin berukuran sedang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lava merapikan seragamnya sembari menatap pantulan wajahnya di cermin berukuran sedang. Lava mengulas senyum tipisnya. Selang tiga minggu setelah kepulangannya ke rumah, Lava terlihat lebih kuat meskipun selalu mendapatkan tekanan dari Pamannya. Pria itu selalu memaksa Lava untuk meminta pertanggung jawaban kepada Guntur walaupun berulangkali Lava mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berhubungan dengan Guntur lagi.

Lava menarik napasnya sedalam mungkin sebelum akhirnya kembali dihembuskan. Ia mendengar kabar bahwa kemarin Guntur sudah pulih. Dan kemungkinan hari ini ia akan kembali masuk sekolah. Setelah tubuh Guntur ditembak, Garry segera menghubungi rumah sakit yang kebetulan tidak jauh dari lokasi meski letaknya di perkampungan. Garry juga yang melakukan pertolongan pertama pada Guntur dengan berusaha menghentikan pendarahan serta melakukan CPR demi menjaga saluran napas agar tetap terbuka dan tidak terhalang. Mungkin jika tidak ada Garry, nyawa Guntur tidak akan berhasil diselamatkan. Mengingat luka tembak sangatlah berakibat fatal dan harus segera ditangani dalam waktu yang begitu singkat.

Setelah dirasa cukup, Lava menuruni setiap anak tangga yang menjadi penghubung antara kamarnya dengan ruang keluarga.

"Lava, sini!" Kirei melambaikan tangannya ketika Lava baru saja menyentuh lantai dasar-dari meja makan yang tak jauh dari ruang keluarga.

Lava berjalan menuju ke arah di mana Kirei berada. Ia tersenyum tipis meski yang ia dapatkan adalah tatapan tajam dari Toni. Lava menggeser kursi di sebelah Kirei, duduk di sana dan bermaksud untuk mengisi perutnya yang kebetulan memang sedang lapar. Namun, Toni langsung menepis tangan Lava-tidak mengizinkannya untuk mengambil makanan.

"Minta makan sama Guntur sana! Suruh dia kasih jatah makanan buat anak yang ada di dalam perut kamu itu! Nggak usah merepotkan saya terus!"

"Papa apaan, sih?"

"Diem kamu, Kirei! Nggak usah belain Lava terus!"

"Pergi ke sekolah sekarang! Nggak usah makan di sini! Saya nggak peduli dengan kandungan kamu! Lebih bagus kalo anak itu mati karena kelaparan!"

Lava menundukkan kepala, menjauhkan tangan dari makanan yang ada di atas meja. Lava menghela napas secara perlahan kemudian lengkungan di bibirnya kembali tercipta. Ia menoleh ke arah Kirei yang saat ini sedang menatapnya.

"Nggak apa-apa, aku juga masih kenyang. Jadi, aku berangkat ke sekolah duluan, ya."

"Kenyang apanya? Kemarin lo cuma makan satu bungkus roti yang kecil, Va. Nggak usah bohong."

Kirei tidak mempedulikan tatapan Toni, ia mengambil piring dan berniat untuk meletakkan nasi goreng di atas sana. Tetapi, Lava menahan pergerakan tangan Kirei, ia takut hal itu akan mengundang amarah dari Toni.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang