16. Seperti Gerimis Kala itu

22 5 0
                                    

Song Rekomeded
~Love again~
-Nct Dream-

~Selamat membaca~










Jenderal terperanjat gerakan tangannya yang ingin mengambil tudung jaket terhenti lantas laki-laki itu mendongak dan hal yang pertama kali ditangkap oleh netra hitamnya adalah sebuah payung bening yang sudah terbentang diatas kepalanya, payung yang melindungi dirinya dari gerimis.

Netra hitam sekelam malam milik laki-laki bertubuh bongsor itu bergerak kebawah lalu pandangannya tepat jatuh pada kedua netra bening sebening cahaya rembulan milik Putri Alana, lantas Jenderal menatap dalam pendar mata yang menenangkan itu.

Perempuan yang ditatap terlihat mengerjapkan kedua kelopak matanya yang seperti serpihan bunga sakura sebanyak dua kali lalu berdeham kecil.

"Ngapain sih suka banget nungguin hal yang gak pasti?!" katanya.

Laki-laki yang diomeli tersenyum tipis, tipis sekali hingga orang yang melihatnya pasti tidak akan percaya bahwa laki-laki bermata bulan sabit itu sedang tersenyum.

"Kalo aku bilang aku gak bisa dateng itu artinya aku bener-bener gak akan bisa dateng jadi jangan nungguin." Lana berdecak keras.

Perempuan itu terlihat kesal dan... Khawatir. Untuk beberapa saat keduanya hening, saling menjatuhkan pandangan satu sama lain di pedar mata mereka yang menenangkan lalu sepersekian detik kemudian si perempuan terlihat menarik napas panjang, satu tangannya masih setia memegang payung lalu satu tangannya lagi bergerak— mengambil tangan kiri milik Jenderal yang mengantung disisi kiri laki-laki itu lantas Lana menyerahkan payung yang dipegangnya pada laki-laki itu.

Berniat pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun, ia yang ingin membalikkan tubuhnya kebelakang ter-urungkan tepat ketika Jenderal menarik tubuh kecil gadis itu lalu merengkuhnya kepelukan laki-laki itu, lantas berujar.

"Makasih udah dateng." katanya

Dan Lana hanya bisa tersenyum tipis lalu membalas pelukan Jenderal, pelukan yang sangat hangat.

"Lain kali jangan nungguin aku lagi ya kalo aku gak bisa dateng, jangan bandel." kata Lana.

Jenderal hanya terkekeh kecil. "Selamat ulang tahun, Putri Alana." katanya tiba-tiba lalu laki-laki itu perlahan melepaskan pelukannya. "Maaf telat tiga hari tapi meskipun telah berlalu bulan ini tetap masih bulan kelahiran kamu, bulan istimewamu." lanjutnya.

Gadis didepannya tersenyum terlihat menyejukan sekali. "Aku sengaja pura-pura lupa aku kira kamu gak inget."

"Gimana aku bisa lupa sama bulan kelahiran kamu, itu udah melekat diingatanku." kata Jenderal ada dijeda dikalimat itu. "Aku berterimakasih pada bulan Oktober karena telah menghadirkan gadis cantik sepertimu dan aku berterimakasih pada ibumu karena telah melahirkan gadis baik seperti kamu."

Jantung Lana berdebar mendengarnya. Oh, baik sekarang oknum bernama Jenderal Daneswara telah berhasil membuat jantungnya berdetak dengan kencang dan laki-laki itu berhasil membuat wajahnya bersemu merah seperti tomat.

Lana ingin sekali berteriak kesenangan sekarang tapi sialnya hujan yang telah berubah menjadi gerimis malam itu tidak akan bisa menyamarkan suaranya teriakannya dan lagi gadis itu tidak bisa mengatakan apapun selain memberikan senyuman yang paling manis, senyuman yang paling menyejukkan seperti embun pagi.

Tapi yang paling membuatnya semakin berdebar adalah ketika Jenderal menangkup kedua pipinya dan hal yang terakhir laki-laki itu lakukan adalah mengikis jarak lalu memberikan ciuman lembut dibibir ranumnya.

"Lana, aku mencintaimu." kata Jenderal.

Sementara itu, diujung jalan seberang sana Rean melihat semuanya dimulai dari Lana yang berjalan terburu-buru untuk menemui Jenderal kemudian gadis itu yang berniat untuk pergi meninggalkan Jenderal lalu Jenderal yang mencium Lana tepat dibawah gerimis malam itu. Dan tepat ketika hujan berangsur-angsur mereda menyisahkan gerimis kecil pada malam itu dan seperti gerimis kala itu kini Rean merasakan hatinya panas... Dia cemburu, sama seperti Jenderal yang merasakan itu ketika dirinya melihat Rean dan Lana berdua dibawah gerimis kala itu.

Rean tidak tau kapan tepatnya tapi yang jelas kala itu, ketika dirinya masih mendudukin bangku sekolah menengah pertama  tepat semester dua kelas dua waktu ketika habis pelajaran olahraga tepat diatas rooftop sekolah untuk pertama kalinya dia merasa berdebar berada didekat Lana dan ada suatu perasaan yang lebih dari sekedar teman, sebuah perasaan ingin melindungi dan menyayangi.

Rean mencintai Lana.

Dan dia ingin egois untuk sekali saja, dia menginginkan Lana.

"Tuhan, jangan cabut nyawa gue dulu, gue ingin bersama Lana."














Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang