28. Diary Halaman 27

33 5 0
                                    

Happy reading~













"Tes nya tahun depan 'kan?"

Jenderal mengangguk pelan.

"Enggak apa-apa, sekarang lakuin aja apa yang kamu suka."

"Tapi, "

"Cuma tahun ini, Jen. Tahun depan udah gak bisa lagi. Lagian kamu kan suka nyanyi, tahun ini habisin waktu kamu buat hal yang kamu sukai."

Terdengar helaan napas pelan dari bibir Jenderal meski samar-samar. "Kita udah janji masuk universitas sama-sama, "

"Jadi tentara impian kamu kan? Jangan kamu sia sia-in." Lana menjeda, menatap dalam kedua manik obsidian sekelam malam milik Jenderal. "Aku gak mau jadi penghalang impian kamu dan aku gak mau kamu jadi penghalang impian aku. Selain impian aku jadi istri seorang Jenderal tentara aku juga punya impian jadi chef."

Jenderal tertawa kecil.

"Apa yang kamu ketawain? Impian aku? Ngejek kamu ya."

"Aku belum resmi jadi tentara loh, Lan."

"Ya, enggak apa-apa. Sering-sering disebut Jen, kadang omongan yang sering kita ucap bisa terkabul dan terjadi."

"Kalo gitu aku sering-sering bilang bisa hidup menua bareng kamu, kali aja terkabul."

Mendengarnya membuat Lana tersipu hingga kedua pipi gadis itu memerah seperti tomat. "Ya, kalo itu aku juga mau."

Jenderal terkekeh pelan. Tangannya sibuk membolak-balik sebuah buku berwarna hijau tosca yang terlihat seperti sebuah diary.

"Ini diary kamu?" tanyanya.

"Ya punya aku lah emangnya siapa lagi? Punya emakku?" jawab Lana jutek.

"Kuno banget. Hei, ini udah abad keberapa? Masih curahin isi hati aktivitas dan segala macam di diary ini? Diary online sekarang juga ada kali." kata Jenderal yang terdengar seperti ledekan.

Lana melipat kedua tangannya didepan dada. "Emang apa masalahnya, tuan? Sebegitu kunonya masih nulis pake diary?"

Jenderal menggaruk tengkuknya tak gatal. "Ya, dikit sih?"

Dddukkk..

Tau-tau Lana menendang tulang kering kaki milik Jenderal membuat laki-laki itu meringis, memegang kaki kanannya yang sedikit ngilu. "Kenapa sih?!"

"Kamu tuh ya, capek-capek aku beli buku diary demi kamu!"

"Aku gak minta loh."

Lana melotot. "Aku beli waktu denger kamu gak jadi kuliah dan bakal tes tentara tahun depan, aku beli karena aku bakal nulis segala hal yang terjadi dan hari-hari yang aku lewati tanpa kamu supaya nanti ketika kamu pulang kamu bisa baca diary aku. Dan," Lana menjeda kemudian membuka halaman dua tujuh diary tersebut.

"Aku mau nulis hal -hal baik yang bisa kita lakuin dan wishlist dihalaman ini setahun sebelum kamu pergi." lanjutnya.

"Hal baik? Wishlist?  Boleh juga. Kenapa gak nulis dihalaman pertama aja kan lebih cepet nemuinnya." tanya Jenderal.

"Sengaja nulis dihalaman 27 sebagai simbol, kenapa? Karena angka dua itu adalah aku dan kamu sedangkan angka tujuh menurut orang-orang itu adalah angka keberuntungan, jadi aku gabungkan agar kita selalu dikelilingi keberuntungan dan kebaikan dan semoga hari-hari baik selalu menyambut kita."

Jenderal tercengang, nyaris kehilangan kata-kata. Beruntung senyuman manis milik Lana berhasil mengembalikan kesadarannya, laki-laki itu berdeham pelan sambil tersenyum tipis lantas berujar.

"Lucky seven. Aku harap bukan cuma kata orang dan kepercayaan, semoga angka tujuh memang keberuntungan dan kebaikan. Ketika kamu mau nulis list hal baik dan wishlist yang pengen kamu lakuin tolong kosongkan nomor tujuh."

"Why?" Lana mengangkat satu alisnya.

"Kosongin aja. Biar aku yang isi nomor itu." Jenderal menyandarkan punggungnya kesisi bangku. "Tapi nggak sekarang, tunggu sampe aku pulang."

Kedua bahu Lana merosot kebawah. "Lama banget ah elah kek nungguin upin ipin gede, kenapa gak sekarang? Sekalian biar aku tau dan rasa penasaran aku hilang."

"Ini bersifat rahasia, nona Putri Alana."

Air muka Lana terlihat masam. "Jangan salahin aku kalo nomor tujuh bakal aku isi!" cetusnya.

"Gak bisa gitu! Kan aku udah minta nomor tujuh dikosongin!"

"Aku kasih dengan syarat tanpa rahasia!"

Laki-laki bertubuh jakung itu terkekeh pelan. "Kado ulang tahun aku mana?"

"Lusa aku kasih!"

"Nunggu dua hari lagi udah basi kali ya lagian ultah aku bulan kemarin,"

"Ya gimana aku lupa, daripada gak ngasih sama sekali."

"Nunggu dua hari lagi kelamaan gimana kalo ngasih sekarang?" tawar Jenderal.

"Hadiahnya belum dibungkus."

"Gak mau hadiah tapi permintaan!"

Kedua alis Lana terangkat keatas. "Jangan yang aneh-aneh deh Jen!"

Laki-laki itu tertawa pelan. "Gak aneh kok, cuma minta list nomor tujuh dikosongin dihalaman dua tujuh dalam diary itu."















Bersambung...


Part ini dikit bangettt 😭
Mianhee.

Writer block sialan!!

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang