30. Malam Purnama Penuh

28 7 0
                                    


Happy Reading~












Malam rabu diawali dengan sinar cahaya bulan purnama penuh tepat pukul tujuh malam, Jenderal tidak akan pernah tau jika saja langkah kakinya tidak membawa dirinya keluar rumah bahwa betapa menakjubkan dan indahnya bulan purnama pada malam ini yang dihiasi oleh ribuan bintang dan dikelilingin oleh bias cahaya pelangi berwarna warni.

Kedua sudut bibir laki-laki itu terangkat sempurna keatas tepat ketika hembusan angin malam membelai kedua pipinya meski beberapa detik setelahnya angin sepoi itu berubah menjadi ribuan pedang menyakitkan yang menghunus tepat keseluruh tubuhnya. Jenderal mengigil, hawa dingin itu membuat tubuhnya bergetar mengigil, memang sedikit berlebihan tapi bukan tanpa alasan bahwa dirinya belum sepenuhnya sehat wal'afiat.

Maka, masih sayang badan Jenderal memutuskan untuk kembali masuk kedalam bangunan yang menjadi tempatnya berteduh, tempatnya untuk pulang, tempatnya untuk beristirahat, tempatnya untuk berkeluh kesah karena rumah adalah tempat yang paling nyaman.

Perkiraan Jenderal masih sayang tubuhnya ternyata sedikit meleset laki-laki itu kembali kerumah bukan untuk istirahat melainkan menyambar jaket hitamnya yang telah menggantung beberapa hari dibalik pintu kamarnya dan kunci motornya yang berada diatas nakas kemudian bergegas meninggalkan kediamannya.

***

"Setelah lulus ternyata kerjaan lo nyamperin cewek orang mulu ya? Sejenis profesi apaan itu?"

"Sebelum lulus pun kerjaan gue emang gini 'kan?! Nemenin Lana yang sendirian dirumah."

Jenderal mengepalkan kedua tangannya kuat. Mendengar ucapan Rean barusan membuat darah tingginya naik.

Sementara, Rean terkekeh kecil ditempatnya. "Muka lo gak perlu kaget kayak gitu padahal lo sendiri udah tau. Udah terbiasa malahan."

"Karena udah terbiasa jadinya buat gue makin kaget, gue pikir lo udah gak jadi parasit lagi dan bisa hidup sendiri tapi ternyata yang namanya parasit akan tetap jadi parasit dan gak akan pernah berubah, selalu tergantung sama mahluk lain." kata Jenderal, dia sedikit menjeda kalimatnya. "Ah, enggak, malahan ngerugiin mahluk lain."

"Lo——"

"Jadi mau sampai kapan?" Jenderal menyela dengan cepat. "Sampai kapan lo bakal ngejar Lana terus?"

"Sampai kapan pun itu, sampai lo mati sekalipun, karena dari awal pun Lana itu milik gue!"

Jenderal terkekeh pelan. "Gue kasihan sama lo, lo itu cukup memprihatinkan. Mengejar hal yang akan terus berlari dan gak akan pernah bisa lo kejar."

"Lo jangan sombong dulu, sekarang emang masanya lo Jenderal, lo yang dia inginkan tapi, sebuah pemerintahan kerjaan pun ada akhir masanya dan ada raja yang dibuang dan tidak diinginkan,"

"Lantas?" Jenderal menaikkan satu alisnya.

"Itu juga yang bakal terjadi sama lo. Ada masanya dimana Lana gak menginginkan lo lagi!"

Jenderal refleks tertawa mendengarnya. Itu sedikit menggelikan, pikirnya. "Ya, terserah lo. Mungkin lo sedang menghibur diri."

"Terserah. Tunggu aja saat itu tiba."

"Segitu takutnya, ya?"

"Huh?" satu alis Rean terangkat keatas.

"Lo tenang aja. Sampai kapan pun Lana tetap milik lo seperti yang lo bilang dari awal pun Lana itu emang milik lo dan sampai kapan pun itu." ucap Jenderal tiba-tiba yang praktis menimbulkan garis samar-samar diantara kedua alis Rean.

"Lo tau itu dan kalo gitu lepasin Lana, kembaliin dia ke gue!"

"Suatu saat nanti juga gue bakal lepasin dia. Lo bisa miliki dia!"

"Bangsat!" umpat Rean. Mendengar ucapan Jenderal barusan membuat Rean praktis meninju wajah laki-laki itu membuat Jenderal dengan cepat tersungkur kesisi sofa yang ada diruang tamu rumah Lana.

Jenderal mendencih. "Kenapa lo marah? Bukannya seharusnya lo senang?!" kemudian memegangi pipi kirinya yang sedikit berdenyut, demi tuhan pukulan Rean barusan cukup kuat sekali.

Sementara Rean perlahan mengendorkan kepalan tangannya, lantas berujar. "Jadi suatu saat lo bakal ninggalin Lana?" katanya, akan tetapi mata laki-laki itu tidak melihat langsung kearah lawan bicaranya melainkan kearah belakang lawan bicaranya.

Jenderal perlahan berdiri. "Bener. Ketika hari dimana gue bakal lepasin Lana, ninggalin Lana, lo bisa milikin dia sepenuhnya." ucap Jenderal lantang tepat ketika satu tetes air mata Lana jatuh dibelakang Jenderal.

"Hari ini. Ternyata hari yang akan tiba itu adalah hari ini, Jenderal." Lana menyahut dengan nada bergetar dibelakang sana.




















Bersambung...

Buat mengapresiasikan bacaan gratis ini cukup vote, komen dan follow.

Terimakasih. Sampai bertemu next part!

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang