56 | Panggilan Pertama untuk Ayah

9.3K 530 220
                                    

"Jangan pernah menjatuhkan hatimu pada pemeran kedua, karena yang pertama akan tetap menjadi yang utama."

tp tenang, epilognya masih sedikit jauh. jd tim zerva jangan putus asa dulu (:

spam komen sampe 300 dong

"Pelan-pelan turunnya, masih sakit 'kan kakinya?" Guntur membantu Lava untuk turun dari dalam mobil dengan menyampirkan lengan Lava pada pundaknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pelan-pelan turunnya, masih sakit 'kan kakinya?" Guntur membantu Lava untuk turun dari dalam mobil dengan menyampirkan lengan Lava pada pundaknya.

"Aku 'kan udah bilang, nggak usah pulang dulu. Kakinya belum sembuh total."

Lava terkekeh pelan. "Biar kamu aja yang gantiin tugas dokter sama suster buat merawat aku."

"Gendong mau?"

"Mauuu."

Guntur mengubah posisinya menjadi sedikit berjongkok di hadapan Lava kemudian langsung mendapatkan sambutan baik dari Lava. Ia mengalungkan kedua tangannya pada masing-masing pundak Guntur kemudian laki-laki itu bangkit kembali. Membawa Lava menuju rumahnya.

"Bentar!"

"Lewat pintu belakang aja. Jadi, muter kompleks dulu."

"Kagak ada. Berat, ya, Va!"

"Ih, mau lewat belakang!"

"Ini gerbang rumah lo udah di depan mata, tinggal masuk lewat sini kenapa harus pake muterin kompleks dulu biar bisa masuk lewat pintu belakang?"

"Tuh 'kan, kamu mah nggak tulus berubahnya. Masa aku mau kayak gitu aja dimarahin?" Lava mengerucutkan bibirnya sementara Guntur memilih untuk menghela napas. Ia memutarbalikkan tubuhnya demi membelakangi gerbang rumah Lava.

"Iya, kita masuk lewat pintu belakang."

"Siap jalan-jalan di kompleks dengan menaiki kuda ganteng, Ratu nya Guntur?"

"Siap, dong! Kuda jalannya jangan cepet-cepet, ya. Nanti takut jatoh."

"Hmm."

"Kok gitu jawabannya?" Lava kembali mengerucutkan bibirnya.

"Iya, Lava cantik. Kudanya nggak akan jalan cepet karena Lava nggak boleh sampe jatoh."

Lava terkekeh pelan kemudian Guntur mulai melangkah. Kompleks perumahan Lava memang tidak sebesar perumahan miliknya tetapi tetap saja terasa melelahkan apabila harus memutari kompleks sembari menggendong tubuh Lava yang memang terasa cukup berat meskipun tubuhnya terlihat ideal.

"Seandainya gue bisa mengontrol emosi gue. Lucu kali, ya, liat anak kita lahir?"

"Salah kamu sendiri."

"Maaf, ya? Nanti kita bikin lagi yang banyak."

Lava memukul bahu Guntur dari belakang hingga kekehan pelan terdengar dari mulut Guntur.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now