60 | Pukul Sebelas

11.5K 607 156
                                    

"Gue mungkin emang milik lo, tapi lo selamanya tetap nggak bisa menjadi milik gue."

-Zergan Ragrawira

selamat membaca dan selamat tertawa (:

Selang lima hari setelah kejadian, Paman Lava beserta keluarga datang untuk menjenguk Lava

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selang lima hari setelah kejadian, Paman Lava beserta keluarga datang untuk menjenguk Lava. Perempuan itu masih tak kunjung membuka mata dan jelas saja semakin menimbulkan rasa khawatir bagi orang-orang di sekitarnya. Dan hari ini ruang kamar Lava terlihat lebih ramai dikunjungi oleh orang terdekat. Menanti perempuan itu sadar dan kembali kepada mereka.

"Kenapa Lava nggak sadar-sadar, ya?" tanya Kirei pelan dan lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Mata itu tak henti menatap tubuh Lava yang masih terbaring di atas ranjang dengan detak jantung semakin melemah. Hanya keheningan yang tercipta di antara mereka karena semuanya terlihat canggung meskipun saling mengenal.

"Lava." Guntur memanggil nama Lava ketika melihat jemarinya bergerak pelan. Binaran penuh harap terlihat jelas pada matanya sembari terus menatap lekat wajah Lava. Hingga pada akhirnya, kedua kelopak mata itu mulai terbuka—secara perlahan. Mata sayu itu mengerjap pelan kemudian langsung menatap Guntur yang berada di hadapannya.

Senyuman merekah pada masing-masing bibir mereka yang berada di dalam ruangan. Terbukanya mata indah Lava adalah hal terbaik yang sudah lama mereka nantikan. Tidak hanya itu, perasaan lega pun turut menyertai mereka.

Lava menggerakkan tangannya secara perlahan dan menuju pada masker oksigen yang masih menutupi hidung serta mulutnya. Perempuan itu bergerak lambat dalam melepaskan benda yang terasa menganggu.

"Akhirnya kamu sadar juga." Mata Lava beralih menatap Seno di sebelahnya. Mata yang semula hanya menatap sayu kini berubah menjadi berbinar. Terlihat jelas ada kebahagiaan yang ingin ditunjukkan melalui mata itu.

"Ayah?" Suara pelan Lava sukses membuat air mata Seno mengalir begitu saja. Sudah lama sekali ia tidak pernah mempedulikan Lava, tidak pernah menemui Lava dan tidak pernah memberi kabar apa pun. Tetapi, Lava masih tetap mengingatnya sebagai seorang Ayah.

"Boleh Lava meluk Ayah?"

Seno mengangguk, ia tak kuasa menahan air matanya sehingga aliran itu semakin deras. Seno menundukkan tubuhnya guna memeluk tubuh Lava yang masih terbaring di atas ranjang. Perempuan itu ikut membalas pelukan Seno, memejamkan mata dengan erat hingga lelehan air mata itu mengalir di pipinya.

"Maaf." Satu kata itu keluar dari mulut Lava. Sejak tadi, Lava selalu berbicara dengan nada suara rendah seolah ia sedang menahan sakit di bagian tubuhnya.

"Kenapa kamu yang minta maaf? Ayah yang harusnya minta maaf sama kamu, Lava. Selama ini Ayah nggak pernah sekalipun mempedulikan kamu. Dari kecil kamu butuh perhatian dari seorang Ayah tapi nggak pernah Ayah kasih."

"Ayah masih menganggap Lava sebagai anak Ayah? Lava udah banyak ngecewain Ayah, Paman dan Bibi. Lava nggak bisa bikin kalian bangga, Lava cuma bisa bikin kalian malu. Maafin Lava." Isakan kembali terdengar dari mulut Lava hingga membuat bibirnya gemetar.

Guntur ; BAD BOYFRIEND [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now