32. Perasaan Menuntut

34 7 1
                                    

Happy reading~












"Ngapain sih hari minggu gini masih ke perpustakan?"

"Itu urusan aku. Lagian ngapain kamu ngintilin aku mulu?"

"Bukannya setiap weekend kita ngehabisin waktu berdua, ya? Kenapa kamu masih nanya, lagian tumbenan amat kamu rajin belajar ke perpustakaan." Jenderal memicingkan kedua matanya.

Terdengar helaan napas pelan yang keluar dari bibir Lana meski tipis-tipis. "Itu dulu, sekarang aku punya kesibukan sendiri."

"Emangnya ngabisin waktu berdua sama aku bukannya kesibukan yang kamu sukai, ya."

Langkah kaki Lana praktis berhenti dilorong rak buku yang berada paling belakang. "Aku gak mau jadi cewek bodoh yang sia-sia ngabisin waktunya buat orang yang suatu saat bakal ninggalin aku dan kembaliin aku ke sahabat kecil aku."

"Masih aja bahas itu,"

"Aku juga gak mau bahas itu tapi kamu yang mancing!"

Jenderal menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sejujurnya dia sudah hampir menyerah untuk membujuk Lana tapi dalam hatinya yang paling dalam dia tak akan pernah rela untuk melepaskan Lana dan kehilangan wanita itu. Maka, sampai ke ujung dunia sekali pun dia akan terus berlari mengejar cintanya yang nyaris menghilang.

"Pulang sana, gak usah gangguin aku terus. Aku mau belajar." usir Lana.

"Belajar terus gak bosen?"

"Enggaklah. Ini untuk masa depan aku yang harus aku kejar."

"Gak usah dikejar, capek tau lari."

Lana langsung menatap tajam Jenderal ketika mendengar kalimat laki-laki itu.

"Ngapain dikejar, kan' masa depan kamu udah ada didepan mata kamu sendiri." sambung Jenderal membuat satu alis Lana terangkat keatas.

"Masa depan kamu kan aku." lanjut Jenderal dengan PD-nya.

Alih-alih merespons, Lana justru pergi dari hadapan Jenderal membuat laki-laki bertubuh jakung itu berdecak pelan.

"Kok aku malah ditinggalin sih?!" seru Jenderal lalu laki-laki itu mencengkram pelan pergelangan tangan yang kurus milik Lana.

"Apa lagi sih Jen? Aku tuh capek digangguin sama kamu terus!"

"bisa ga——"

"Gimana lagi sih supaya buat kamu tuh ngerti Jen? Kalo gini terus——"

Lana langsung bungkam ketika Jenderal tiba-tiba mengecup singkat bibir manisnya. Masih dalam jarak yang sangat dekat bahkan Lana dapat mencium dengan jelas aroma napas mint dari laki-laki itu. Lantas Jenderal berujar.

"Aku merindukan kamu setengah mati Lana." gumamnya pelan yang praktis membuat jantung Lana berdebar kencang dan seakan dalam perutnya ada beribu kupu-kupu yang berterbangan.

Lana semakin berdebar, kedua pipinya merah merona seperti tomat dan wajahnya memanas kala Jenderal kembali mendaratkan sebuah ciuman hangat yang lembut tapi terkesan menuntut sebab dalam ciuman itu tersimpan kerinduan yang selama ini terpenjara hingga pada akhirnya bebas lewat perasaan menuntut itu.

*****

"Eunghhh!!"

Dia meringkuk, menarik selimut tebal yang berada diujung kaki hingga menutupi seluruh tubuhnya yang mengigil hebat, dia raba dahi hingga sekitar area leher semuanya panas. Badannya panas tapi dia merasa seluruh tubuhnya mengigil kedinginan.

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang