31 | Nyonya Ragrawira

9K 739 154
                                    

"Sederhana, sih, tapi bisa banget bikin jatuh cinta."

-Zergan Ragrawira

Hujan terus mengguyur kota Jakarta sejak beberapa jam yang lalu

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Hujan terus mengguyur kota Jakarta sejak beberapa jam yang lalu. Dinginnya udara malam tak membuat Lava memilih untuk berteduh. Ia terus saja melangkah seperti orang yang tak punya arah dan tujuan. Pandangannya kosong dengan air mata yang masih saja mengalir meskipun tersamarkan dengan air hujan. Bibirnya sudah mulai pucat dan giginya bergemeletuk. Tetapi, ia benar-benar tidak peduli dengan tubuhnya sendiri.

Langkah kakinya mulai melambat tatkala menyadari bahwa ia sudah sampai di tujuan utamanya. Tidak, Lava tidak berjalan sejauh itu. Taksi yang dinaikinya mogok sehingga terpaksa ia harus berjalan sekitar 500m untuk bisa sampai di rumahnya. Dan, kebetulan hujan sedang setia mengguyur jalanan yang semula penuh debu.

Lava menghela napasnya, memandang gerbang yang tertutup rapat. Setelah meyakini dirinya sendiri untuk masuk ke dalam rumah, Lava pun membuka pintu gerbang secara perlahan. Ia sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

"Habis dari mana kamu, Lava?! Jam segini kok baru pulang! Mana basah kuyup segala!"

Makian itu menjadi sambutan pertama yang ia dapatkan ketika baru saja membuka pintu. Lava tidak banyak bicara, ia hanya berjalan dengan kepala yang tertunduk.

"Lava! Saya lagi bicara sama kamu!"

Lava menghentikan langkahnya kemudian membalikkan tubuhnya. Terlihat jelas wajah Toni yang memerah sebagai tanda bahwa emosinya sudah mulai memuncak.

Satu tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan milik Lava. Kemudian detik itu juga, Lava langsung menangis hingga tubuhnya bergetar hebat.

"Tumben amat baru kena tamparan sekali nangisnya udah hebat gini."

Dari arah dapur, Lidia menghampiri Lava yang masih menangis. Ia mengusap lembut punggung Lava kemudian membawa tubuh Lava ke dalam pelukannya.

"Kamu kenapa, Va?"

"Mama..."

"Mama? Mama kamu maksudnya?"

Lava mengangguk pelan tanpa menjauhkan tubuhnya dari pelukan Lidia.

"Mama kamu kenapa?"

"Mama udah ketemu..."

"Bagus, dong. Mana Mama kamu sekarang? Kok malah nangis gini?"

"Mama udah ketemu tapi...Mama udah nggak ada, Bibi. Mama udah ninggalin Lava untuk selamanya." Perlahan, air mata itu semakin mengalir dengan deras.

Perkataan yang terlontar dari mulut Lava tentunya mampu membuat semua orang yang berada di rumah ini merasa terkejut. Tidak ada satupun keluarga yang mengetahui hal ini. Melihat tangisan Lava yang semakin parah—Lidia berusaha menenangkannya kemudian membawa Lava menuju kamarnya.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt