05. Buktikan, Bukan Sekedar Omongan.

44 13 0
                                    

Yang sider jadi pacar gue:)
Jenderal
















Jenderal berjalan sempoyongan dikoridor sekolah matanya sayup-sayup jelas sekali terlihat bahwa laki-laki itu kurang tidur.

"Woy kutil anakonda tumben amat lo lesu?!"

Jenderal memutar bola matanya malas, menatap Ajun yang tiba-tiba muncul dan langsung merangkul pundaknya.

"Semoga aja Pak Aji sakit. Gue mau tidur di UKS mata gue tinggal lima watt, gak sanggup lagi!" Keluh Jenderal.

Ajun tergelak. "Begadang main game lagi lo sama Shaka?" Ajun geleng-geleng kepala. "Begadang tuh buat hal yang bermanfaat Jen misalnya belajar gitu bukan buat ngegame!  Lagian orang tolol kayak Shaka lo ikutin dia mah enak anak orang kaya hedon kalo tinggal kelas karena sering bolos dalam satu semester cuma masuk dua kali dia tinggal pindah sekolah, tuh anak bahkan bisa pindah sekolah sepuluh kali dalam setahun beda sama kita tinggal kelas auto di amukin emak!"

Jenderal terkekeh kecil. "Itu sih lo Jun diamukin emak lo!"

Ajun mencebikkan bibirnya. "Ngemeng-ngemeng nih Jen, kemarin Lana baku hantam lagi sama Aryo."

Mendengar nama Lana, Jenderal praktis menghentikan langkahnya. "Kenapa lagi?"

Ajun mengangkat kedua bahunya. "Mana kutempe! Paling masalah tempo hari belom kelar!"

Terdengar helaan nafas dibibir Jenderal. Laki-laki itu memilih tidak melanjutkan obrolannya lalu kembali melangkahkan kakinya yang sempat tertunda.

Sementara itu, diujung koridor Shaka melambaikan tangannya lalu laki-laki itu menghampiri kedua temannya.

"Lah upil dugong tumbenan sekolah?!" cibir Ajun.

Shaka berdecak sebal. "Bulan berapa sekarang, Jun?"

"Februari."

"Artinya?"

"Aji ulang tahun!"

PLAKK

Shaka mengeplak kepala Ajun cukup keras.

"penganiayaan namanya nih, Ka! Kalo mau betumbuk ayok! Mau dimana? Gue jabanin!" tantang Ajun.

"Lo tolol banget sih Jun. Masa ulang tahun Aji?!"

"Tapi emang bener kan bulan ini ulang tahun Aji sama mas Johan!" Sahut Jenderal sambil menguap.

Shaka menepuk dahinya. "Ya, emang bener sih. Tapi bukan itu yang gue maksud!"

"Terus?" tanya Jenderal dan Ajun, kompak.

"Berapa bulan lagi kelulusan ya kali gue bolos mulu. Udah gak bisa pindah-pindah sekolah lagi yang ada gue gak lulus!" Shaka berdecak kesal. "Gue gak mau ya ntar kalo gue kuliah kalian malah jadi senior gue!"

Ajun tergelak bukan main. "Makanya sadarnya tuh dari sekarang. Belajar yang bener kalo lo gak mau jadi junior kita nanti!"

"Ya ini gue udah sadar, Anoa!"

"Alah ketek monyet paling berapa hari doang besoknya diulangi lagi!"

"Gini nih kalo pentil ban sepeda dikasih nyawa!! Temennya mau berubah malah diremehin harusnya didukung."

Ajun tak mau kalah. "Udah sering Ka lo kayak gitu. Hapal banget gue!"

Sementara Ajun dan Shaka berdebat. Jenderal memilih untuk meninggalkan keduanya, mendengar bacotan kedua sejoli itu hanya bikin kepala Jenderal makin pusing.

>>>>>♡♡<<<<<


Jenderal perlahan menuruni anak tangga satu per-satu. Matanya sudah tidak sanggup, ia benar-benar mengantuk setengah mati. Yang dipikirkan laki-laki itu ialah cepat sampai kelas, cepat pulang atau paling tidak seharian ini jamkos agar dirinya bisa menghabiskan waktu untuk tidur.

Sampai di anak tangga terakhir tiba-tiba ia menyandung kakinya sendiri membuat tubuhnya terhuyung kedepan, hampir jatuh kelantai namun untungnya sebuah tangan lebih dulu menahan tubuhnya.

"Jen, hati-hati!"

Itu Lana.

Jenderal tau dari aroma parfum yang sering dipakai gadis itu.

Lana menatap kedua mata Jenderal. "Kamu kemana tiga hari ini? Kamu tau nggak aku uring-uringan udah kayak orang gila nyariin kamu yang nggak ada kabar, Hmm."

Gadis itu berdecak sebal. "Setiap aku tanyain temen kamu jawaban mereka sama ‘Lah lo kan pacarnya masa nggak tau’. Kalo nggak mandang temen udah aku hajar mereka, aku tendang ke laut!"

Jenderal tertawa kecil sebagai respon membuat Lana bertambah kesal. Lalu keduanya hening sesaat.

"Maaf. " ucap mereka berdua bersamaan.

Lana menggeleng. "Nggak Jen, aku yang minta maaf."

"Aku minta maaf karena udah buat kamu sibuk nyariin aku." kata Jenderal.

Laki-laki itu merendahkan tubuhnya— menyamakan tingginya dengan tinggi gadis itu yang hanya sebatas dadanya. "Sekarang aku tanya kamu minta maaf karena apa?"

Gadis itu terdiam sejenak sebelum akhirnya menghela nafas.

"Maaf udah buat kamu khawatir, " Lana memberi jeda,  ia memandangi netra gelap laki-laki itu selama beberapa saat. "Maaf, aku yang sering mengkhawatirkan diri orang lain ketimbang kondisi aku sendiri. Maaf aku yang egois."

"Aku janji nggak bakal ngulanginya lagi, aku janji akan memperhatikan diri aku sendiri." lirih gadis itu.

Jenderal tersenyum tipis. "Kamu tau Lan? Aku nggak pernah mengharapkan permintaan maaf dari kamu, aku juga nggak butuh janji kamu. " Sesaat Jenderal menarik nafas panjang. "Yang aku butuhkan itu pembuktian, Lan. Buktikan, bukan hanya sekedar omongan! Kalo cuma bilangnya janji maaf semua orang bisa Lan tapi untuk ngebuktiin omongannya itu yang susah."

"Hal kayak gini bukan sekali dua kali Lan, sebelumnya udah pernah dan akhirnya tetap sama. Bilang maaf, bilang janji setelah itu diulangin lagi. Semuanya itu percuma, cuma angin lalu yang diucapkan masuk telinga kanan keluar telinga kiri." lanjutnya.

Lana sudah tidak tau harus bilang apa yang ia lakukan hanya terus mendengarkan laki-laki itu.

"Kalo kamu ngelakuin kesalahan lagi jangan dateng ke aku untuk minta maaf tapi kamu harus ngebuktiin untuk tidak mengulanginnya lagi." Jenderal tersenyum lebar, mengusap helaian rambut kekasihnya.















TBC

“BILANG MAAF DAN JANJI SEMUA ORANG BISA TAPI UNTUK MEMBUKTIKAN OMONGANNYA ITU YANG SUSAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“BILANG MAAF DAN JANJI SEMUA ORANG BISA TAPI UNTUK MEMBUKTIKAN OMONGANNYA ITU YANG SUSAH."
JENDERAL

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang