07. Happy Ending?

33 8 1
                                    

Sederhana mengapresiasikan tulisan Rain ini yaitu dengan cara vote, comment, share dan follow ♡
Laras.








"Kamu tau Lan? Kadang semesta itu sering bercanda. Kamu yang berangan-angan ini itu bisa sesuai ekspetasi kamu tapi ternyata semesta enggak menginginkan ekspetasi kamu itu untuk terjadi, " ketika Lana menemukan Mata Jenderal yang menatap manik obsidiannya entah kenapa dadanya terasa nyeri.

"Sama halnya kayak sekarang, kamu merelakan semesta untuk mengambil senyum orang-orang yang ada didekat kamu kecuali aku bahkan kamu selalu ingin setiap detik melihat senyum aku tapi, bagaimana kalo semesta pertama kali mengambil senyum aku dari kamu?" pertanyaan dari Jenderal membuat Lana tersenyum kecut lalu kepala gadis itu perlahan menunduk.

"Kamu bilang kayak gini seakan kamu mau ninggalin aku!" lirih gadis itu. "Kamu mau putus sama aku, Jen?" lanjutnya.

Mendengar itu membuat Jenderal praktis menggeleng cepat. "Lan, bukan itu maksud aku."

"Jadi apa? Aku ngerasa pembicaraan kamu mengarah pada kata mengakhirin."

"Lan, aku bilang gitu karena aku nggak mau ekspetasi kamu malah gak sesuai sama realitanya yang pada akhirnya hanya akan menyakitin diri sendiri." Jenderal memberi jeda, laki-laki itu menghela napas pelan lalu netranya bergerak keatas, menatap luas bentangan langit malam.

"Kamu tau Lan? Semesta itu menghadirkan beribu kisah untuk kita, aku nggak tau pastinya tapi aku ngerasa kalo kehadiran aku sekarang adalah salah satu dari beribu kisah yang semesta hadirkan didalam hidup kamu." Jenderal tersenyum tipis.

Sementara Lana, gadis itu geming ia hanya menatap wajah Jenderal dari samping.

"Sebuah kisah yang bisa berakhir bahagia atau mungkin berakhir menyedihkan, "

"Aku mau happy ending!" sela Lana cepat membuat Jenderal langsung menoleh padanya dan tertawa kecil.

"Semua orang pasti menginginkan akhir yang bahagia tapi, balik lagi semua tergantung takdir masing-masing."

Lana menggeleng pelan. "Aku nggak peduli sama takdir, aku nggak peduli sama kisah semesta ini tapi kalo bisa memilih aku mau kisah hidup aku tentang kamu berakhir bahagia."

Lalu setelahnya Lana berdecak keras. "Lagian kamu tuh ya, Jen. Ngapain bahas kayak gini coba? Kayak kamu tuh ngerasa kisah kita bakal berakhir menyedihkan, Hei! Positif thinking aku tau kita masih anak remaja yang masih labil, kemungkinan untuk putus bisa jadi akan terjadi tapi kalo bisa putus bisa juga balikan 'kan?"

Gadis itu kemudian menghela napas pelan. "Tapi, kadang aku mikir orang yang berpisah secara baik-baik aja belum tentu bisa kembali gimana sama mereka yang— "

"Lana, sebaik apapun cara berpisah yang namanya perpisahan itu tetap menyakitkan." sela Jenderal cepat membuat Lana langsung menoleh padanya. "Perpisahan itu ada dua macam, ada yang berpisah untuk selamanya dan ada yang berpisah sementara namun untuk kembali."

Sesaat Lana termenung lama gadis itu hanya sibuk memerhatikan Jenderal dan entah karena apa tapi, tiba-tiba dadanya terasa sesak, ia seperti kekurangan pasokan udara sampai pada akhirnya gadis itu terkekeh kecil.

"Udah ah Jen, apaan sih ngomongnya gitu mulu. Bahas hal lain yang lebih menyenangkan aja bisa 'kan?!"

Jenderal hanya tertawa kecil lalu laki-laki itu menghadap Lana, ia merendahkan tubuhnya dan selanjutnya laki-laki itu mengusak pucuk kepala gadisnya.

"Aneh ya Lan kok tiba-tiba suasananya jadi mellow gini, " kata Jenderal.

Lana merotasikan bola matanya. "Nggak aneh tapi itu karena kamu ngomongin hal perpisahan kayak gitu, apaan coba?!"

Jenderal tertawa meski sebenarnya dadanya terasa sakit. Laki-laki itu bukan tanpa alasan membahas hal perpisahan seperti itu tapi entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa hubungannya dengan Lana tidak baik-baik saja.

"Kok ketawa sih, Jen?!"

"Emangnya nggak boleh?" Lana menggeleng. "Kenapa?"

"Nanti aku nggak bisa tidur, " Lana menjeda, sementara Jenderal masih menunggu perkataan selanjutnya dari gadis itu. "Karena nanti ketawa kamu terngiang-ngiang terus!"

Jenderal langsung tertawa kencang mendengarnya membuat Lana mencebikkan bibirnya. "Malah ketawa lagi."

"Lan, kamu tuh ya— "

"Jen! Jangan bilang kamu mikirnya tadi itu gombal ya?! Nggak ya, yang ada ketawa kamu terngiang-ngiang kayak kuntilanak!"

"pinter banget ngelesnya!"

"Emang bener kok. Makanya orang ngomong tuh didengerin sampe akhir!"

"Kamu juga kalo ngomong tuh diselesaiin sampai akhir jangan putus-putus!"

Lana mencebikkan bibir sambil melipat kedua tangannya didepan dada membuat Jenderal gemas karenannya.

"Apasih Lan. Gak usah ngambek kamu jelek banget, sumpah!"

"Lagian cewek mana sih yang cantik pas lagi ngambek?"

"Banyak. Tapi kamu enggak!"

"JENDERALL!!"

Jenderal lagi-lagi tertawa kencang. Lana yang semula moodnya tidak bagus mendadak ikut ketawa karena ketawa Jenderal yang menular. Lalu keduanya tertawa bersama untuk waktu yang cukup lama hingga pada akhirnya suara dering dari ponsel Lana menghentikan tawa mereka berdua. Lana lalu membuka ponselnya— membuka room chat dari seseorang— setelah membaca pesan itu lalu netra coklat gadis itu bergerak, menatap Jenderal yang berada disampingnya.

Lalu dengan senyum tipis Lana berujar. "Jen, kayaknya aku harus pergi deh."

"Kemana?"

"Lula minta temenin aku belanja, kasian dia sendirian nggak ada yang nemenin."kata Lana.

Laki-laki didepannya itu mengangguk. "Aku anterin!"

Lana menggeleng keras. "Nggak perlu aku naik taksi aja."

"Nggak—"

"Jen. Aku naik taksi aja, kamu tau aku 'kan? Aku bisa jaga diri kamu nggak perlu khawatir." ujar Lana menyakinkan.

Sementara Jenderal hanya menghela napasnya pelan lalu dengan senyuman tipis ia mengangguk. Setelah mendapat persetujuan dari Jenderal, Lana perlahan pergi menjauh dari hadapan laki-laki itu setelah melempar senyuman lebar yang paling manis.

Sepeninggalan Lana, laki-laki itu berdeham kecil lalu bergumam. "Aku harap kamu nggak bohong, Lan!"


















BERSAMBUNG.....

SPAM NEXT YEOROBUN!

See u in next part

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang