23. Autumn

32 6 0
                                    

Jangan sider!






"Jika kau menemukan daun maple Jepang dengan sisi delapan, kau akan menemukan cinta yang abadi."

Sepasang kelopak mata Lana yang seperti kelopak bunga sakura itu mengerjap sebanyak dua kali kemudian gadis itu berdeham kecil. "Kamu percaya didunia ini ada yang namanya cinta abadi?"

"Boleh percaya boleh enggak tapi, aku percaya bahwa cinta seorang Ibu itu yang abadi." jawab Jenderal.

Lana mengangguk setuju dan pasti semua orang juga akan setuju pada perkataan Jenderal bahwa cinta yang abadi adalah cinta seorang Ibu.

"Siapapun juga akan setuju bahwa cinta seorang Ibu lah yang paling tulus dan abadi." Lana menjeda sesaat sebelum akhirnya ikut menyandarkan punggungnya kesisi pohon.

"Tapi, cinta antara sepasang kekasih itu hampir tidak ada yang abadi bahkan tidak bertahan lama sebelum kematian memisahkan keduanya." sambung gadis itu.

Jenderal tersenyum tipis. "Tapi, aku pengen cinta kita berdua abadi, Lan!"

"Aku juga pengennya gitu tapi, aku gak percaya adanya cinta abadi didunia ini kecuali cinta Ibu."

"Aku mau meyakinkan kamu Lan bahwa cinta juga bisa abadi!"

Satu alis Lana terangkat keatas. "Gimana caranya?"

"Dengan menemukan daun Maple Jepang dengan sisi delapan!" jawab Jenderal.

Alih-alih mengiyakan dan mendukung Lana justru tergelak membuat Jenderal menghela napasnya lelah.

"Kok ketawa sih? Aku serius!"

"Buat dapetin daun itu kamu bakalan cari dimana? Di negara Jepang?"

Jenderal mengangguk pelan. "Iya ke Jepang, kan daun Maple sisi delapannya ada di Jepang."

Lana tidak habis pikir.

"Tapi, aku ke Jepangnya bareng kamu pas lagi musim gugur."

"Kenapa pas musim gugur? Padahal aku pengen pas salju lagi turun."

"Karena diJepang pas lagi musim gugur ada tradisi momojigari buat liat perubahan warna daun Maple pas musim gugur." kata Jenderal.

Gadis didepannya itu tersenyum simpul.

"Aku mau liat Momojigari sama kamu, kamu janji ya mau ikut." kata Jenderal.

"Aku mau aja janji tapi kamu bakal janji juga gak bakal ajak aku ke Jepang pas musim gugur?"

"Aku gak perlu janji karena aku bakal langsung ngelakuinnya."

"Ya aku takut aja kamu php malahan nanti yang ikut kamu ke Jepang bukan aku melainkan cewek lain!" ujar Lana dengan nada sedikit jelous.

"Hm bisa jadi sih sama cewek lain."

Lana langsung menoleh pada Jenderal. "Yaudah deh maaf nih ya aku gak bisa janji."

"Kamu harus mau, kamu harus janji, enggak boleh enggak!"

"Ya, kalau aku nya gak bisa janji gimana? Aku nya yang gak mau gimana?"

"Harus mau harus janji!"

"Kok maksa?!"

"Iya aku maksa. Ini perintah!" kata Jenderal, tidak ingin diganggu gugat.

Sementara Lana terlihat mengangkat kedua bahunya. "Iya deh janji tapi, kalo kamu yang ingkar aku bakalan marah banget dan benci sama kamu."

"Jangan benci aku," Jenderal memberi jeda, laki-laki itu menatap kedua netra bening gadis itu yang menenangkan. "Cintai aku. Aku juga mencintaimu Lana, hari ini, besok, lusa, setahun yang akan datang hingga tahun-tahun berikutnya aku ingin cinta ini abadi."

"Cinta abadi itu sama kayak daun Maple yang abadi meski dia yang awalnya berwarna hijau yang lama-kelamaan berubah warna menjadi orange hingga merah sampai pada akhirnya daunnya berguguran jatuh keatas tanah tapi bentuknya tidak berubah sama sekali masih tetap berbentuk seperti bintang yang selalu indah dan meneduhkan," kata Jenderal seraya mengambil sehelai daun kering yang telah gugur yang jatuh mengenai surai coklat sepunggung gadis itu.

"Seperti filosofinya, daun yang memberikan pengaruh dan keteduhan ketika dia berada diatas pohonnya hingga jatuh berguguran dan menutupi sekitarnya layaknya hamparan kebun bunga yang indah dan harum. Daun Maple itu abadi tetap menjaga bentuk dan simbolnya meskipun dia harus jatuh berguguran diatas tanah." laki-laki itu menjeda kemudian tersenyum manis.

"Kalo di masa yang akan datang kita terjatuh dan mau menyerah pada hubungan ini, ingat aku pernah memberikan kamu sehelai daun Maple yang bermaksud agar cinta kita abadi. Aku harap kamu mau menjaga daun maple itu seperti kamu yang menjaga hati kamu buat aku." pinta Jenderal.

Hati Lana rasanya menghangat. Ia sudah tidak tau entah berapa kali Jenderal selalu menyakinkan hati dan cintanya dan Lana tidak tau entah berapa kali ia sudah terhipnotis dengan semua kata romantis yang diutarakan oleh Jenderal.

"Aku gak mau janji. Aku mau menjalankannya dan aku mau bertahan." seru Lana.

Jenderal tersenyum tipis sebelum akhirnya bergumam pelan. "Ketika saatnya kamu harus melupakan aku, kamu boleh membuang daun Maple itu, Lana." katanya pelan sekali.

"Apa?"

Jenderal menggeleng pelan. "Enggak. Aku lagi mikir musim gugur itu bulan berapa ya?"















Bersambung....

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang