09. Di Bawah Gerimis Kecil

31 8 1
                                    

Jangan lupa vote, komen dan share karena itu gratis!
— Reano Aldebaran.














HAPPYYYYYYYY
READINGGGGGG~




Pagi menjelang siang tepatnya pukul dua belas kurang dua puluh menit, siang itu mendung padahal ketika pagi hari matahari masih menyingsing— menyinari setiap sudut permukaan bumi— dan kata ramalan cuaca tadi malam besok cuaca akan cerah berawan hingga sore ini. Tapi yang Jenderal temukan siang ini justru mendung yang berkepanjangan, Iya mendung yang Jenderal prediksi akan sampai sore hari atau yang mungkin akan terjadi hujan bisa saja turun dengan derasnya beberapa menit lagi.

Anak laki-laki bermata bulan sabit itu merebahkan kepalannya diatas meja sambil melihat langit mendung diluar sana melalui kaca jendela kelasnya, sesekali terdengar tarikan nafas berat dari bibir laki-laki itu. Sementara itu, teman-teman kelasnya sibuk menghabiskan waktu istirahat dikantin hanya dia dan Shaka yang berada dikelas sekarang.

Teman laki-lakinya itu hanya sibuk bermain gitar sambil melatih vokalnya. Hingga pada detik-detik berikutnya suara decitan pintu kelas yang ditarik,  menarik atensi kedua anak laki-laki yang sedang bermain dengan pikirannya masing-masing.

Pintu kelas terbuka, menampilkan sosok wanita berseragam olahraga. Itu Laras datang dengan nafas tersengal-sengal sambil berjalan sempoyongan menuju kearah Shaka dan Jenderal.

"Drama banget tau gak sih Ka teman kamu itu!" gadis itu berujar sebelum sempat mendudukin tubuhnya dibangku.

Satu alis Shaka terangkat keatas. "Temen? Ajun maksud kamu?"

"Bukan!"

"Jadi siapa?"

"Itu si penyakitan!"

"Hm?" Sesaat shaka terdiam hingga dia menyadari sesuatu ia langsung menegakkan tubuhnya. "Rean?" Laras mengangguk pelan membuat Shaka berdecak keras. "Apasih Ras?! Jangan nyebut dia kayak gitu, dia punya nama!"

Laras memutar bola matanya malas. "Habis kesel, Ka. Orang capek-capek lari lapangan dia malah drama pura-pura pingsan padahal hari ini gak terik banget loh emang pada dasarnya tuh cowok lembek!"

"Kalo emang pingsan beneran?" Jenderal menyahut.

Laras langsung melirik Jenderal. "Percaya lo Jen? Tasya yang punya penyakit asma aja kuat loh lari lapang 20 kali lah dia belum 10 kali putaran aja udah K.O!"

"Mungkin dia emang lagi sakit, tubuhnya lemes dipaksa lari ya ujung-ujungnya pasti pingsan."

Terdengar decakan keras dari gadis itu. Dan lagi-lagi Jenderal selalu membela laki-laki itu membuat Laras keki setengah mati. "Terserah lo Jen. Lo tuh emang nggak pernah percaya sama gue, " lalu gadis itu melirik pacarnya. "Kamu liat Ka? Aku yang sahabatan dari kecil sama dia aja sulit buat dia percaya sama aku gimana sama kamu Ka yang sahabatan dari SMP?!"

Laras melengos sambil mengeser netranya kearah Jenderal. "Heran gak sih Ka, Jenderal lebih percaya sama cowok yang jelas-jelas mau rebut ceweknya." kemudian gadis itu menyandarkan punggungnya dikursi sambil menghela nafas gusar. "Gak habis thinking gue sama lo, Jen!"

Sementara si laki-laki yang diomelin hanya terkekeh kecil. "Udahlah, ngurusin orang mulu." kemudian ia berdiri dari tempat duduknya, laki-laki itu menghampirin teman perempuan masa kecilnya lalu mengusak keras rambut gadis itu hingga membuat kepala gadis itu bergerak kekanan dan kiri. "Urusin noh pacar lo!"

Jenderal menunjuk Shaka dengan dagunya lalu dengan sekoyong-koyongnya ia menonyor kepala laki-laki itu membuat sang empunya berdecak keras. "Main game mulu, kalo gak main game main gitar, belajarnya kapan?!"

Bukan Shaka namanya kalau tidak membalas dendam. "Urusin orang mulu, urusin noh cewek lo yang abu-abu monyet!" ledeknya.

Jenderal hanya menatapnya sinis sementara Laras, gadis itu tertawa meledek. "Bener tuh Jen! Ngomongin orang aja pinter!"

Alih-alih membalas, Jenderal justru menatap Shaka yang kebetulan laki-laki itu juga menatap dirinya. "Cewek lo nggak tau, Ka?"

Laki-laki yang ditanya menggeleng pelan sambil tertawa renyah lalu ia mengeser netra hitamnya— menatap Laras. "Laras, kita 'kan emang jago ngomongin orang— eum lebih tepatnya menilai orang lain bersama."

Laras menghela nafas gusar mendengarnya. "Sama aja gak ada bedanya, sama-sama ghibah!"

"Itu bukan ghibah." Jenderal menyahut.

"Jadi apa?"

Shaka menyahut diiringin kekehan kecil. "Not ghibah but  ngeroasting dengan gaya."

Laras memejamkan matanya, sumpah demi apapun ia ingin sekali menampol kedua laki-laki yang ada dihadapannya itu. "Terserah deh Ka, mending kamu diem kalo mulut kamu masih berkoar aku cabein!"

Shaka langsung kicep mendengarnya sementara Jenderal tertawa meledek. "Lanjutin dah berantem kalian, "

Masih dengan sisa-sisa tawanya, laki-laki bermata bulan sabit itu lalu melirik teman perempuannya. "Hajar aja Ras kalo Shaka bertingkah!"  teman perempuannya itu mengangguk.

"Kalo gitu gue cabut dulu!" lalu laki-laki itu beranjak setelah menjatuhkan tepukan dibahu kedua temannya itu.

Tepat setelah Jenderal keluar kelas, gerimis berangsur-angsur turun. Laki-laki itu lalu berdiri dibalkon koridor sekolah sambil memandangin area luas lapangan dibawah sana orang-orang masih berlalu lalang dengan santai bahkan masih ada yang bermain bola meski mereka tau siang itu gerimis kecil melanda, gerimis yang bisa membawa penyakit atau mungkin gerimis yang bisa berubah menjadi hujan deras.

Gerimis yang seolah-olah bisa berubah menjadi ribuan pedang yang siap mengiris-iris hatinya saat ini juga, hanya segelintir gerimis kecil yang bisa membawa rasa sesak didada, begitu perspektif Jenderal mengenai gerimis hari ini, karena dibawah gerimis kecil itu ia menemukan sosok dua orang yang asik bercengkerama dipinggir lapangan, tampak begitu bahagia sembari berpegangan tangan takut-takut kalo gerimis itu bisa memisahkan keduanya.

Sekarang Jenderal jadi kepikiran lagi soal perkataan Laras tadi. Ada dua opsi yang bisa diambil dari kejadian Rean saat pingsan dilapangan tadi.

Pertama. Karena malas mengikuti pelajaran penjas atau...

Kedua, laki-laki itu memang sengaja pura-pura pingsan agar mendapatkan perhatian dari Lana.

Ntahlah. Dari keduanya tidak ada yang bisa membuat Jenderal percaya, laki-laki itu masih mencoba untuk berpikir positif masih mencoba untuk percaya bahwa penyakit Rean kambuh saat itu. Tapi kepercayaannya seakan mau runtuh ketika ia menemukan laki-laki itu terlihat baik-baik saja bersama Lana bahkan dibawah gerimis kecil itu dia terlihat santai dan baik-baik saja tanpa ia sadari bahkan gerimis kecil pun bisa membawa penyakit.

"Lo tuh sebenernya sakit atau cuma pura-pura? Berengsek?"
























TOOOO

BEEEE

CONTINUED

Jenderal Dan Semesta [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang