12. About Tonight

36 7 4
                                    


HAPPY READING :)











Sama seperti hari sebelum-sebelumnya bagi Lana senyuman Jenderal adalah yang paling manis apalagi ketika sinar rembulan jatuh menyinari senyuman laki-laki itu lalu perlahan bibir Lana ikut tertarik keatas melihat senyuman laki-laki itu.

"Jen, menurut kamu aku tuh nomor berapa dihidup kamu?" tanyannya tiba-tiba.

Lelaki yang ditanya menoleh lalu tanpa menimang-nimang ia langsung menjawab. "Dua."

"Dua?"

Jenderal mengangguk kecil. "Kenapa? Berharap aku bilang satu gitu?" tanyanya diiringin kekehan kecil.

Lana mencebik. "Enggak si-"

"Mau tau alasannya kenapa nomor dua?" Jenderal langsung menyela cepat namun, ada jeda dikalimat itu lalu laki-laki itu menatap lekat-lekat perempuan didepannya itu seraya berujar. "Karena yang pertama akan selalu keluarga dan itu enggak bisa diganggu gugat meski seberapa pentingnya kamu buat aku tetap keluarga yang paling penting mereka adalah harta karun paling berharga buat aku yang akan aku pertahanan mati-matian."

Gadis didepannya itu tercenung, terlihat mengerjapkan sepasang kelopak matanya yang seperti bunga sakura.

Lalu laki-laki itu berdeham kecil. "Tapi tau gak sih Lan kenapa aku menepatkan kamu dinomor dua?" tanyanya.

"Karena yang pertama keluarga, iya 'kan?"

Laki-laki itu mengeleng lalu perlahan merendahkan tubuhnya- lebih tepatnya merendahkan wajahnya agar sejajar dengan wajah Lana lantas berujar.

"Karena nanti dikartu keluarga setelah nama Jenderal Daneswara ada nama Putri Alana diurutan kedua berstatus istri." laki-laki itu tersenyum lalu perlahan mengusak pucuk kepala Lana, sementara si perempuan sudah merona pipinya mirip kelopak bunga Mawar merah. Perempuan itu tersenyum terlihat mengerjapkan sepasang kelopak matanya lalu pandangan perempuan itu hanya tertuju pada kedua netra hitam pekat yang menenangkan itu, menatapnya begitu dalam seakan ingin menyelamin telaga nan tenang itu.

Namun, beberapa detik setelah kewarasannya pulih Perempuan itu berdeham kecil lalu sedikit memundurkan wajahnya, lantas berujar.

"Hm, kayak yakin banget nama aku bakal ada diurutan kedua setelah nama kamu di kk,"

"Emangnya kenapa? Ragu?"

"Bukan gitu tapi takutnya-"

"Iya paham, " Jenderal langsung menyela cepat. "Enggak usah berekspetasi tinggi dulu takutnya nggak jodoh 'kan?"

Lana mengangguk pelan. Sementara laki-laki didepannya itu terlihat menarik senyuman tipis, tipis sekali.

"Tapi tau gak sih Lan?! Aku punya mimpi lain selain mimpi menjadi penyanyi." katanya.

"Apa?" tanya Lana, penasaran.

"Ngelamar kamu Hahaha." tuturnya lalu sedetik kemudian tertawa renyah, sementara si gadis terlihat melongo lalu mendengus keras, lantas berujar.

"Apaan sih Jen? Udah serius juga, kirain apaan!" cetusnya.

Masih dengan sisa-sisa tawanya, sebenarnya perkataan itu bukanlah sebuah lelucon, Jenderal benar-benar punya mimpi bahwa suatu saat ketika ia sudah menjadi Penyanyi ia akan melamar Lana disuatu malam yang diterangin sinar rembulan penuh seperti malam sekarang sambil diringin lagu romantis Marry you milik Bruno Mars. Sungguh itu adalah impian seorang Jenderal.

"Tapi, aku serius deh Lan!"

"Terserah deh Jen. Kamu tuh sering bercanda!"

"Tapi malem ini aku serius!"

"Serius ngelamar aku?"

"Enggak. Serius bercanda maksudnya."

Lana memejamkan kedua matanya, gadis itu keki pada Jenderal dan sumpah demi apapun ia ingin sekali menendang laki-laki itu sampai keluar angkasa malam ini juga. Sementara si laki-laki malah tertawa sambil mengacak-acak pucuk kepala Lana membuat gadis itu keki dua kali lipat.

"Jen, aku lagi mau tendang orang nih! Kalo kamu masih ngusel rambut aku siap-siap deh!" cetus Lana.

Jenderal terkekeh kecil. "tapi itu memang salah satu mimpi aku, Lana." katanya sambil menatap kedua netra bening yang disinarin cahaya rembulan penuh milik gadis itu bercampur dengan aroma musk yang menguar dari leher dan pakaian yang dikenakan gadis itu.

"Mimpiku suatu saat nanti tapi, saat itu tiba entah mimpiku akan jadi nyata atau mungkin... Aku yang akan melamarmu atau justru aku yang lebih dahulu dilamar oleh kematian?" Ujar Jenderal.

Lana tercenung. Untuk waktu yang cukup lama keduanya terdiam, saling menatap kedua netra satu sama lain, menyelami samudera yang menenangkan milik keduanya namun dalam samudera yang luas itu tersimpan suatu rahasia yang tidak terpecahkan. Dan dalam waktu yang terbuang sia-sia yang hanya digunakan untuk menelisik lebih dalam apakah diantara keduanya menyimpan sesuatu yang tak bisa diutarakan lalu yang hanya bisa keduanya lakukan adalah membisu.











To be continued...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang