22. Maple

26 6 0
                                    

Vote

Komen

Share

Follow

Selamat membaca~~










"Lana aku nomor berapa deh dihidup kamu?" tanya Jenderal tepat ketika ia menatap kedua mata Lana.

"Tiga."

Jenderal menaikkan satu alisnya.

"Yang pertama keluarga, kedua Rean dan setelahnya kamu."

Ada rasa sesak didada Jenderal setelah mendengar jawaban Lana. "Kenapa aku setelah Rean?"

"Karena Rean butuh aku!"

Jenderal terkekeh kecil. "Emangnya aku gak butuh kamu, Lan? Aku juga butuh kamu Lana."

Gadis disampingnya itu menghela napas pelan. "Tapi, Rean beda Jen!"

"Bagian mananya yang beda?"

"Rean sakit, dan dia cuma punya aku yang selalu bisa dia andalkan."

"Jadi karena dia sakit makanya dia jadi prioritas kamu Lan?"tanya Jenderal membuat Lana mendengus keras.

"Jen—"

"Seandainya aku sakit apa aku bakal jadi prioritas kamu, Lan?" sela Jenderal cepat.

Lana menggeleng. "Nggak. Karena kamu gak boleh sakit, Jenderal."

"Aku juga manusia Lan aku juga bisa sakit."

"kamu boleh sakit tapi kamu gak boleh jadi kayak Rean!"

"Iya. Karena aku sama Rean beda, iya kan?"

Gadis didepannya itu tersenyum tipis. "Apapun—"

"Lana, " panggil Jenderal sebelum gadis itu sempat mengakhiri kalimatnya.  "Jika seandainya aku sakit dan ninggalin kamu, kamu mau gak janji sama aku?!"

Kedua alis Lana berkedut. "Ngomong apa sih Jen?! Nggak usah bahas sakit deh apalagi soal kepergian, aku sedikit sensitif dengernya!"

Nada suara Lana terdengar kesal dan agak sedikit emosi. "Ngapain sih bahas itu?! Dimana-mana juga orang pengennya selalu diberi kesehatan, lah kamu malah pengen sakit."

"Siapa yang pengen sakit sih Lan?!"

"Kamu sendirilah yang bilang!"

"Kapan?"

"Tadi!"

"Gak ada!"

"Terserah!"

Jenderal mengusap wajahnya kasar. "Gak ada loh ngomong gitu— ih cewek tuh bener-bener ye suka ngadi-ngadi!"

"Siapa yang ngadi-ngadi sih?! Jelas kok kamu bilang seandainya aku sakit itu berarti kamu pengen sakit!" celetuk Lana dengan nada kesal.

"Ya kan seandainya bukan berarti aku pengen!"

"Terserah!"

Laki-laki itu berdecak pelan. "Yaudah aku mau ngomong nih, jangan disela ya."

"YAUDAH PAAN, CEPETAN!"

"Kok ngegas sih?!"

Lana mendelik sambil mendengus keras.

Sementara Jenderal, laki-laki itu nyegir kuda sambil mengambil sesuatu dari saku jaketnya.

Itu sebuah daun maple yang sudah dilaminating.

*di press

Sementara, Lana sudah tertawa keras membuat kedua alis Jenderal berkedut.

"Kenapa ketawa? Aku lagi gak ngelawak ye!" ujar Jenderal.

"Daun Maple? Kayak drakor goblin tau gak?! Mana pake dipres segala lagi!"

Kedua alis Jenderal semakin mengeryit kedalam. "Goblin? Artis cewek siapa lagi tuh yang meranin jadi pelakornya? Aku gak pernah denger tuh artis yang namanya Goblin."

"Kok artis cewek sih?! Bukan, ini tuh drakor!"

"Iya drakor, ayang. Drama pelakor kan?" kata Jenderal.

Sesaat Lana menahan napasnya lalu dengan senyuman manisnya gadis itu mencubit kedua pipi Jenderal dengan kuat.

"Aduh Lan sakit!"

"Drakor itu drama korea ya ayang BUKAN DRAMA PELAKOR! KEBANYAKAN NONTON SINETRON AZAB SIH!"

Kini giliran Jenderal yang mencubit pipi Lana pelan. "Bukan sinetron azab ya ayang TAPI, "Jenderal ingin ngegas tapi ia urungkan. "Sinetron pelakor!"

"Tadi kamu mau ngegas kan? Ngapa gak jadi?!"

Jenderal tersenyum. "Orang seimut kamu mana bisa sih aku ngegasin!"

Lana hanya mendengus pelan. "Jadi, ngapain tuh bawa daun Maple?"

Gara-gara Drakor Jenderal jadi lupa sama daun Maplenya. "Ini tuh daun Maple asli makanya aku pres biar awet."

"Tapi, gak menutup kemungkinan daunnya bakal kering kan?!"

Laki-laki itu mengangguk pelan. "Tenang udah aku awetin pake formalin!"

"Bener— ah udahlah, terserah kamu!"

Jenderal tertawa kencang membuat Lana berdecak pelan. "Kamu mau tau kan alasan aku menghilang selama berhari-hari ini?"

Kedua netra bening gadis itu langsung bergulir kesamping——menatap tepat kearah dua bola mata yang teduh itu—— Lana tidak sabar mendengar alasan dan semua pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ingin sekali ia lontarkan pada laki-laki itu.

" Aku ke kanada buat ambil daun Maple ini langsung dari pohonnya!" kata Jenderal dengan bangganya.

Shit! Lana ingin mengumpat sekarang. "Terus motivasi kamu jauh-jauh kekanada cuma buat ambil daun Maple doang, itu apa?"

"Ini tuh hadiah buat kamu, Lana." kata Jenderal.

"Kamu hadiahin daun buat pacar kamu, kamu kira aku kambing apa?!"

"Lana, ini tuh bukan sembarangan daun!"

Lana mengangkat satu alisnya. "Lantas daun apa? Daun ajaib yang bisa ngabulin tiga permohonan?"

Lana emosi, gadis itu bukan marah karena hadiah daun Maple yang diberikan oleh Jenderal tapi gadis itu marah karena alasan konyol yang diberikan oleh Jenderal atas menghilangnya laki-laki itu tanpa kabar.

Laki-laki didepannya itu mengeleng pelan. "Aku pernah denger katanya daun Maple itu dilambangkan sebagai simbol cinta dan kekasih yang berfungsi untuk mengingatkan keindahan cinta," Jenderal menjeda, kedua sudut bibir laki-laki itu terangkat sempurna keatas. "Layaknya seperti manisnya sirup Maple, daun Maple juga menandakan perasaan manis saat jatuh cinta sama seperti aku yang terus jatuh, jatuh cinta sama kamu!"

Lana tersenyum. Senyum yang menyejukkan seperti embun pagi.

"Pernah denger pepatah tentang daun Maple?" tanya Jenderal.

Si perempuan yang ditanya menggeleng pelan.

"Isi pepatahnya berbunyi Jika kau menemukan daun Maple Jepang dengan sisi delapan, kau akan menemukan cinta yang abadi." kata Jenderal.

















Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang