29. Get Well Soon, Jenderal

66 8 0
                                    

Happy reading~










Jenderal menatap pantulan dirinya didepan kaca wastafel kamar mandi, sebelah tangannya bergerak mengambil pasta gigi yang ada disamping kaca tersebut kemudian laki-laki bertubuh bongsor itu melakukan aktivitas rutin yang dilakukan oleh setiap umat manusia didunia ini— menyikat gigi—

Beberapa detik setelahnya laki-laki itu tercenung memperhatikan bulu sikat giginya yang semula berwarna putih menjadi merah muda.

"Ini gue yang ke kencangnya nyikat gigi apa gusi yang lemah? Berdarah mulu gue sikat gigi." katanya kemudian mengedikkan kedua bahunya, bersikap tak acuh. Namun ketika ia hendak membasuh wajah sebuah cairan kental berwarna merah mengalir bebas dari salah satu hidungnya.

"Gimana lo mau jadi tentara, Jenderal. Gak ngelakuin apa-apa aja lo bisa mimisan!" kesalnya pada diri sendiri.

********


"Lama banget kayak nungguin antrian sembako!" dumel Jenderal.

"Sabar ege, siap-siap itu butuh proses."

"Gimana mau sabar nungguin kamu siap-siap tuh aku udah bisa bangun satu rumah."

"Iyalah bisa, bisa bangun rumah tangga sama aku'kan?!"

Sembulan merah merona dengan begitu saja tiba-tiba muncul sendiri dikedua pipi Jenderal. Lemah, mudah sekali tersipu tuan muda!

"Iya, itu rencana masa depan." Jenderal menjeda sambil berdecak pelan. "Udah deh masuk kamu sini, Lana." kemudian membuka pintu kiri mobil mempersilakan Lana untuk masuk kedalam mobil berwarna silver itu.

"Ngapain kamu nginap dirumah Lula?" tanya Jenderal.

Lana memutar bola matanya malas. "Ya nginep aja, main gitu, emangnya ada alasan buat nginep dirumah temen?"

"Kamu tuh ya, awas aja kalo berbuat yang aneh-aneh terus ketahuan sama aku!"

Seketika senyuman jahil terbit dibibir Lana. "Gak buat yang aneh-aneh kok, aku masih gadis normal Mas, masih suka sama jenis kelamin yang namanya laki-laki."

"Bukan itu maksud aku! Bego banget sih kamu!"

"Hahaha..." gelak tawa pecah dibibir Lana. "Iya aku tau. Lagian aku beneran deh gak buat yang aneh-aneh suerr gak bohong, lagian aku'kan sukanya cuma sama kamu doang Jenderal."

"Emangnya cowok mana yang berani kamu sukai kecuali aku? Siap-siap aja cowok itu bakal aku todong pake senapan. Jangan salah aku ini calon tentara loh!"

Lana mendesis sinis. "Main todong beraninya langsung tembak dong!"

"Gertak aja dulu jangan langsung main bunuh gitu aja, itu nyawa manusia, berharga tau!"

"Ternyata calon Jendral tentara ini punya hati nurani."

"Yaiyalah harus punya itu. Hahaha." tawa Jenderal diikuti Lana yang ada disampingnya yang juga ikut tertawa.

"Iya deh—--—Jen! " spontan tawa Lana mereda ketika gadis itu menoleh kearah Jenderal dan mata gadis itu praktis membulat ketika melihat cairan berwarna merah keluar dari lubang hidung laki-laki disampingnya itu. "Kamu mimisan? Kenapa?"

Lana mengambil tisue yang ada di dashbor mobil Jenderal kemudian dengan telaten membersihkan darah yang terus merebes keluar dari hidung laki-laki itu.

"Oh? Ini gak apa-apa kok cuma mimisan doang."

"Gak apa-apa gimana? Tumbenan banget kamu mimisan gini?"

"Lan," Jenderal menghentikan pergerakan tangan Lana yang terus membersihkan darah diarea tengah bagian antara hidung dan mulut. "Udah ya gak apa-apa. Aku mau fokus nyetir loh!"

"Ini gak cuma sekali kan?"

Jenderal langsung menoleh pada Lana.

"Waktu kita berada dimuseum sains waktu itu aku juga liat kamu mimisan tapi aku gak sempat nanya kamu kenapa karena dosen aku keburu dateng, dan Shaka pernah bilang kalo kamu tiba-tiba mimisan waktu dirumah dia."

"Kebetulan aja. Mungkin karena terlalu capek."

"Putar balik aja kita ke Dokter!"

"Ngapain kesana? Kamu ada yang sakit?"

"Bukan aku tapi kamu!"

"Aku enggak sakit!"

"Gak perlu bohong Jen!"

"Cuma butuh istirahat doang Lan, udah itu bakal membaik sendiri kok."

"Kecapekan macam apa kamu yang sering banget mimisan?"

"Ya itu——"

"Kerumah sakit sekarang Jen!" sela Lana cepat.

"Gak perlu Lana."

"Kerumah sakit apa susahnya sih Jen?"

"Aku gak sakit Lana gak perlu harus kerumah sakit!"

"Aku tau ada sesuatu yang gak beres sama kamu."

"Lan——"

"Kita kerumah sakit Jen se——"

"AKU NGGAK SAKIT LANA NGERTI GAK SIH KAMU?"

Suara tinggi Jenderal yang tiba-tiba membuat Lana tersentak kecil.

"Berhenti peduliin hal yang gak terjadi sama aku, gak usah sok peduli!" sambungnya dan mobil tepat berhenti ditrotoar jalan yang kebetulan dekat dengan area perumahan tempat tinggal Rean.

Kata terakhir yang keluar dari mulut Jenderal membuat kedua mata Lana membulat.

"Jen bisa-bisanya kamu..." demi tuhan, Lana tidak habis pikir bagaimana bisa dengan lancarnya kalimat itu keluar dari mulut Jenderal, mengatakan agar Lana tidak perlu untuk pura-pura peduli.

"Emangnya kamu tau apa Lan? Aku sakit atau pun enggak emangnya kamu tau?" tanya Jenderal namun tidak ada jawaban dari Lana.

"Enggak' kan?! Jadi berhenti sok tau, persepsi kamu tentang aku itu salah. Emangnya sejak kapan sih kamu mulai peduli dengan kesehatan aku?" Jenderal jadi emosional. "Mau aku kecapekan kek, mau aku sakit kek emangnya apa pentingnya? Bukannya kesehatan Rean lebih penting buat kamu'kan?"

Lana tertegun. "Kenapa kamu jadi emosional gini? Kalo kamu baik-baik aja kamu gak perlu se-emosional ini, semuanya terlihat jelas Jen."

Kedua alis Jenderal bertaut.

"Kamu bener kesehatan Rean emang lebih penting dari kamu." sambung Lana. "Lagian kenapa aku harus peduliin hal yang belum tentu terjadi, iya kan?"

Jenderal spechelles. Laki-laki itu tersenyum tipis. 

"Sampe sini aja didepan udah deket sama rumah Rean, aku khawatir kondisi dia menurun. Makasih atas tumpangnya." seru Lana membuat Jenderal tersenyum miring. Kemudian bergegas turun dari mobil Jenderal.

Namun, sebelum pintu mobil tertutup Lana berujar yang membuat kedua sudut bibir Jenderal tertarik pelan keatas, tersenyum nanar.

"Get well soon, Jenderal."















Bersambung...

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang