39. Kamu Yang Berharga

38 7 10
                                    

—Hidup akan terus berjalan. Enggak ada yang tau apa yang akan terjadi esok,maka berbahagialah saat ini, esok, lusa dan hari-hari yang akan datang.—





Selamat membaca~


"Maukah kamu menikah denganku, Lana?"

Lana terisak pelan, air matanya jatuh dengan sendirinya. Dia bahagia, itu adalah kejutan yang tidak terduga yang tidak pernah terpikirkan olehnya, dimalam yang sempurna ini ketika rembulan bersinar terang Jenderal melamarnya dengan diiringin lagu romatis berjudul merry you.

Malam ini adalah malam paling bersejarah bagi Putri Alana, gadis itu bahagia, bahagia sekali. Dia tidak akan pernah melupakan kenangan indah pada malam ini.

"Aku lega sekali, tadinya aku pikir kamu akan menolakku itu membuatku cemas dan takut." Jenderal tersenyum tipis.

Sementara si perempuan tampak tersipu malu. "K–kenapa mikirnya gitu? Memangnya ada alasan buat aku menolak lamaran kamu?"

"Itu—"

"Nggak ada satupun alasan buat nolak kamu, Jen. Aku milih kamu karena perasaanku sendiri, aku percaya keputusanku tidak akan salah sebab itu tanpa pikir panjang aku langsung mengatakan iya." Gadis itu menyela cepat.

Jenderal nyaris kehilangan kata-kata, dia ingin menangis, entahlah rasanya dia ingin melakukan itu. Dia bersyukur setidaknya sekarang dia tau bahwa gadis yang baru saja dilamarnya itu ternyata juga mencintai dirinya.

"Aku mencintaimu, Jenderal. Jika itu yang ingin kamu dengar maka jawabannya adalah iya, jika itu yang selama ini membuat kamu ragu."

Tanpa sadar air mata itu akhirnya jatuh membasahin kedua pipi laki-laki itu, Jenderal menangis. "Aku juga."

"Kamu juga apa?"

"Aku juga mencintaimu."

Lana tertawa pelan. Sementara, Jenderal menarik tubuh mungil gadis itu kedalam pelukannya. "Aku pengen banget peluk kamu."

"Peluk aja, nggak apa-apa. Aku milik kamu."

Jenderal tersenyum, semakin mengeratkan pelukannya. "Kamu cantik malam ini, Lana."

"Hm?"

"Gaun itu cocok sekali sama kamu, kamu terlihat semakin cantik."

"Jen nggak usah muji aku terus." Lana tertawa kecil.

"Tapi itu beneran."

"Iya deh aku percaya." Gadis itu tertawa kecil.

Jenderal tertawa kecil, sebuah tawa yang sangat dirindukan oleh Lana. Kemudian laki-laki itu perlahan melepaskan pelukannya. Dia tersenyum, sebuah senyum yang sangat cerah dan menenangkan. Dalam sekejap hati Lana terasa menghangat dan kedua pipinya tiba-tiba merona saat laki-laki itu menangkup kedua pipinya dan memberikan sebuah ciuman lembut dibibir gadis itu.

"Kamu milikku, tolong tetaplah berjalan disampingku. Aku membutuhkanmu, Jenderal." Bisik Lana pelan disela ciuman itu.

Sementara, Jenderal tersenyum tipis, tipis sekali. Hatinya sakit mendengar kalimat itu dan air matanya tiba-tiba saja jatuh, dengan cepat dia menyeka air mata itu.

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang