24 | Hampir Runtuh

10.1K 739 141
                                    

"Kenapa hati gue mendadak sakit ketika melihat dia terluka?"

-Guntur Madhava dalam edisi kesambet

⚠ mengandung adegan kekerasan kalo ga suka bisa langsung skip ke pembatasnya

Bel pulang sekolah yang telah dibunyikan semenjak 10 menit yang lalu tak membuat area sekolah langsung terlihat sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah yang telah dibunyikan semenjak 10 menit yang lalu tak membuat area sekolah langsung terlihat sepi. Banyak dari murid yang masih sibuk menunggu jemputan atau kendaraan umum dan juga masih sibuk dengan kegiatannya di sekolah entah itu untuk kerja kelompok, melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler atau hanya untuk sekadar memperlambat waktu pulangnya dengan melakukan kegiatan yang sebenarnya tidak bermanfaat.

Sementara Lava terlihat sibuk dengan ponselnya—memandang layar yang menampilkan aplikasi ojek online. Ia masih sibuk menyesuaikan alamat penjemputan dengan alamat tujuannya. Namun, cekalan di tangannya mampu mengalihkan matanya dari layar ponsel.

"Paman, kok tumben ada di sini?"

"Cepetan masuk!" Toni menarik tangan Lava dengan kasar hingga membuat ponselnya terjatuh. Lava hendak berjongkok untuk mengambil benda itu. Namun, Toni tetap menarik tangannya kemudian mendorong Lava untuk masuk ke dalam mobil bagian penumpang. Pintu itu langsung ditutup dengan kencang kemudian Toni berjalan ke arah bagian pengemudi dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Lava bisa melihat emosi yang tertahan melalui wajah Pamannya yang tertangkap oleh kaca pada mobil. Kedua tangan Lava meremas erat bagian roknya hingga sedikit kusut. Ia tahu apa permasalahannya saat ini. Mengenai perlombaan itu pasti sudah sampai kepada Pamannya, mengingat guru BK nya merupakan kerabat terdekat Toni sehingga apa pun yang menyangkut dengan Lava pasti akan diketahui oleh Toni.

"Keluar!"

Toni menarik kasar tangan Lava agar keluar dari dalam mobil setelah mereka sampai di halaman rumah. Toni menyeret Lava kemudian mendorong tubuhnya hingga tersungkur di lantai.

"Pergi kemana kamu kemarin, Lava?!"

"Pulang sore tapi, kamu nggak ada di sekolah!"

"Kamu membolos?!"

"Dan guru kamu bilang kemarin kamu ada perlombaan, kenapa kamu malah nggak ada di sekolah?! Udah mulai berani, ya, kamu bohongin saya! Kamu nggak bilang apa-apa soal perlombaan ini!"

"Kemarin aku udah sampe di sekolah, Paman tapi, ada yang mukul kepala aku dan aku pingsan. Waktu aku bangun, aku udah di sekap, aku nggak bisa apa-apa, Paman."

"Maafin aku."

Toni berjongkok di hadapan Lava. "Disekap? Kamu pikir ini sinetron?! Nggak usah cari alasan yang nggak masuk di akal!"

"Tapi, aku ada buk—"

PLAK

Satu tamparan yang keras mendarat di pipi kanan milik Lava, meninggalkan jejak kemerahan serta luka pada bagian bibirnya. Lava menyentuh pipinya yang terasa panas. Namun, belum sempat rasa sakit itu mereda satu tamparan sudah kembali ia rasakan. Kali ini pada pipi sebelah kirinya.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang