21.Langit Merah Jambu

23 6 0
                                    

JANGAN SIDER!!



SELAMAT MEMBACA~~


Disebuah petang yang dihiasi oleh langit berwarna merah jambu dimana angin berhembus dengan kencang, menerbangkan helaian dedaunan berwarna coklat yang gugur dimakan waktu.

Jenderal terlihat menghembuskan napasnya dengan pelan didepan sebuah pagar minimalis berwarna silver.  Sudah dua minggu atau mungkin lebih, Jenderal tidak ingat dengan pasti kapan ia mulai menghilang tanpa mengabarin teman-teman bahkan pacarnya sendiri. Ah Jenderal rasa itu sudah lama dan hanya Ajun yang tau kemana dirinya pergi.

Lalu dengan gerak pasti dan perlahan Jenderal menarik pagar berwarna silver itu dengan jantung yang berdegup kencang.

"Mungkin gue bakal diocehin seharian atau lebih parah Lana gak bakal mau liat gue." Jenderal bermonolog dengan nada pasrah takut-takut Lana memarahinnya karena pergi tanpa kabar atau berita buruknya gadis itu tidak ingin menemui bahkan melihat dirinya.

Jenderal takut.

Jenderal pusing memikirkannya.

Lalu setelah mengumpulkan nyali dan memantapkan hati akhirnya laki-laki itu memilih mengetuk pintu dengan pelan. Lama menunggu, akhirnya pintu berwarna coklat tua itu terbuka menampilkan sesosok wanita paruh baya dengan balutan setelan satin bewarna biru wardah.

Itu Mama Lana.

******

Gemersik suara dedaunan yang beradu bagai alunan symphony yang merdu meski beberapa diantara mereka yang telah rentan berguguran jatuh tidak berdaya diatas tanah kering yang kerap kali disinari teriknya sang surya.

"17."

"18."

"20."

"Ck! Bego!" Jenderal berdecak pelan. "Masa udah delapan belas langsung ke dua puluh sih! Ck siapa sih Jen guru MTK lo masa hitungan aja kaga bisa!"

Baik. Katakan sekarang bahwa Jenderal telah hilang akal kewarasannya atau mungkin laki-laki itu sedang kumat, berbicara sendiri dan bagian yang lebih bodoh dan random ketika dirinya dengan gabutnya menghitung setiap helai dedaunan yang jatuh kebawah.

"Bosen!" katanya setelah lelah menghitung kembali dedaunan yang jatuh lantas laki-laki itu menghela napas pelan sambil menyandarkan punggungnya kebatang pohon.

Netra gelap laki-laki itu kemudian bergerak, menatap setiap sudut kebun yang ditumbuhin berbagai bunga cantik dengan banyak variasi warna menarik.

Sebuah kebun bunga milik keluarga Putri Alana.

"Kebun bunga yang cantik seperti pemiliknya." gumam Jenderal tepat ketika kedua netra gelapnya menangkap sesosok perempuan yang bak seperti putri dunia khalayan yang berada diantara luasnya hamparan kebun yang ditanamin berjuta jenis bunga yang cantik dan harum.

Lalu tanpa ada perintah kedua sudut bibir Jenderal terangkat sempurna keatas membentuk sebuah senyuman yang indah dan menenangkan.

Sementara diseberang sana si perempuan sudah nyaris tersenyum lebar namun kembali tertarik kebawah sebab perasaan kesal masih membabi buta dihatinya lalu dengan langkah pasti dirinya menghampirin Jenderal dibawah pohon yang sudah berdiri menjulang dengan senyum manisnya tak lupa kedua mata teduh miliknya juga ikut tersenyum.

Lana rindu eye smile itu.

Dan betapa pun Jenderal juga merindukan perempuan yang sedang menghampirinya sekarang.

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang