17. Miracle

38 5 0
                                    

Jangan lupa vote, komen, share dan follow sebagai bentuk apresiasi terhadap bacaan ini.

Selamat membaca~~






















"Nasib baik si Gino!"

Suara Ajun yang tiba-tiba dikeheningan menarik atensi keempat temannya.

"Why? "tanya Shaka.

"Selamat dari kecelakaan!" jawab Ajun.

"Beruntung si Gino coba aja kalau misalnya dia gak digangguin sama serangga udah lewat tuh si Gino, otw masuk kuburan!" Laras menyahut.

"Mulut gak bisa di filter dikit!" sambar Lana.

"APA LO?" Laras menoleh cepat pada Lana yang ada disamping Jenderal.

"Udah, awas berantem ye!" tegur Shaka.

"Emang kronologinya gimana sih?" tanya Jenderal, laki-laki itu jadi kepo.

"Kan si Gino awalnya mau pulang naik bus habis ekskul futsal nah waktu dia lagi nungguin bus dihalte dia digangguin sama serangga karena ngerasa keganggu akhirnya si Gino milih pergi dan nunggu agak jauhan dikit dari halte itu dan beberapa detik setelah dia ngejauh tiba-tiba dari arah depan sebuah mobil oleng dan nabrak halte bus tersebut." Jelas Laras ada jeda dikalimat itu, perempuan itu terlihat mengambil napas sebentar. "Coba aja kalau misalnya Gino masih tetap nungguin dihalte itu udah pasti dia jadi korban kecelakaan."

"Berarti tuhan masih beri dia kesempatan untuk hidup didunia ini lebih lama lagi." kata Shaka.

"Keajaiban dari tuhan."sambar Lana. "Tuhan itu baik banget ya tapi kadang masih aja manusia didunia ini yang jarang bersyukur dan selalu menyalahi tuhan dan takdir yang dia kasih padahal kalo dipikir-pikir kenapa tuhan kasih garis takdir kita kayak gitu karena tuhan tau kita sanggup dan bisa menjalaninya."

"Untuk beberapa kasus beserta kesempatan-kesempatan yang tuhan kasih itu semua ada alasannya dan salah satu alasannya mungkin tuhan ingin kita lebih baik lagi di kehidupan yang dia berikan seperti lebih Intropeksi diri, bertanggung jawab dan yang paling penting lebih menghargai nyawa nya sendiri." ujar Jenderal.

Untuk beberapa saat semuannya terdiam yang mereka lakukan hanya mengangguk pelan dan kagum akan perkataan yang dilontarkan oleh Jenderal.

"Ya, gak serta merta dan cuma-cuma doang tuhan kasih kesempatan kedua buat kita itu semua harus digunain dengan benar." kata Ajun.

"Kesimpulannya gunain dengan benar segala kesempatan yang udah dikasih buat kita, soal kehidupan dan kematian yang lebih penting kita harus lebih menghargai nyawa dan kehidupan kita sekarang." sambung Jenderal.

"Buat orang-orang yang sekarang lagi sakit keras pasti dalam pikirannya dia sudah menyerah dan pasrah kalo sewaktu-waktu tuhan panggil dia." sahut Lana. "Padahal dalam dunia ini ada keajaiban loh, keajaiban dari tuhan bisa aja kamu yang sekarang lagi melawan penyakitmu besoknya tiba-tiba tuhan mengangkat penyakitmu dan sebaliknya kamu yang terlihat sehat dan baik-baik aja tiba-tiba tuhan memanggil kamu. Kelihatannya gak adil 'kan? Tapi mau gimana pun itu udah takdirnya kita sebagai manusia cuma tinggal tunggu kapan kematian melamar kita."

Agaknya perkataan Lana barusan mampu menohok direlung paling dalam hati mereka masing-masing.

"Tertohok gue Lan sama omongan lo!"—Shaka.

"Bener sih tapi menakutkan ye, takut gue ntar tiba-tiba lagi ketawa eh taunya malaikat nyabut nyawa gue amit-amit YaAllah jangan dulu!" baik, sekarang ekspresi Ajun adalah yang paling mengemaskan.

"Nggak banget lo Jun, jangan dulu lo belom nikah!" kata Shaka.

"Ya itu, jangan dulu cabut nyawa gue tuhan gue belom nikah." ujar Ajun dengan pasrah.

Mendengar keluhan Ajun mengundang gelak tawa ditengah-tengah temannya.

"Nikah sekarang Jun biar lo gak takut sewaktu-waktu malaikat cabut nyawa lo!" saran Laras.

"Maunya gitu Ras tapi yang mau diajakin nikah kaga ada." kata Ajun.

Spontan semuanya tergelak.

"Muka lo sih Jun kayak monyet mana buaya lagi, ya cewek-cewek mikirlah mau pacaran sama lo ya kali ntar sakit hatinya double," ledek Shaka.

"Lo lebih parah Ka, tau diri dikit napa?! Kalo gak ada kaca dirumah lo bilang biar gue beliin. Ngaca lo! Lo lebih kayak monyet daripada gue!" seru Ajun dengan sedikit ngegas.

"No, thanks. Kaca dirumah gue segede gaban mending lo beli untuk diri lo sendiri deh!"

"Kalo punya seti—"

"Udah, berantem mulu lo berdua, sesama monyet gak boleh berantem." potong Jenderal membuat kedua sahabatnya langsung menoleh padanya dengan tatapan tajam.

"Nih satu manusia dugong juga gak sadar diri!"— Shaka.

"Siapa yang lo bilang dugong hah?!"— Jenderal.

"Kamu nanya sama aku?!— Shaka.

"Tuhan panggil lah kedua manusia yang sedang cekcok ini, mereka sangat berisik dan menganggu!" pinta Ajun, Jenderal dan Shaka langsung melayangkan tatapan death glarenya.

"Udahlah, ntar kalian berantem beneran loh!" tegur Laras.

"Lagian ya jodoh sama maut itu udah diatur sama tuhan, tunggu waktunya yang bakal ngelamar kalian duluan itu jodoh atau justru kematian yang lebih dulu." Lana menjeda beberapa saat. "Jadi ya gausah takut kalo emang kematian yang lebih dulu berarti itu emang udah takdirnya."

Jenderal menangguk setuju. "Bener tuh, dengerin kata cewek gue." laki-laki itu lalu mengusak pucuk kepala Lana. "Pinter banget sih cewek gue!"

"Jen, berantakan rambut aku!"

Jenderal tersenyum lebar hingga kedua matanya menghilang ikut tersenyum. "Satu hal juga yang harus kalian ingat bahwa didunia dan kehidupan ini pasti ada keajaiban yang diberikan oleh tuhan."

Semua mengangguk setuju.

Tau-tau Laras tertawa kecil ditempatnya. "Seketika semuanya jadi sok ahli soal kehidupan."

Ajun terkekeh kecil. "Tumben banget percakapan kita kayak gini, gue jadi geli anjir."

"Apalagi kalo yang ngomongnya itu lo Jun tambah geli gue!" sahut Shaka.

"Yeu si anjing!"

Sementara Shaka dan Ajun yang sepertinya akan kembali beradu mulut—eum sebenarnya mereka berdua hanya saling mengoda sedikit tidak sampai berantem beneran kok, tolong garis bawahin itu, mereka tidak berantem sungguhan.

Jenderal tertawa kecil, tawa yang sangat menyejukan lalu laki-laki bermata bulan sabit itu bergumam.

"Keajaiban, ya?" katanya pelan sekali.















Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang