18. Where He's?

27 5 0
                                    


Happy reading~









Seharian ini Lana sama sekali tidak melihat Jenderal bahkan laki-laki itu telah menghilang dari hari sebelumnya ntah kemana dan sedang apa tapi laki-laki itu sudah hampir tiga hari hilang tanpa kabar bersamaan dengan menghilangnya Reano juga.

Lana tidak tau kemana perginya Jenderal yang Lana ingat hanya saat Jenderal mengantarnya pulang dan singgah sebentar setelah itu laki-laki itu menghilang tanpa kabar dan bahkan seperti ditelan bumi.

"Besok dateng kesekolah cepetan ya!"

"Kenapa?"

"Biar kita bisa ketemu lebih awal, Jen."

"Waktu istirahat kan bisa ketemu!"

"Kelamaan, nanti aku kangen kamu."

"Kalo gitu aku jemput kamu, kita berangkat bareng biar kamu gak terlalu kangen."

Oh, baik. Itu adalah percakapan terakhir antara Lana dan Jenderal sebelum laki-laki itu menghilang dan sekarang Lana benar-benar merindukan laki-laki itu.

"Lo kebiasaan Lan, Jenderal ilang lo nya malah nanya sama gue mangnya gue emak dia apa?!" gerutu Ajun. Baik, laki-laki itu sudah keki setengah mati pada teman perempuannya itu pasalnya ini sudah untuk kesekian kalinya Lana menanyakan keberadaan sosok Jenderal pada Ajun.

"Kali aja lo tau, Jun. Kalo gak tau juga biasa aja kali!"

"Gimana gue mau biasa aja kalo dalam sehari lo nanyanya hampir seratus kali!"tukas Ajun.

Perempuan didepannya itu terlihat mendengus keras. "Tuhkan, lo nya kok jadi kayak mau ngajak berantem!"

"Astagfirullah Lana ENGGAKK!!"

"Lagian lo gak kasian nih sama gue?! Gue kehilangan pacar nih!"

"Yauda pacaran sama gue biar gue jadi pengantinya!"

"Mending gue jomblo Jun!"

"Ya kan pacar lo hilang selagi dia hilang gue yang jadi pacar penganti, sabi gak tuh?!" saran Ajun.

Lana mendesis sinis. "Saran sesat, udah deh Jun ngomong sama lo tuh malah enggak ada jalan keluarnya. Jalan buntu mulu!"

"Ya elah Lan, lagian beneran loh gue gak tau Jenderal kemana!"

"Yaudah gue pura-pura enggak tau aja kalo lo beneran gak tau Jenderal dimana!"

Ajun menghembuskan napasnya lelah. "Gue berani sumpah deh Lan kalo gue emang beneran gak tau Jenderal dimana."

Lana hanya menatap Ajun dengan wajah nelangsa sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya kearah belakang. "Iya Jun gue percaya." lalu sedetik kemudian mengambil langkah besar, meninggalkan sosok Ajun yang ada diperbelokan koridor sekolah.

******


Suara ketukan kuas yang beradu diatas lukisan terdengar sedikit nyaring, perpaduan warna hitam, biru dongker dan lavender menciptakan colour dark yang sangat menyeramkan. Sementara si pelukis yang kesadarannya masih diawam-awam sepertinya masih enggan untuk berhenti menciptakan warna lain yang semakin dark dari hasil kombinasi warna yang diciptakannya.

Gadis dengan surai sepunggung itu terlihat beberapa kali menghela napasnya dengan lelah sebelum akhirnya meletakan kuas lukisnya setelah kesadaran gadis itu berangsur-angsur kembali. Tatapan matanya kosong menatap lukisan abstrak yang dibuatnya dengan setengah kesadarannya, lalu netra bening gadis itu bergerak menatap kearah luar jendela tepat ketika hujan berangsur-angsur turun dilangit yang kelabu.

Hujan bukanlah salah satu musim yang Lana sukai bahkan dirinya menganggap bahwa hujan sangat merepotkan meskipun dia tau bahwa hujan adalah salah satu Anugerah dari Yang Maha Kuasa. Seperti sekarang hujan benar-benar membawa Lana dalam kerinduan yang semakin besar pada kekasihnya— Jenderal.

Dan hari ini Lana benar-benar merindukan laki-laki itu dari hari-hari biasanya. Hujan selalu mengingatkan Lana pada sosok Jenderal dimana hujan adalah suatu keajaiban yang membawa keduanya bertemu dan bersama, dan Lana selalu ingat bahwa hujan selalu membawa Jenderal padanya seperti ketika gadis itu kehujanan Jenderal akan selalu datang dan memberi gadis itu payung atau ketika gadis itu ketakutan karena gemuruh petir Jenderal akan selalu memeluk gadis itu dan menenangkannya.

Namun hari ini ketika hujan deras diiringin kilatan petir dan gemuruh suara petir laki-laki itu sama sekali tidak datang atau bahkan menghubunginnya dan Lana sama sekali tidak tau kemana perginya laki-laki itu, ini sudah tiga hari laki-laki itu menghilang.

Lana terlihat memijit pelipisnya, dan hal yang membuat kepalanya terasa lebih pening adalah Reano yang juga ikut menghilang bersamaan dengan Jenderal. Ada banyak pertanyaan dan terkaan dalam pikiran gadis itu meskipun sebelumnya paman Reano mengatakan bahwa Rean untuk sementara waktu akan tinggal dirumah sakit sampai operasi transplatasi hatinya selesai tapi hal itu tetap membuat hati Lana tidak tenang pasalnya gadis itu sama sekali tidak tau dimana rumah sakit tempat Rean melakukan operasi dan ketika gadis itu ingin menemui paman Rean dirumahnya, rumahnya terlihat sangat kosong dan paman Rean sangat sulit untuk dihubungin. Lana merasa bahwa Rean juga ikut menghilang tanpa kabar dan lana benar-benar mengkhawatirkan laki-laki itu sekarang.

Suara denting notifikasi pesan terdengar ditengah keheningan petang, Lana langsung menegakkan tubuhnya dan dengan sigap meraih ponselnya yang berada diatas nakas, air muka gadis itu bertambah muram berkali-kali lipat setelah mengecek isi pesan yang baru masuk ke ponselnya.

Itu bukan pesan dari Jenderal maupun Rean melainkan satu pesan sialan dari operator kartu ponselnya yang isinya memberitahukan bahwa paket kuota internetnya telah habis.

Sialan. Itu terlalu menyebalkan dan tidak berguna.

Melempar ponselnya keatas ranjang gadis itu kembali menyandarkan tubuhnya kekursi dengan wajah nelangsa. Petang mungkin sudah berganti dengan gelapnya malam karena Lana benar-benar tidak tau apakah hari telah berganti malam karena hujan dan awan kelabu telah menyamarkan petang yang biasanya berwarna oranye dan merah jambu menjadi petang yang hitam kelabu.

Dihari yang semakin larut kegalauan masih terus memeluk tubuh Lana yang kedinginan dan hujan seolah-olah ikut andil dalam kegalauan gadis itu, bagian kejamnya mengapa dirinya harus terjebak dalam kegalauan dibawah hujan yang semakin membuatnya merindukan laki-laki itu.

Lana pusing. Sumpah demi kerang ajaib dinegeri spongebob kepala Lana benar-benar terasa pening dan gadis itu sama sekali tidak tau apa yang akan dilakukannya selanjutnya, dan dalam tatapan zonk nya gadis itu akhirnya memilih untuk melanjutkan kegalauannya ditemanin hujan yang berangsur-angsur mereda.

Dalam rintikan suara air hujan Lana bergumam pelan.

"Capek cari kamu kemana-mana Jen. Kalo mau hilang, hilang aja tapi, tolong kembali."




















Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang