36. A Long Day

31 4 0
                                    

Happy reading~









"Lan... "

"Lana!"

"Woy Lana!!"

Lana tersentak kecil, mengerjap beberapa kali dia menoleh kesamping—– menoleh pada sosok Ajun yang sudah duduk disampingnya.

"Ngelamun mulu elah, mikirin hutang lo?"

Lana merotasikan bola matanya malas lalu merebahkan kepalanya keatas meja.

"Napa sih lo? Hutang lo udah numpuk banget ya? Mau gue pinjemin seratus?" tawar Ajun yang membuat Lana menghela napas keras.

"Pergi sana! nggak usah ganggu, tinggalin gue sendiri!" usir Lana.

Lenggang sejenak. Ajun tidak menghiraukan perintah Lana, laki-laki itu malah sibuk menyantap soto ayamnya. Ditengah keramaian kantin kampus Lana merasa kesepian, merasa hanya ada dirinya seorang ditengah keramaian.

Lana tau bahwa Ajun tidak seinci pun beranjak dari tempat duduknya dan semenjak kepergian Jenderal mengejar cita-citanya dua minggu yang lalu Ajun kini lebih sering bersama Lana.

"Lo laper kaga? Pesen sono gih, gue yang traktir." Ajun menyeruput es teh manisnya.

Lana tidak merespon sama sekali tawaran dari Ajun membuat Ajun berdecak keras. "Makan doang apa susahnya sih, lo ntar lo mati lagi!"

"Berisik amat sih Jun!"

"Lagian lo disuruh makan aja susah bener—–"

"Gue mau makan atau enggak terserah gue!" sela Lana. "Lagian sejak kapan lo mulai perhatian sama gue?!"

Ajun menoleh. "Bukan apa-apa nih, lo jangan Ge-Er!"

"Dih!"

"Gue cuma menjalankan amanah."

"Amanah paan coba?"

"Rahasia lah!"

Mendesis sinis, Lana mendecak. "Dia? Amanah dari dia?"

Sejenak Ajun terdiam kemudian mengangguk kecil.

"Jun?!"

Ajun menoleh ketika suara lembut itu memanggil namanya. "Hm?"

"Rasanya beberapa hari sebelumnya bahkan hari ini terasa berat dan terasa lebih lama?" Lana menopang dagunya diatas meja. "Gue udah pernah ngelewati masa kayak gini tapi kenapa hari ini terasa lebih panjang dari hari kala itu?"

"Karena lo menunggu setiap detik yang berlalu, menunggu hari selanjutnya yang akan datang karena itu semuanya terasa berjalan lambat." Ajun merubah posisi duduknya, menatap Lana didepannya.

"Dan lagi, sekarang semuanya udah baik-baik aja dan lo lebih merindukan dia sekarang." sambungnya.

"Dan juga apa karena gue udah—–"

"Itu salah satunya, " Ajun menyela cepat. "Stop bahas itu, Lan. Mulai sekarang anggap lo gak tau apa-apa begitu pun gue."

"Mana bisa gitu Jun! Gue dibohongin dan dengan seenaknya dia nyimpan rahasia sepenting itu dan lebih parahnya kedua temennya doang yang tau." Lana berdecak pelan. "Emangnya gue gak sepenting itu apa buat dia sampe hal sepenting itu gue gak tau?!"

"Dia cuma—–"

"Jun!"

Ajun memejamkan kedua kelopak matanya sambil menghembuskan napas berat. "Udah ya! Nanti ketika dia pulang semuanya akan kembali seperti semula, semuanya akan baik-baik aja." katanya setelah itu menepuk pundak kiri Lana sebanyak dua kali sambil tersenyum tipis.

"Lo bilang beberapa hari ini lo ngalamin hari yang panjang 'kan?" tanya Ajun.

Gadis didepannya mengangguk pelan. "Mungkin, itu yang gue rasain."

"Kalo lo ngerasa hari lo panjang kenapa lo gak cari kesibukan yang bisa bikin lo lupa waktu bahkan lo gak sadar bahwa satu minggu terasa lebih cepat dua kali dari biasannya."

Ada kerutan samar didahi Lana. "Cari kesibukan? Tapi apa?"

Disela kebinggungan Lana, Ajun tersenyum lebar. "Gue denger ada salah satu organisasi yang dibuat sama mahasiswa kampus ini,"

"Organisasi paan?"

"Organisasi tim relawan."

"Terus?"

"Jadi relawan dan membantu banyak orang itu kegiatan yang menyenangkan loh, Lan. Kenapa enggak coba?" Ajun menyengir lebar.
















Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang